Satu

1020 Words
"Mbak Lara, jangan lupa untuk acara besok ya, penyambutan direktur yang baru penggantinya Pak Danu. Acaranya dimulai jam sembilan jadi rekan-rekan Office Boy dan Office Girl harus sudah stand by di ruang meeting mulai jam delapan untuk membantu pihak catering mempersiapkan sajian untuk penyambutan," jelas Vely sekretaris direktur di mana Lara bekerja. Lara mengiyakan perintah Vely kemudian meletakkan secangkir teh yang baru saja dibuatnya di meja Vely. "Makasih banyak ya, Mbak," ucap Vely sambil mengulas senyuman tulus. Ya Vely memang cukup dekat dengan Lara. Pembawaan Lara yang tenang cocok dengan Vely yang cerewet. Meskipun Lara hanya seorang office girl tak membuat Vely memandang rendah sosok Lara. Dua tahun sudah Lara bekerja di perusahaan ini, perusahaan tekstil yang sudah tak diragukan lagi namanya. Meskipun hanya bekerja sebagai office girl, Lara cukup nyaman dengan posisinya. Tidak ada orang yang memandang rendah dirinya di Prima Tex, perusahaan di mana Lara bekerja. Suasana kekeluargaan begitu terasa di sana. Demikian juga dengan gaji yang diterima, Lara merasa cukup dengan apa yang sudah didapatnya saat ini. Lara tidak pernah berharap terlalu tinggi. Yang penting mereka--Lara dan putra semata wayangnya tidak pernah kekurangan materi hingga detik ini. Dilihatnya jam di pergelangan tangannya. Sudah saatnya Lara menjemput sang buah hati di sekolahnya. Biasanya lara akan meminta ijin terlebih dahulu atau setidaknya memberi tahu rekan kerjanya sesama office girl atau office boy sebelum ia menjemput Adrian--sang buah hati dari sekolahnya. Adrian, bocah kecil itu begitu mandiri. Sepertinya dia tahu keadaan sang bunda yang seorang diri berjuang membesarkannya. Tidak pernah sekalipun bocah itu merengek atau merepotkan Lara. Biasanya setelah Lara menjemputnya di Taman Kanak-kanak yang berjarak tidak lebih dari seratus meter dari perusahaan, Lara akan membawa putra kecilnya ke kantor atau terkadang ia menitipkannya di penitipan anak yang juga merupakan Taman Kanak-Kanak  Adrian. *** Cukup dengan berjalan kaki, Lara sudah sampai di sekolah Adrian. Bocah kecil itu langsung berlari menubruk Lara begitu sosok Lara tertangkap penglihatannya. "Bunda bunda besok Adrian renang yeyy..." Adrian melompat-lompat sambil memegang pergelangan tangan Lara. Bocah kecil itu tampak begitu bahagia. Berenang adalah kegiatan yang sangat langka bagi Adrian. Lara hanya beberapa kali mengajaknya berenang. Waktu yang terbatas dan keuangan yang tidak memungkinkan membuat Rara harus pintar-pintar mengatur pengeluarannya. Dia hanyalah seorang orang tua tunggal, jadi otomatis beban yang di miliki lebih besar. Belum lagi dia hanya sebatang kara di kota ini. Salah satu kota di Jawa Timur yang dipilihnya untuk memulai kehidupan baru. Kehidupan tanpa adanya orang-orang yang pernah ada di masa lalunya yang jauh dari sempurna. "Wah pasti seru tuh, besok Adrian mau dibuatin bekal apa?" Lara menuntun Adrian keluar halaman sekolah setelah menyapa sekilas guru pengajar Adian yang kebetulan ada di situ. "Buat nasi goreng seperti kemarin yang ada mobilnya tuh bunda. Tapi buat dua ya, Adrian mau kasih ke Vino." Lara hanya mengangguk mengiyakan sambil terus berjalan kembali ke kantornya. Vino adalah sahabat Adrian, kedua bocah itu sudah bersahabat sejak baru masuk sekolah hampir dua tahun yang lalu. Orang tua Vino juga cukup dekat dengan Lara, mereka sering membawa serta Adrian saat keluarga mereka piknik atau jalan-jalan ke taman hiburan. Terkadang Lara juga menitipkan Adrian pada mereka saat ada keadaan darurat di kantor yang mengharuskan Lara harus tinggal lebih lama di sana. Lara bersyukur, dari semua ketidak beruntungannya di dunia, dia masih bisa mengenal kebaikan Vino dan keluarganya. Kedua orang tua Vino cukup tahu keadaan Lara, hidup sebatang kara dengan seorang anak yang masih Balita membuat hati mereka terusik dan akhirnya berusaha membantu mereka. Yah meskipun Lara bukanlah orang yang mudah meminta bantuan dari orang lain, setidaknya mereka bisa sedikit meringankan beban Lara. Salah satunya dengan membantu menjaga Adrian saat Lara tidak bisa melakukannya. Lima menit kemudian mereka berdua, Lara dan Adrian sudah sampai di kantor Lara. Segera dibawanya Adrian ke pantry, di sanalah Adrian biasanya menunggu jam kerja Lara berakhir saat Lara tidak menitipkannya di penitipan anak. Anak itu tak pernah sekalipun mengeluh atau rewel saat Lara meninggalkannya untuk bekerja. Ditemani buku gambar dan lembar mewarnai, Lara bisa tenang meninggalkannya sendirian. Terkadang rekan sesama OG atau OB yang sedang tidak mempunyai pekerjaan untuk dilakukan akan dengan senang hati menemani Adrian saat Lara menyelesaikan pekerjaannya. Saat jam kerja Lara berakhir Lara akan segera menemui putranya di pantry dan membawanya pulang. Jarak rumah kontrakannya dan perusahaan di mana Lara bekerja tidaklah terlalu jauh. Hanya membutuhkan waktu tak lebih dari setengah jam untuk sampai ke sana. Lara bersyukur luar biasa atas apa yang di dapatkannya saat ini. Hidup berdua dengan putranya adalah pemberian tuhan yang tak terkira. *** Pukul lima pagi Lara sudah menata makanan untuk sarapan yang sudah dia masak sejak Shubuh tadi. Dua buah kotak plastik berukuran besar juga tak lupa ia siapkan. Dua kotak berisi kue buatannya sendiri yang akan dia titipkan di kantin perusahaan. Hasilnya lumayan untuk mengganti ongkos angkutan umum yang biasa Lara gunakan untuk pulang pergi bekerja. Setelah menyelesaikan semua pekerjaannya Rara pun bersiap mandi kemudian membangunkan Adrian. Untunglah setiap kali dibangunkan tak sekalipun dia rewel. Setelah bangun segera dia bergegas menuju kamar mandi. Sebenarnya Adrian sudah mampu mandi sendiri tanpa dibantu. Namun Lara masih belum puas jika tak memeriksanya sendiri jadi dia akan kembali memandikan Adrian sebelum bocah itu keluar kamar mandi. "Bunda, bekalnya sudah disiapkan, kan?" Rara menanggapi pertanyaan Adrian--yang sudah menyelesaikan sarapannya--dengan senyuman sambil menganggukkan kepalanya. Diangsurkannya dua buah kotak bekal yang sudah terisi nasi goreng bento pesanan Adrian. Segera Adrian meraih kotak itu dan merapatkan kantung pembungkusnya. Setelah itu ia memeluk tubuh Lara. "Makasih Bunda, Adrian sayang Bunda." "Bunda juga sayang Adrian. Jadi anak baik ya sayang," Lara balas memeluk Adrian sambil berjongkok. Menyesuaikan tinggi badannya dengan Adrian. Dikecupnya puncak kepala putranya berkali-kali. Dipandanginya wajah putranya--belahan jiwanya--lekat. Hampir enam tahun mereka bersama. Sejak sosok mungil tampan di hadapannya masih bergelung nyaman di perutnya. Semuanya akan baik-baik saja. Sejauh ini mereka bisa hidup berdua saja dan mereka bahagia. Mereka bahagia memiliki satu sama lain. Lara tak akan pernah menyesal dengan apa yang dia dapatkan sekarang. Meskipun dia sudah banyak kehilangan di masa lalu tapi semua itu sebanding dengan apa yang didapatkannya saat ini. Buah cintanya dengan seseorang yang pernah mengisi hatinya, atau mungkin... masih mengisi hatinya. Ya, kalimat terakhir lebih terdengar masuk akal bagi Lara.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD