Hari berganti bulan, pernyataan ayahnya terbukti benar ia akan menikahi seorang wanita berstatus janda dengan dua anak laki-laki.
Celine tak masalah akan hal itu, ia senang-senang saja melihat kebahagian ayahnya bersanding dengan ibu tirinya namun Celine juga harus di buat mengelus d**a karena ibu tirinya, Melisa adel Lia. Adalah sosok ibu yang misterius kadang Celine berfikir apakah dia seorang dukun? melihat cara pakaiannya selera fashion nya selalu hitam bukan sekedar hitam biasa namun serba hitam bahkan kutek pun hitam dengan lipstick merah menyala kalau sekali dua kali itu tidak masalah di kehidupan sehari-harinnya wanita dewasa itu selalu mengenakan pakaian hitam.
' tok tok tok'
Celine harus di buat kaget mendengar ketukan pintu menganggu acara belajarnya, terlihat sosok wanita dengan warna kebanggaannya, hitam. Tersenyum misterius
" Waktunya," ujarnya singkat lalu pergi dari sana. Jika baru pertama kali melihat sosok wanita itu akan di buat takut atau dia jelmaan malaikat maut, nyatanya ucapan ambigu itu adalah ajakan makan malam.
" Yyooo, tuan putri sudah datang. Bro"
Celine merotasi kan matanya dongkol, melihat tingkah Angga, Kaka tirinya. Pemuda yang sudah kuliah di tempat ternama Indonesia tersebut tingkahnya tak jauh dari kata gila, padahal masuk universitas tempatnya sangat sulit. Terkenal di isi orang pintar saja, tapi kenapa bentukannya kayak gini.
" makan yang banyak"
Tampang cuek bak pangeran di drama Korea, Anggi kakak tirinya hampir sepantaran dengan dirinya dengan santai mengambil lauk pauk menumpuk kan semua di piring miliknya.
Sedikit melongo melihat nafsu pria di hadapannya, pendiam tapi menghanyutkan
****
" Ayah.. bunda aku pergi dulu ya" pamitnya sembari Salim pada dua pasangan tersebut.
" Eh... Eh, Cinderella mau kemana kok pake sepedah kaga pake kereta labu"
Diam, tanpa respon apapun mendengar keanehan kakak tertuanya ia masih ingin pergi mengendarai sepedanya tanpa di ganggu, hampir saja ia mengayuh pedal sebelum tepukan di bahu nya, Angga pelaku nya. menganggu aktifitas mari berkendara dengan sepeda
" Bareng aja, jangan bikin repot" teriak Anggi sudah di samping mobil.
" Yuk bareng tuan putri" ajak Angga dengan senyum ala playboy.
Semenjak orang tua mereka menikah, Anggi selaku kakaknya beda satu tingkat, ikut pindah di sekolah tempat Celine, biar gak jauh pergi sekolahnya.
" Sudah ya, adek-adek abang yang cakep dadah"
Mobil Honda jazz itu melaju pergi meningalkan mereka di depan gerbang sekolah, Anggi melanjutkan langkahnya masa bodoh dengan adiknya tertinggal.
" Tunggu kak" kesalnya hampir di tinggal, sembari menyamai langkah dengan pria tinggi itu Celine mengamati wajah porselen milik kakak keduanya
Hidung Bangir, mata coklat almond kulit bersih putih dengan gaya cool kurang apa coba, cuman terlalu pendiam. Menurut Celine buka seperti tipe sempurna kakak nya ini malah persis patung berjalan.
Merasa risih di perhatikan akhirnya Anggi buka suara, " Ngapain liat-liat" katanya dengan dingin.
" Yee, orang punya mata juga" Belanya tak terima "ya sudah gua pergi dulu kak, bye" lanjutnya. Berlari kecil meningalkan idola baru sekolah tersebut
Fyi, semenjak Anggi pindah ia menjadi idola dadakan di sekolah SMA tunas bangsa, bersetatus sebagai kakak tiri Celine mereka tidak mengumbar hubungan keluarga mereka dan tak banyak yang tau bahwa mereka Kaka adik tiri.
" Eitss... Gua kaga mau di uyel-uyel" ujarnya mendapati Jesica ancang-ancang akan memeluknya
" Udah apal tuh anak" ledek Karina sembari me-nonyor gadis bercepol itu
" Gimana, udah akrab belum sama abang-abang tiri lu, ibu tiri ku gimana? Kepo gua" heboh di Jihan, obsesinya dengan si 'sugar dady' masih ada kayak nya.
" Yah gimana ya, mereka unik banget" ungkap Celine menimang-nimang penggambaran tentang keluarga barunya, "kalo ibu tiri ku sih, kayak Cruella de Vil, tapi gak mirip kayak gitu, dia lebih mirip ibu-ibu di filem horor sebener nya tapi dia walaupun pendiem baik kok"
"Wihh serem gak tuh. Terus-terus kalau Abang lu gimana"
"Abstrud banget, Abang gua Angga dia orang nya rada-rada alay kalau Abang gua Anggi dia kek patung tapi kadang random"
" Anggi? Cewek ya?"
Celine menggeleng menjawab keheranan Karina, " kalian semua tau kakak kelas yang katanya cakep itu"
" Anak pindahan dari kota lain itu bukan? Pertama masuk kakak kelas pada heboh" nah, giliran cowok cakep Jihan paling semangat.
" Nah itu kakak gua" ucap nya enteng.
" Apa / what?" Kaget mereka berbarengan, namun terdiam beberapa detik Jihan dan Jesica tersenyum tak jelas sedang Karina masih terdiam sembari menggaruk tengkuknya tak gatal.
" Beneran?"
" Emang muka gua ada bohong-bohongnya"
" Bohong sih, enggak. Cuman lu kan usil"
"Ih, dasar temen kaga tau di untung gua tagih juga utang-utang lu"
" Ye maaf, maafkan Jihan putri Aprilia. Ini doro" dengan gestur menagkupkan kedua tangan, ia seolah menyembah keberadaan seorang Celine, membuat gelak tawa yang lain melihat grub abstud se- kelas tersebut.
.
Percakapan mereka terpaksa harus terpotong sejak kedatangan pak Burhan secara mendadak, guru bahasa Inggris merangkap bahasa planet, begitu kata Murid didiknya karena guru botak itu multilegual alias bisa bahasa asing, ngajar bahasa Inggris nerangin pake bahasa Mandarin entar liat aja kali ada yang bikin dia emosi dimarahi pake bahasa Thailand. Aneh, tapi emang ada.
" Jadi murid-murid buka halaman paket bab tiga" titah guru pendek itu pada seluruh siswa.
" Mati gua, kaga bawa buku pelajaran pak botak lagi" lirih Karina lesu
" Sama njir, mana tau dia bakal masuk" kompak teman sebangkunya, Jihan.
" Kalian bawa ngak paket, joind buku satu aja" melas Jihan di belakang Celine
Dengan kompak Jesica serta Celine menoleh kebelakang saling melirik dapat di lihat keringat mengalir membasahi kening mereka, sial. Mereka juga tak membawa buku.
' tamat riwayat kita'
" Silakan yang tak membawa buku keluar segera, saya gak mau kelas ini cuman di isi orang-orang males!" Perintah pria sepuh itu lugas, mata tajamnya melirik dari balik bingkai kacamata kunonya siapa-siapa saja murid nya tak membawa.
"Ya sudah cepat keluar dari kelas" ucapnya setengah tak peduli ketika melihat empat sekawan itu mulai berjalan jalan kecil keluar dari ruangan.
" Yee di usir, ke kelas aja jarang nongol si Bolam lampu" sindir Jesica kesal, kakinya di ayun ke depan serta belakang seolah siap menendang bola atau krikil kecil.
" Ngapain bingung kita ngantin aja" ajak Celine me-lopori acara bolos mereka.
" Lah gimana tuh anak, namannya aja Cinderella tingkah kayak preman" Karina mengusap-usap wajahnya seolah itu dapat menghilangkan beban nya.
" Ngikut aja sudah" Jesica membuntuti Celine yang telah jauh di depan di susul Jihan menggeret Karina untuk joind bersama mereka.