chapter 1 ♥

988 Words
‘Hari ini adalah hari setelah perpisahan bersama kekasihku, kupikir tak ada hari baru setelah perpisahan. Ternyata semuanya berubah, aku yang dulu tak peduli akan cinta kini aku akan membuka hari baru, seandainya kau masih disini bersamaku, mungkin hubungan kita sudah menjalani usia yang panjang. Sayangnya kau memilih bersama wanita lain, aku menghargai keputusanmu, karena kesuksesanmu, aku bahagia melihatmu yang sekarang,’ ucapnya di dalam hati, Cheryl Kalandra. Bola mata cokelat dengan rambut panjang bergelombang kini menatap langit-langit Wilayah London. Mobil mewah milik Delvin Elvano pun tiba di salah satu hotel mewah di Wilayah London, “Liburan yang dekat juga tidak masalah, aku tidak tega meninggalkan ayah dan paman.” Delvin memasuki hotel dengan membawa koper miliknya, melewati lobi menuju resepsionis, dari jauh tatapan mata Cheryl melihat Delvin Elvano. Delvin menuju ruangan kamar setelah staff karyawan hotel membawanya ke ruangan yang Delvin inginkan, ruangan kamar dengan pemandangan Wilayah London dari atas hotel. Setelah Delvin menaruh koper miliknya, dirinya pun membuka pintu kaca menuju teras kamar, seorang wanita yang ada di seberang ruangan kamar miliknya, pertama kali yang ia lihat. Tatapannya menoleh kembali dengan melihat pemandangan London. “Benar kata paman, cinta itu harus memiliki,” ucap Delvin yang kini melihat pemandangan Wilayah London. Senyuman Delvin terlintas ketika dirinya memasuki ruangan kamar miliknya kembali. “Liburan sementara, sudah lama aku tidak liburan. Email dari ayah belum di baca, biasanya ayah langsung membalas emailku,” ucapnya dengan membuka layar ponsel miliknya dan mengecek smartemail. Cheryl berjalan menuju salah satu restaurant hotel setelah dirinya melihat pemandangan dari ruangan kamar, terlebih Delvin yang kini berada di ruangan kamar miliknya. Tiga puluh menit kemudian, beberapa staff karyawan datang di hadapan Cheryl, memberikan beberapa menu terbaru di restaurant untuk ia cicipi. “Salah satu tamu hotel kita menginginkan menu makanan yang tidak ada di restaurant, Nona Cheryl.” ucapnya dengan pandangan lekat menatap wajah Cheryl yang duduk di salah satu meja restaurant. “Tidak apa-apa, jika kau mengetahui resepnya buatkan saja. Bagaimanapun ia tamu hotel kita," jawab Cheryl dengan singkat. staff karyawan yang berbicara hanya berdiri dengan kedua tangan yang terkatup di dekat Cheryl, setelah melaporkan akan pesanan dari tamu vvip luxury, “Baik Nona Cheryl." Cheryl terdiam sesaat dengan helaan napasnya, rambutnya terkena angin luar hotel dengan wajah anggunnya, “Tamu hotel atas nama siapa?” tanya Cheryl kembali dengan menanyakan nama tamu yang memesan menu makanan yang tak ada di menu restaurant hotelnya. “Atas nama Delvin Elvano, Nona Cheryl.” Cheryl terdiam sesaat, dirinya pun kembali tersenyum dengan berbicara kembali, “Biarkan saya saja yang mengantar makanannya ke ruangan, lagipula restaurant ini memiliki chef profesional, ia pasti bisa memasak menu makanan yang dipesan oleh tamu kita.” “Tapi nona, menu makanannya tidak ada.” “Tidak apa-apa, buatkan saja, chef kita pasti bisa memasaknya, dan juga biarkan saya saja yang mengantar makanan yang ia pesan. Aku baru saja tiba di sini setelah dari New York U.S.A , aku akan memperhatikan hotel ini mulai sekarang.” “Baik Nona Cheryl," ucap kembali staff karyawan hotel dengan mendengar ucapan Cheryl Kalandra. “Jangan lupa, name tag nya. Aku pinjam, sekalian tolong bawakan seragam untukku,” ucap Cheryl kembali dengan menghentikan langkah kaki staff karyawannya, dengan membalikkan tubuh. staff karyawan tersebut menghampiri Cheryl, “Ini sudah kesekian kalinya anda menyamar menjadi staff karyawan hotel, apalagi anda baru saja tiba dari New York, ma-maafkan saya Nona Cheryl, ucapan saya tadi terjadi tiba-tiba dan tolong di maafkan, Saya akan membawakan seragam staff hotel dengan segera dan meminjamkan name tag saya. Mohon Nona Cheryl menunggunya, saya akan cepat kembali membawa pakaian seragam untuk Nona Cheryl,” jawab staff karyawan hotel yang kini berbicara di hadapan Cheryl dengan agak terbata-bata dirinya pun mempercepat langkah kakinya untuk memenuhi permintaan Cheryl disana, meminta seorang chef membuatkan beberapa menu makanan eropa yang di pesan Delvin Elvano. Cheryl kembali mencicipi beberapa menu makanan di restaurant, menunggu salah satu staff karyawan yang membawakan seragam untuknya. Setelah beberapa menit salah satu staff karyawan hotel membawakan seragam untuknya sudah kembali dengan membawa seragam di genggaman tangannya, Sudah terbiasa Cheryl selalu seperti ini, berpura-pura menjadi staff karyawan hotel miliknya. “Pinjamkan name tag mu sementara hanya untuk bertemu dengan Tuan Delvin,” pinta Cheryl menunggu salah satu staff karyawannya melepaskan name tag dari seragam miliknya. Dirinya pun mengganti pakaian di salah satu ruangan dengan beberapa menu makanan yang sudah di sediakan sesuai permintaan tamu hotelnya. “Dia memesan kamar vvip luxury, jadi aku akan menyapanya, sekalian aku akan meminta saran tentang hotel ini. Sepertinya dia bukan tamu biasa, kemarikan trolli makanannya, aku akan membawakan menu makanan ini ke ruangannya. Kau yang membawa trollinya nanti setelah sampai dekat ruangannya baru aku akan menyapanya,” ucapnya dengan menyilangkan kedua tangannya. “Nona Cheryl selalu seperti ini, lagipula Nona Cheryl tidak perlu mengantarkan makanan untuknya, Nona Cheryl bisa menyapanya saja," ucap seorang pria dengan memakai jas rapi disana, suara beratnya begitu mendominasi dengan penampilan maskulin. manager dari Hotel Krystal milik Keluarga Kalandra. Cheryl menoleh dengan memperhatikan managernya, “Aku yang menginginkannya, lagipula tidak apa-apa.” Cheryl berjalan dengan di temani salah satu manager hotel, setelah tiba di ruangan Delvin dirinya memasang senyum manis. “Saya menunggu makanannya sudah hampir sejam dan baru datang sekarang,” ucap Delvin dengan wajah yang menahan kecewa di hadapan Cheryl. hanya ada senyuman kecil dari manager hotel yang melihat pemandangan Delvin dan juga Cheryl saat ini. Cheryl pun melihat pria yang ada di hadapannya kini menahan kecewa, dirinya pun langsung berbicara di hadapan Delvin, “Maafkan saya Tuan Delvin, karena kebetulan menu yang Tuan Delvin pesan tidak ada jadi beberapa menu makanan harus di masak terlebih dahulu,” ucapnya dengan tersenyum manis. Delvin tak menjawab apa yang di ucapkan Cheryl, dirinya hanya menyingkir dari pintu kamar dan memasuki kamar luxury yang ia tempati. Cheryl memasuki ruangan dengan berdiri di sisi Delvin yang kini duduk di sofa. “Selamat makan Tuan Delvin, selamat menikmati hidangannya,” ucap Cheryl sebelum dirinya meninggalkan kamar Delvin Elvano. “Tunggu," ucap Delvin Elvano dengan menghentikan langkah Cheryl Kalandra disana. Cheryl membalikkan tubuhnya dengan cepat, tentunya berbicara kembali dengan pria yang kini ada di hadapannya, “Iya Tuan Delvin, apa ada yang bisa saya bantu kembali?" “Kemari, temani saya makan.” jawab Delvin spontan membuat seorang Cheryl tak percaya, pria dengan tinggi atletis bak model dengan wajah tampan disana menyuruhnya untuk menemani makan. 'Seandainya dia tahu aku anak dari pemilik hotel ini pasti ia tidak akan berani menyuruhku seperti itu. pria ini terlalu percaya diri,' Cheryl membatin dengan mengikuti arahan seorang Delvin Elvano. Cheryl pun terdiam sesaat dengan di temani salah satu manager dirinya. Terlebih manager yang kini menunggu Cheryl pun keluar dari ruangan Delvin Elvano. Tidak ada yang mengenal seorang Delvin Elvano, seorang CEO perusahaan terkemuka di Wilayah Inggris, tentu saja semua orang mengenalnya. Tak hanya mengenalnya, bahkan hampir banyak wanita yang mengantre untuk menjadi pasangan hidupnya. Tapi tidak bagi Cheryl, ia masih belum mengenali sosok Delvin yang berada di hadapannya kini. Cheryl yang selama ini berada di New York U.S.A ,dirinya baru saja kembali ke Inggris setelah sekian lama. “Tuan Delvin yakin ingin saya temani?” tanya Cheryl Kalandra dengan memandangi seorang Delvin Elvano. pikirannya tak lepas dengan Delvin yang sibuk menaruh serta memilih beberapa hidangan ke piringnya dengan garpu disana. “Iya, kamu pasti belum makan, saya ingin di temani. Tidak apa-apa, kamu duduk di hadapan saya, setelah makan kamu boleh pergi nanti saya antar, kamu salah satu staff karyawan hotel disini kan? Kamu pasti lelah setelah bekerja seharian.” ucap Delvin dengan suara maskulinnya. Cheryl pun berjalan mendekati Delvin dengan menyiapkan beberapa menu makanan di hadapannya. Terlebih dirinya menatap Delvin yang kini makan setelah dirinya berdoa, “Kalau ada makanan itu di makan, jangan menatap saya. Wajah saya memang tampan, selamat makan," ucap Delvin dengan menahan senyum. Melihat wanita yang berada di hadapannya menemaninya makan membuatnya ingin bercanda sesekali, Delvin memang tipekal pria yang selalu mudah akrab kepada siapapun. Tak hayal dirinya memiliki banyak wanita yang menyukainya. “Apa-apaan dia, berani-beraninya menyuruhku seperti ini. Bahkan Samuel saja sebagai sahabatku tak pernah menyuruhku seperti ini,” pikiran Cheryl pun tak henti-hentinya melihat Delvin. Baru kali ini dirinya bertemu seorang pria yang percaya dirinya terlalu tinggi. “Selamat makan juga Tuan Delvin.” Setelah dua jam kemudian, Cheryl memasuki ruangannya, membuka seluruh seragam staff karyawan yang berada di tubuhnya. Dengan di tutupi balutan dress satin dirinya masih mengingat kejadian tadi. Terlebih ketika salah satu managernya berbicara bahwa tamu hotelnya adalah salah satu CEO terkemuka di Wilayah Inggris. 'Berarti dia kenal dengan Samuel. Jadi dia anak dari Keluarga Elvano, itu berarti dia yang di jodohkan bersamaku. Jadi selama ini yang mengirimkan email dan selalu berkomunikasi bersamaku adalah dia,' Cheryl menggerutu dengan membuka ponsel miliknya. Pikirannya tak lepas dengan ucapan managernya tentang pria yang baru saja ia temui. Tring ... Sebuah pesan masuk dari Rega Elvano, yang tak lain adalah ayah dari Delvin Elvano. Seorang pengusaha sukses, namanya masuk dalam versi majalah inggris sebagai pengusaha tersukses tahun ini. Cheryl membuka layar ponsel yang hanya berisikan pesan untuk menjaga kesehatan dan menjaga diri karena Rega Elvano sangat menyayangi Cheryl seperti putri sendiri. Persahabatan Rega bersama ayah Cheryl yang tak lain adalah Braja Kalandra masih berjalan hingga saat ini. “Dia tahunya kalau aku sebagai staff karyawan kan, Delvin tahunya sebagai staff karyawan. Sedangkan dia menginap disini seminggu berada di hotel ini,” ucapnya kembali dengan menatap pemandangan Wilayah London dari ruangan kamarnya. Pikirannya tak lepas dari ucapan manajernya disana. ** Hanya ada obrolan beberapa di telepon bersama Delvin, Rega berbicara dengan putera semata wayangnya saat ini. Terlebih Rega selalu menyayangi putera nya, Delvin yang menunggu pesan smartemail dari Rega pun di hadiahi panggilan masuk dari Rega yang saat ini sedang melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri. Delvin tersenyum ketika mendapati kabar dari ayahnya saat ini. “Ayah jangan khawatir, aku akan selalu mengajaknya berbicara di smartemail, apa? Pertemuan? Bulan ini?” ucapannya dengan nada terkejut setelah Delvin menerima panggilan telepon dari ayahnya, terlebih membahas tentang wanita yang dibicarakan pamannya pagi ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD