bc

Suamiku Bos

book_age18+
31.9K
FOLLOW
189.9K
READ
contract marriage
family
love after marriage
goodgirl
CEO
comedy
sweet
city
first love
asexual
like
intro-logo
Blurb

Nysa Fitriani, usianya baru 19 tahun, baru lulus SMA, bekerja disebuah pabrik roti.

Almarhum Ayahnya terbelit hutang pada rentenir, si rentenir mendesak pembayaran, jika tak bisa membayar, maka Nysa harus bersedia menjadi istrinya.

Paman Nysa yang mandor di pabrik roti, berusaha mencari pinjaman ke perusahaan. Namun usahanya berbuah tawaran, Tuan Hanan, sang Boss yang usianya sudah 60 tahun, bersedia membayar semua hutang, asal Nysa mau dilamar, dan diboyong ke Jakarta bersamanya.

Apakah benar Nysa akan menikah dengan Tuan Hanan? Ataukah ada pria lain yang akan menikah dengannya?

chap-preview
Free preview
NYSA. 1 GADIS KAMPUNG
Nysa baru tiba dari rumah temannya. Ia dijemput oleh pamannya, karena ada tamu yang ingin dipertemukan dengan dirinya. Tamunya ternyata adalah, Tuan Hanan Bakrijaya, pemilik pabrik roti di kota kecil mereka. Nysa menyalami Tuan Hanan. "Hallo, Nysa. Paman, dan Bibimu tentu sebelumnya sudah menjelaskan maksud kedatanganku, bukan?" Kepala Nysa mengangguk. Tadi malam, Paman, dan Bibinya sudah menjelaskan. Kalau Tuan Hanan bersedia membayar semua hutang almarhum Bapak Nysa pada Tuan Dony, rentenir kampung, yang terus mendesak pembayaran. Jika dalam satu minggu ke depan, mereka tidak bisa bayar, maka Nysa harus bersedia menjadi istri kesekian dari Tuan Dony. Paman Nysa yang bekerja sebagai mandor pabrik roti, berusaha mencari pinjaman di perusahaan. Tepat saat Tuan Hanan yang merupakan boss besar dari Jakarta ada di sana. Tuan Hanan meminta Ardi, Paman Nysa menceritakan semuanya. Setelah mendengar cerita Ardi, Tuan Hanan meminta untuk bisa melihat Nysa. Setelah melihat Nysa, meski Nysa tidak tahu, Tuan Hanan bersedia memberikan bantuan melunasi hutang, asal lamarannya pada Nysa diterima. Ardi tidak langsung setuju, ia berembuk dengan istri, dan Nysa. Nysa tidak punya pilihan, ia memilih setuju untuk menerima lamaran Tuan Hanan, daripada harus menjadi istri Tuan Dony. Nysa pasrah pada nasibnya. Perasaannya mengatakan, Tuan Hanan adalah pria baik. Karena ia pernah melihat beliau sebelumnya. Sebagai pemilik pabrik roti satu-satunya di kota kecil mereka, tentu saja Tuan Hanan dikenal banyak orang. Dan Nysa sendiri adalah karyawan baru di pabrik roti itu. "Nysa!" "Oh, iya. Saya sudah tahu, Tuan." "Kamu sudah menyiapkan jawabannya?" "Sudah." "Apa jawabanmu?" Nysa menarik nafas dalam. Ia tahu, tidak ada pilihan yang terbaik. Nasibnya dipertaruhkan, masa depannya tak tentu, tapi ia harus memilih. Dan, ia sudah menjatuhkan pilihan. "Saya bersedia mengikuti Tuan." Terdengar Tuan Hanan menarik nafas lega. "Alhamdulillah. Terima kasih, Nysa." "Jadi bagaimana selanjutnya, Tuan?" tanya Ardi. "Besok pagi, Nysa aku bawa ke Jakarta. Surat menyurat nanti diurus oleh Wawan. Setelah semua berkas siap. Kalian akan dijemput. Kamu yang akan jadi wali nikah Nysa, bukan?" "Ya, Tuan." "Nysa, besok jam delapan pagi, aku akan menjemputmu." "Baik, Tuan." "Baiklah, aku permisi, assalamualaikum." "Walaikum salam." Ardi, istrinya, dan Nysa, mengantarkan Tuan Hanan sampai ke mobilnya. Setelah Tuan Hanan pergi. "Maafkan Paman, Nys. Paman seperti menggadaikan kamu, karena Paman tidak sanggup melunasi hutang bapakmu." "Ini bukan salah Paman, bukan juga salah Bapak. Bapak berhutang demi menyelamatnya nyawa Ibu saat melahirkan.Tapi, Ibu meninggal, adikku meninggal, dan Bapak juga ikut meninggal. Ini sudah takdir, Paman." Nysa menghapus air matanya. Uni, istri Ardi mengusap punggung Nysa dengan lembut. "Rumah ini akan sepi tanpamu, Nys." "Sebentar lagi Ahmad lulus, dia pasti pulang, Bi." Ahmad adalah anak tunggal Ardi, dan Uni. Saat ini Ahmad mondok di sebuah pesantren. "Kamu harus menyiapkan, apa yang harus kamu bawa ke Jakarta." "Iya, Paman." "Ayo, Bibi bantu." "Terima kasih, Bi." * Nysa sudah berada di dalam pesawat. Jantungnya berpacu cepat, peluh terlihat di dahinya. Telapak tangannya dingin, namun basah oleh keringat. Matanya terpejam rapat, punggungnya menempel di sandaran kursi pesawat. Tubuhnya sangat tegang. Mulutnya berkomat kamit membaca doa. Ini penerbangan pertamanya. Perutnya terasa bergolak. Ia ingin muntah, namun masih bisa ia tahan. Nysa sudah menempelkan koyo di atas lubang pusatnya, sudah minum obat anti mual di perjalanan juga. Sebagai antisipasi kalau ia mual saat dalam perjalanan. Tapi, tetap saja ia merasa mual, saat pesawat naik, untuk mengudara. "Jangan terlalu tegang." Nysa membuka mata, ia menoleh lalu tersenyum sipu. Andin, dia asisten pribadi Tuan Hanan. "Wajahmu pucat sekali." Andin mengusap lembut pipi Nysa. Senyum lembut, dan sentuhan halus dari wanita usia empat puluh lima tahun itu, membuat rasa tegang Nysa sedikit menguarai. "Sebaiknya kamu tidur," usul Andin. "Saya ingin menikmati pengalaman pertama naik pesawat, Bu. Kalau tidur, saya tidak tahu rasanya," jawab Nysa. Andin kembali tersenyum. "Di Jakarta nanti, apa yang harus saya lakukan, Bu?" "Tentu saja menikah. Itu tujuan Bos besar membawamu." "Maksud saya, setelah menikah, apa yang harus saya lakukan?" "Menjadi istri yang baik, tentunya." "Saya tahu itu, Bu. Maksud saya, apa saya harus di rumah saja, menunggu Tuan Hanan pulang dari kantor. Lalu melayani beliau sebagai istri." Andin terdiam sejenak, keningnya berkerut dalam. "Maaf, Bu. Saya ini orang yang tidak bisa diam. Tidak bisa terkurung di rumah saja. Saya terbiasa bergerak. Di kampung, orang sering meminta bantuan saya, kalau mereka punya hajatan. Tenaga saya sangat bisa diandalkan. Saya gesit, dan cekatan. Mungkin saya bisa ikut bekerja di mana begitu?" Andin kembali tersenyum, mendengar cerocosan Nysa yang panjang. "Istri Bos tidak usah bekerja, Nysa." "Hhhh ... pasti sangat membosankan, terkurung di rumah saja." Nysa menghembuskan kuat napasnya. Terbayang bagaimana membosankan nanti hari-harinya. Tidak punya teman bicara, dan bercanda. Tidak bisa tertawa sepuasnya. Tidak bisa berghibah, dan bergosip ria. Tidak bisa lagi mendengar cerita-cerita dewasa ibu-ibu tentang derit ranjang mereka. "Aku akan merindukan kalian ...." Gumaman Nysa terdengar oleh Andin. "Boleh aku bertanya sesuatu?" tanya Andin tiba-tiba. "Tanya saja, Bu. Kalau saya tahu, pasti saya jawab. Saya ini disebut Google berjalan oleh teman-teman saya, karena saya tahu banyak hal, menurut mereka. Itu sebenarnya, karena saya suka membaca. Saya ...." "Nysa, tolong jawab pertanyaan saya." "Baik, Bu." "Kenapa kamu bersedia menerima lamaran Tuan Hanan?" "Saya hanya punya dua pilihan. menjadi istri kesekian Tuan Dony, si rentenir itu, atau menerima lamaran Tuan Hanan. Keduanya pilihan yang buruk, tapi saya harus memilih. Memilih yang lebih sedikit buruknya. Tuan Hanan meski sudah tua, dia bukan rentenir, dia akan menafkahi saya, dan anak-anak saya dari uang halal. Saya benar'kan, Bu?" "Anak-anak? Kamu tidak keberatan tidur dengan pria tua itu?" Andin menunjuk Tuan Hanan dengan dagunya. Nysa menatap ke arah Tuan Hanan, yang tampak sedang membaca sebuah buku. "Kalau kami menikah, bukannya tidur bersama itu hak, dan kewajiban, Bu. Tentu saja saya ingin memiliki keturunan, kalau Tuan Hanan berkenan tentunya. Meski mungkin nanti anak saya akan bingung. Beliau itu bapak mereka, atau kakeknya. Eh ... Bu. Pria enam puluh tahun, kalau masih bisa tegang, masih bisa main'kan? Masih bisa membuahi'kan?" Nysa menatap wajah Andin, Andin juga menatap Nysa dengan mulut terbuka, mendengar pertanyaan Nysa yang sangat mengejutkan baginya. 'Gadis ini tidak terlihat sedih, meski harus menikah dengan pria yang lebih pantas jadi kakeknya. Hmmm ... aku rasa, pilihan Mas Hanan terhadapnya memang sangat cocok. Dia ceriwis, supel, blak-blakan, dan humoris. Sangat cocok ....' "Bu, ada apa di wajah saya?" Nysa menyeka wajahnya dengan telapak tangan. "Kamu tidak sedih, harus pergi meninggalkan kampungmu. Dan menikah dengan pria tua yang lebih pantas menjadi kakekmu?" Nysa terdiam, matanya berkaca-kaca. "Tentu saya sedih, Bu. Saya terima ini sebagai takdir saya. Saya yakin, semua peristiwa ada hikmahnya. Insya Allah, kalau saya ikhlas, Allah sudah menyiapkan hadiah terindah untuk saya, aamiin." Mata Andin berkaca-kaca. Baginya, ucapan Nysa menunjukkan, kalau gadis di depannya ini bisa berpikiran dewasa. Dan Andin semakin yakin. Kalau rencana Tuan Hanan, akan berjalan sesuai dengan yang sudah diperhitungkan. *

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
93.2K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.5K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.4K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook