Bagaikan Bidadari

2127 Words
Tiga bulan kemudian Di sebuah Apartemen penthouse yang mewah dan benar-benar eksklusif dimana desain interior di dalamnya terlihat elegan dan tertata dengan rapi, perabotan di dalam juga bisa dikatakan super mahal terlihat di ruang tamu penthouse tersebut sofa yang begitu nyaman di balut dengan warna hitam dan putih dan juga ditambah dengan karpet tebal yang nyaman, belum lagi tivi di sana ada tv 49 inch yang begitu besar sehingga membuat orang yang di dalam penthouse tersebut merasa nyaman, belum lagi chicken set yang di desain ala Eropa, dan juga balkon teras yang sangat luas, penthouse ini terdapat lima kamar tidur, bahkan seluruh ruangan di dalam penthouse tersebut diwarnai dengan warna hitam putih papan catur, belum lagi di ruang tengah terdapat lemari yang berisikan aneka macam koleksi action figure dari berbagai macam bentuk baik itu action figure anime Jepang maupun action figure superhero dari Marvel dan DC, dari action figure yang berukuran kecil hingga berukuran besar semua ada di sana, bisa dikatakan sang pemilik penthouse orang yang sangat kaya raya. Siang ini udara di luar sejuk dan nyaman karena pada siang ini hujan baru saja turun lumayan deras sehingga membuat udara di siang itu menjadi dingin, di salah satu kamar di ruangan penthouse tersebut tampak terlihat sebuah kamar yang luas dan mewah dilengkapi dengan spring bed tebal ekstra nyaman dengan sprei yang bermotif warna biru elegan menyesuaikan dengan warna cat dinding di kamar tersebut yaitu biru tua metalik yang tampak sekali perpaduan warna ini menjadi serasi sehingga enak dipandang mata, kamar itu juga dilengkapi tv LED 49 inch yang digantung tepat di depan springbed tersebut, dan belum lagi di kamar itu ada beberapa ornamen-ornamen perabotan unik serta juga dilengkapi dengan alat aroma terapi yang beraroma kan lemon tea, sehingga orang yang berada di kamar tersebut dipastikan akan sangat merasa nyaman. Di kamar tersebut tampak seorang laki-laki dengan rambut yang lumayan panjang dan kumis serta brewok tumbuh tidak beraturan di wajah, kala itu laki-laki tersebut sedang memakai baju gamis dan peci berwarna hitam sedang duduk bersila di atas sajadah, mukanya tampak muram kelopak matanya agak menghitam dan kala itu ia sedang mengangkat kedua tangan seperti sedang berdoa, ternyata laki-laki tersebut telah selesai melaksanakan sholat Dzuhur dan saat ini tampak sedang berdoa. "Ya Allah ampunilah aku…dan ampunilah semua dosa kedua orang tuaku tolong jaga mereka dan rawat mereka ya Allah, Ya Rabb mungkin begitu banyak dosa yang selama ini aku lakukan tanpa aku sadari sehingga aku harus mengalami ujian yang berat ini maaf kan aku Ya Allah… Ya Rabb ampunilah dosa Arlita dan jaga dia disisiMu… walaupun aku tahu jika apa yang dilakukan Arlita salah telah melakukan tindakan bunuh diri, dan itu tindakan yang sangat Engkau benci tapi tolong Ya Allah aku mohon ampunilah dosanya kasihanilah dia. Air mata tak terasa menetes keluar dari kedua matanya, laki-laki tersebut ternyata Rahadian tapi benar-benar dengan wujud yang sangat berbeda dimana penampilannya begitu berantakan kumisnya panjang dan brewoknya juga hampir memenuhi dagu serta pipinya bisa dipastikan sudah lama sekali kumis dan brewok nya tidak di cukur sama sekali olehnya bahkan rambutnya juga terlihat panjang, saat ini ia tampak begitu khusyuk dalam berdoa dan ia tampak sekali begitu terpukul akibat di tinggalkan oleh Arlita calon istrinya selama-lamanya dan ia bahkan sampai detik ini belum bisa move on atau bangkit dari keterpurukan, bahkan selama 3 bulan ini Rahadian mengurung diri di dalam Apartemen miliknya, semua hp dinonaktifkan dan ia memakai hp baru dan khusus kedua orang tua dan Anwar saja yang bisa menghubunginya, bahkan semua urusan perusahaan ia serahkan sepenuhnya kepada Anwar, karena semenjak meninggalnya Arlita tiga bulan yang lalu membuat Rahadian benar-benar terpuruk dan kehilangan arah, bahkan ia saat ini bak ayam kecil yang kehilangan induknya. Selama tiga bulan ini hari-hari Rahadian hanya mengurung diri di apartemen bahkan ia sama sekali tidak melakukan apa-apa hanya menonton tv main game dan jika waktunya sholat ia langsung sholat, setiap hari hanya itu saja yang ia lakukan, bahkan ia sama sekali tidak pernah mengurus perusahaannya lagi, di ruang kerjanya juga menumpuk berkas-berkas laporan perusahaan yang belum sama sekali ia sentuh dan ia tandatangani karena ia sama sekali sudah tidak peduli dengan itu semua. Kembali lagi ke Rahadian yang sedang khusuk berdoa dan tak berapa lama kemudian, Rahadian telah selesai berdoa dan dan ia bangkit dari duduknya, sajadah yang ia duduki sejak tadi langsung ia lipat dan ia taruh di dalam lemari bajunya begitu juga peci dan gamisnya, dan saat ini Rahadian hanya memakai kaos oblong warna hitam dan celana pendek warna hitam, setelah itu ia keluar kamar dan langsung menuju balkon teras apartemennya, ia langsung duduk di kursi yang ada di balkon tersebut sambil menaruh segelas kopi dan rokok yang telah ia bawa sebelum menuju ke balkon teras penthouse apartemennya. Rahadian hanya duduk diam menatap dengan pandangan kosong ke depan sambil beberapa kali ia menghisap rokoknya dalam-dalam dan sesekali ia meminum segelas kopi yang ada di meja balkon teras penthouse nya, terlihat begitu berat beban pikiran yang dirasakan oleh Rahadian semenjak kematian Arlita dan bahkan ia sudah tidak memikirkan lagi penampilannya yang amburadul tersebut. Semenjak meninggalnya Arlita ia benar-benar sudah kehilangan arah dan tujuan hidup, hati dan jiwanya juga terasa amat kosong melompong sama sekali tidak ada lagi rasa cinta yang tumbuh, ia merasa hidup ini tidak ada gunanya, bahkan sampai saat ini ia belum bisa melupakan kejadian tiga bulan yang lalu, ia masih merasa kejadian itu terjadi baru kemarin. "Kenapa Arlita bisa melakukan tindakan nekat itu…??? Aku tidak habis pikir sama sekali… bahkan aku tidak menyangka sama sekali jika ia selama ini telah berselingkuh dan bahkan hamil… siapa laki-laki yang telah menghamili Arlita…??? Dan kenapa Arlita bisa setega itu membohongi diriku… dan kenapa dalam urusan cinta aku selalu gagal…??? Aku juga masih penasaran kenapa Arlita tampak begitu terpukul padahal jika waktu itu ia memang benar-benar memutuskan untuk membatalkan pernikahan aku mungkin akan terima dan kenapa ia harus bunuh diri… ini semua sudah di luar logika akal sehatku…". Rahadian berbicara di dalam hati tentang apa yang ia rasakan saat ini dan ternyata ia sama sekali belum bisa menerima kematian Arlita, bahkan ia masih penasaran siapa laki-laki yang telah menghamili Arlita. Kembali ia terlihat menghisap rokoknya dalam-dalam dan kemudian ia hembuskan asap rokok itu dengan perlahan terlihat ia ingin melepaskan semua beban yang ada di dadanya, Rahadian memang terlihat sangat terpukul sekali dengan kematian Arlita bahkan ia menyesalkan perbuatan nekat yang telah dilakukan oleh Arlita, ia juga tidak menyangka jika Arlita bisa senekat itu untuk bunuh diri dan itu semua tidak masuk logika baginya. Arlita adalah cinta pertama bagi Rahadian bahkan ia ingin Arlita itu cinta pertama dan terakhir buat Rahadian tapi takdir berkata lain karena ternyata selama ini cinta Rahadian hanya bertepuk sebelah tangan karena Arlita ternyata selama ini tidak sama sekali mencintai Rahadian, bahkan yang agak menyakitkan jika Arlita menerima Rahadian karena dasar kasihan, hal itu juga menjadi Rahadian menjadi agak terpukul kenapa Arlita bisa setega itu terhadap dirinya, bahkan selama ini Arlita dalam satu waktu jalan berbarengan dengan dua laki-laki yaitu dengan Rahadian dan laki-laki yang dicintai Arlita bahkan laki-laki itu juga yang telah menghamilinya. "kenapa takdir cintaku menjadi seperti ini kandas sirna hilang bagaikan debu… padahal aku merasa sangat bahagia saat bersama Arlita… tapi ternyata apa yang aku lalui bersama Arlita semua itu bagai fatamorgana di tengah Padang pasir yang tandus… semuanya semu dan tidak mempunyai arti apa-apa… sesak rasanya d**a ini jika mengingat kejadian waktu itu dimana Arlita mengungkapkan jika aku ini bukan cinta sejatinya bahkan Arlita menerima cintaku atas dasar kasihan… tapi kenapa aku sulit sekali melupakan Arlita… bahkan sesakit apapun hatiku tetap saja aku selalu mendoakan Arlita agar ia tenang di alam sana… logika ku benar-benar mati karena cinta… aku tidak pernah berfikir normal jika masalah cinta… kenapa aku sulit sekali melupakan Arlita…???". Rahadian berbicara dalam hati sambil memikirkan tentang Arlita yang sudah meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya dan bahkan ia selama tiga bulan ini benar-benar berjuang untuk melupakan Arlita tapi tampaknya semua sia-sia semakin ia berusaha melupakan Arlita semakin bayang-bayang Arlita hadir di dalam pikirannya, bahkan rasa cinta itu masih ada untuk Arlita walaupun Arlita selama ini sudah menyakiti dirinya. Inilah sebuah kekuatan cinta yang kadang sulit ditebak kadang cinta hadir secara tiba-tiba dan kadang juga menghilang tanpa pamit, bahkan rasa benci bisa hilang karena cinta itu dirasakan sekali oleh Rahadian dimana ia sakit hati memang dengan perlakuan Arlita selama ini tapi entah kenapa rasa cinta untuk Arlita masih ada di dalam d**a Rahadian, memang cinta itu rasa yang unik dan kadang sulit untuk di tebak. Rahadian saat ini benar-benar belum bisa bangkit dari keterpurukannya bahkan dari segi penampilan saja ia sudah tidak peduli lagi, mungkin orang-orang yang mengenalnya akan pangling dengan perubahan diri Rahadian sekarang karena Rahadian sekarang lebih terlihat gembel dan lusuh tapi gembel yang berkelas tinggal di apartemen penthouse, terlihat saat ini Rahadian memang sudah tidak peduli dengan kehidupannya, saat ini ia bak seorang pertapa yang sedang bersemedi mengasingkan diri dari dunia luar dan bahkan selama tiga bulan ini Rahadian sama sekali tidak pernah keluar dari Apartemennya sama sekali, kedua orang tua Rahadian juga kadang khawatir dengan anak semata wayang nya ini tapi mereka juga tidak bisa berbuat apa-apa jadi untuk sementara ini mereka berdua membiarkan Rahadian untuk menyendiri dan berpikir di apartemen penthouse nya, bahkan Anwar sahabat dekatnya juga sudah menyerah untuk menasehati Rahadian karena segala cara sudah digunakan agar Rahadian bisa bangkit dari keterpurukannya tapi semua itu tidak ada arti sama sekali bahkan Rahadian makin tidak mau keluar sama sekali dari apartemen selama tiga bulan ini. Disaat Rahadian hanyut dengan pikirannya, tiba-tiba saja… "Hei… Kring… ngelamun aja sih kerja lu…!!!" Rahadian sempat melompat kaget karena tiba-tiba Anwar sudah ada di belakangnya dan langsung menegurnya, ternyata Anwar sejak tadi sudah berada di belakang Rahadian tapi tampaknya Rahadian tidak peduli karena ia asik dengan lamunannya sendiri, Anwar memang selama tiga bulan ini bebas masuk ke apartemen Rahadian selain kedua orang Rahadian, "Astaga kaget gue Ndut… gila lu ya bikin jantungan aja… kapan lu dateng Ndut…???". Rahadian pun langsung menyapa Anwar dan ia terlihat kaget sambil mengelus dadanya menandakan ia benar-benar terkejut dengan kedatangan Anwar. "Lu aja Kring… yang pikiran lagi kemana-kemana… memang sih raga lu ada di sini tapi ya gitu pikiran lu entah kemana… Oya lu udah sholat Dzuhur belum…???!!!". Anwar Pun langsung menanggapi Rahadian. "Udah Kring… gue dari tadi udah sholat… ini gue lagi nyantai aja ngerokok di balkon sambil ngopi… Oya lu ngapain ke sini Ndut… kalo lu bahas urusan pekerjaan gue males Ndut… pokoknya lu urus aja semuanya ya… dan gue yakin lu bisa menghandle semuanya… otak gue belum bisa mikir Ndut…". Rahadian juga langsung menjawab pertanyaan dari Anwar sambil menghisap rokoknya. "Pak Boss… ayolah bangkit… masa lu belum bisa bangkit… ini sudah tiga bulan lu ninggalin semuanya… ayolah bangkit… lu kagak kasihan apa sama penulis novelnya… kalo lu terpuruk terus kayak gini dan ujung-ujungnya gila… yang ada judul novel ini akan di rubah sama penulisnya jadi CEO Ganteng Kok Gila… kan kasihan penulisnya harus merubah cerita novel ini… padahal novel ini bagus loh masa harus ganti judul… ayolah Pak Boss move on… lupakan masa lalu dan ayo kita berjuang lagi…". Anwar tampak nya mulai kembali mengajak Rahadian untuk bangkit dan bahkan ia menyemangati Rahadian agar bisa move on. "Iya Ndut… tapi gue belum bisa melupakan Arlita… apalagi lu tau kan kalo Arlita cinta pertama gue… gue juga capek Ndut bayang-bauang Lita muncul terus di pikiran gue… tapi gue gak bisa Ndut melupakan Arlita…". Rahadian pun langsung menanggapi obrolan dari Anwar. "Dasar lu aja yang Bucin (b***k Cinta)... Padahal lu tinggal doain aja Arlita setiap lu Sholat semoga Lita tenang di alam sana… dan harusnya sudah bisa bangkit… ayolah Kring sudah tiga bulan lu kagak ada perubahan sama sekali… bahkan muka lu aja udah kayak orang utan bulu di mana-mana… sampe lu cukuran aja males… ayolah Pak Boss… karyawan kita juga pada kangen sama lu…". Kembali Anwar mencoba menyemangati Rahadian agar segera bangkit dari keterpurukan. "Belum tahu Ndut… salam aja ya buat teman-teman kantor… Oya Ndut Lu sendiri kan kesini…???". Rahadian menanggapi omongan Anwar Sambil menghisap rokoknya. "Duh hampir gue lupa… gue ke sini sama sekertaris baru kita… makanya mau gue kenalin ke lu dulu… karena gue udah kewalahan Kring buat handle semuanya sendiri apalagi lu kagak move on sama sekali…". Sambil menepuk jidatnya Anwar langsung masuk ke ruang tamu. Dan ternyata Anwar datang dengan seorang sekretaris baru yang sejak tadi duduk di ruang tamu menunggu instruksi dari Anwar kapan ia bisa berkenalan dengan Rahadian. Setelah itu Anwar langsung mengajak sekretaris baru itu ke ruang balkon untuk bertemu dengan Rahadian. Tak lama kemudian… "Nah ini Pak Boss… Sekertaris baru kita…" Mendengar perkataan dari Anwar Rahadian langsung menoleh ke belakang untuk melihat siapa sosok sekretaris baru itu dan apa yang terjadi…? "Masya Allah bidadari dari mana lagi yang Engkau turunkan ini ya Allah…". Mulut Rahadian melongo sambil berbicara di dalam hati. Bersambung Ke Chapter 4
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD