TIGA

1270 Words
Sesuai kesepakatan mereka berdua, Renata dan Andra hari ini pergi untuk melihat beberapa wedding organizer bersama-sama. Andra bergegas pergi dari kantornya dan menjemput calon istrinya tersebut. Di perjalanan, Andra terkenang 3 tahun yang lalu, saat ia dan Reva mempersiapkan pernikahan mereka. Andra ingat betapa bahagia dirinya mencari segala keperluan mereka bersama. Meskipun di warnai dengan sedikit perdebatan, namun Andra dapat merasakan indahnya saat-saat itu. Sesaat kemudian, ia tersadar kembali. Tersadar dengan apa yang telah Reva lakukan terhadapnya. Semua rasa cinta dan kepercayaan hilang seketika saat ia mendapati fakta bahwa wanita yang paling ia cintai tersebut bermain di belakang matanya. Saat mobilnya sampai di halaman kantor Renata, ia sudah melihat Renata berdiri sambil menjinjing tas tangannya berwarna abu-abu tersebut. Kemeja satin berwarna krem dan rok kerja selutut berwarna biru donker membalut tubuh semampai Renata hari ini. Andra sebenarnya bisa cuci mata melihat penampilan Renata yang menyegarkan meskipun rambut Renata sedikit lepek karena seharian bekerja. Karena Renata tidak tahu mobilnya, maka ia mengarahkan mobilnya tepat di depan Renata dan membuka kaca mobilnya "Ini aku, masuklah" ucap Andra datar. Renata pun masuk ke dalam mobil tanpa menyadari bahwa kedua adik kembarnya tengah memperhatikannya dari dalam lobi kantor. "Kamu mau makan siang dulu atau langsung pergi ke kantornya?" Tanya Andra mengarahkan mobilnya keluar dari dalam area kantor tanpa menatap wajah Renata. "Makan siang dulu, sambil kita diskusikan temanya" jawab Renata santai "Tidak perlu. Aku kan sudah bilang temanya terserah kamu. Kamu tidak perlu mendiskusikannya denganku" ucap Andra. Iya semuanya terserah kamu. TERSERAH! bentak Andra dalam hatinya sambil melirik kesal Renata.       Andra memarkirkan mobilnya tepat di depan sebuah area perkantoran. Bangunan berwarna broken white tersebut dengan konsep minimalis menyambut calon Tuan dan Nyonya Wiryatma. Renata keluar dari mobil dan menunggu Andra keluar dari mobil. Mereka masuk bersama ke dalam kantor wedding organizer tersebut. Seorang wanita muda yang bertugas di front office langsung menyambut mereka dengan sangat hangat. "Selamat siang Mas dan Mbak, ada yang bisa kami bantu?". Renata tersenyum ramah dan langsung menghampiri wanita tersebut. "Siang, kami ingin melihat-lihat jasa apa saja yang di tawarkan untuk pernikahan kami"   Ternyata mereka tak butuh waktu lama, sekali bertemu, keduanya langsung klop dengan wedding organizer tersebut. Andra tak begitu banyak bicara selama pertemuan tadi, ia lebih banyak diam dan hanya sesekali menimpali, sedangkan Renata sangat antusias mengatur semuanya, bahkan lebih detail dari yang Reva lakukan dulu. Setelahnya Andra langsung mengantarkan Renata kembali ke kantor. Namun Andra tak langsung pulang ke rumah atau pun kantor, ia pergi untuk menghirup udara segar sendiri, mumpung ia belum terikat pernikahan dengan Renata. Andra mengunjungi sebuah kafe dengan suasana yang sangat rindang. Pemiliknya sengaja menanamkan banyak pohon-pohon rindang dan membuatnya dengan suasana outdoor agar pengunjungnya yang kebanyakan adalah pekerja kantoran dapat menikmati suasana rindang sesekali dan menyegarkan pikiran setelah bekerja. Sore itu suasana sangat damai, tidak terlalu banyak pengunjung yang datang, suasana pun menjadi cukup sunyi dan tenang tentunya. Andra menghela napas dan kemudian memesan kopi di sebuah mini bar di dalam kafe, mata menjelajahi area outdoor dan mencari sudut yang paling nyaman untuk bersantai. Setelah kopi pesanannya sampai, ia langsung bergegas keluar dan menuju sudut yang menurutnya nyaman untuk menyendiri sebentar. Ia menyuruput Espresso hangat dan menghirup oksigen sebanyak-banyaknya ke dalam paru-parunya. Ia menerawang dan kembali mengingat masa lalunya yang pahit tersebut.                         Saat itu, ia baru saja pulang menghadiri launching salah satu produk furniture milik temannya semasa kuliah dulu. Ia pergi sendiri karena Reva beralasan hendak menjenguk temannya yang sakit di rumah sakit. Ia pun mengizinkan dan pergi sendiri. Dua hari setelah itu, salah satu temannya datang dan memberikan laporan untuknya. "Kalau aku tidak salah, aku melihat istrimu kemarin lusa" ucap temannya. "Iya, dia pergi menjenguk temannnya dua hari yang lalu ke rumah sakit untuk menjenguk temannya" jawab Andra santai. "Bukan, aku bertemu dengannya bukan di rumah sakit, aku bertemu dengannya di sebuah kafe" balas temannya. "Dengan laki-laki lain" tambahnya. Andra yang tengah serius membaca laporan penjualan perusahaannya terkejut dan langsung menatap temannya. "Jangan becanda kamu, mereka paling hanya teman" ucapnya. Sepulang dari kantor, ia langsung menemui Reva dan bertanya tentang hal tersebut, jawaban Reva yang santai dan menjawabnya bahwa pria itu adalah temannya membuat Andra tenang. Namun ketenangan Andra tidak berlangsung lama, semakin hari, semakin banyak teman-temannya yang melapor pada dirinya bahwa mereka berulang kali melihat Reva berjalan-jalan bahkan bermesraan dengan laki-laki lain. Semakin hari sikap Reva tak lagi sehangat dulu pada dirinya, kecurigaannya semakin memuncak dan ia memutuskan untuk membuktikan pada dirinya sendiri bahwa benar atau tidak Reva bermain di belakangnya. Ia menyusun sebuah strategi. Ia berpura-pura mengatakan pada Reva bahwa ia akan hadir pada sebuah pertemuan di luar kota selama seminggu. Reva menanggapinya dengan santai, ia bahkan tidak mempersiapkan kebutuhan suaminya tersebut namun justru sibuk menelfon seseorang –yang Andra yakini adalah selingkuhan Reva- dan sibuk membicarakan seputar hal lain. Namun nyatanya, ia pergi menginap di rumah sahabatnya, Galih yang sudah ia beritahukan tentang rencanannya . Ia pun mulai membuntuti Reva dengan mobil sewaan yang ia sewa beberapa hari, agar Reva tidak curiga. Dengan segala upaya ia mencoba untuk membongkar dan membuktikan semua kata-kata temannya seputar istrinya yang dekat dengan pria lain menurut mereka. Puncaknya, saat ia mengikut arah mobil pria yang sudah ia curigai menjadi orang ketiga dalam rumah tangganya, mobil tersebut mengarah ke sebuah hotel bintang 3. Dengan amarah yang mulai naik, Andra meminta Galih untuk mempercepat laju mobil mereka, dan benar saja, keduanya terlihat sedang check-in dan menuju sebuah kamar. Tanpa babibu lagi, Andra langsung mencekal tangan istrinya yang tengah di rangkul mesra oleh pria tersebut. "Jadi ini yang kamu lakukan di belakangku?!" sentak Andra marah. Reva terlihat kaget namun berusaha untuk tetap tenang. Tetapi ekspresi wajahnya tidak bisa berbohong bawah ia panik melihat suami sahnya. "Aku berikan semua kepercayaanku padamu, dan ini balasannya!" gertak Andra marah. Galih mencoba membuat Andra tenang dan menghalau tangan Andra yang seperti hendak memukul Reva. "Sudah! Kamu laki-laki tidak boleh kamu memukul wanita!" ucap Galih. Dengusan napas kesal berulang kali terhembus, percekcokan antara keduanya tak dapat di hindari. Hingga akhirnya, "MULAI SAAT INI, KITA BERCERAI!" teriak Andra marah pada Reva. "Baik jika itu keinginanmu, aku bisa cari laki-laki yang bisa membuatku bahagia!" ketus Reva dan menyeret laki-laki simpanannya ke arah kamar yang sudah mereka pesan. "Benar-benar wanita tidak tahu diri" desis Galih marah. "Sudah, sebaiknya sekarang kita pulang, dan aku akan menelfon pengacaraku untuk mendaftarkan gugatan perceraianku ke Pengadilan Agama besok" ucap Andra dengan penuh amarah. Sampai di rumah, Andra menyuruh pembantunya untuk mengemas seluruh barang-barang Reva dan menaruhnya di dalam trash bag, lalu meletakknya di depan pagar rumah mereka. Andra tidak sudi menyentuh seluruh barang-barang milik Reva. Keesokan harinya Reva datang dan langsung mengambil barang-barangnya tersebut dengan melontarkan kata-kata kasar pada Andra. Sudah cukup lelah dengan kejadian kemarin malam, Andra yang memperhatikan Reva dari dalam hanya diam sambil mencoba menghubungi pengacaranya. Seminggu kemudian mereka di jadwalkan untuk agenda mediasi di Pengadilan Agama, namun keduanya tidak hadir dan Andra bersih keras untuk tetap bercerai dari Reva. Seperti mendengar doa-doa nya, perceraiannya dengan Reva berjalan mulus dan selesai lebih cepat dari yang ia perkirakan. Reva bahkan tidak meminta harta secuil pada mantan suaminya tersebut. Perpisahan mereka di akhiri dengan penuh diam saat keduanya melangkah keluar dari ruangan persidangan, sesaat setelah hakim memutuskan mereka resmi bercerai. Kenangan pahit tersebut yang membuat Andra menjadi seperti ini. Keras kepala, susah di atur dan lebih mudah tersulut emosi, keluarga dan beberapa teman dekatnya yang paling merasakan perubahan Andra. Dan Andra sendiri juga merasakan dirinya yang sekarang bukanlah dirinya. Seperti ada roh jahat yang merasuki dirinya dan mengubah sikapnya menjadi seperti ini. Andra menghela napas panjang setelah ia 'selesai' dari flashback di masa lalunya. Lalu entah setan apa yang merasukinya, bayangan Renata tadi siang terbayang olehnya.   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD