Dua

1454 Words
“Tolong, jangan ganggu saya.” “Tolong biarkan saya pergi.” Seorang gadis menangis ketakutan malam ini, karena ia dihadang oleh tiga pria yang sedang mabuk di jalan. Suasana jalan pun sangat sepi. “Tidak semudah itu gadis cantik. Jangan takut, bermain dan bersenang-senanglah dengan kami sebentar saja, sayang.” “Kumohon jangan mendekat.” Ketiga pria tersebut melangkah mendekati gadis itu, sehingga membuat gadis itu semakin ketakutan dan ia mencoba mengambil ponsel yang ada di tasnya untuk meminta bantuan. Namun sayang, belum sempat meraih ponselnya, salah satu pria tersebut berhasil merampas tas gadis itu. “Lupakanlah ponselmu! Tenang saja, kami tidak akan menyakitimu. Kami hanya ingin mengajakmu bersenang-senang menikmati malam hari ini.” “TOLOOOONG…. !!!” “TO….. TOOLOOOOOOOOOOOOONG!!!” Gadis itu berteriak sekencang mungkin berharap ada seseorang yang mendengarkannya dan membantunya, karena sudah benar-benar takut saat ini. Ketiga pria itu sudah dekat dengannya. “Jangan berteriak sayang. Itu hanya akan membuat tenggorokanmu saja. Karena tak aka nada seorangpun yang mendengarnya. Lebih baik simpan tenagamu itu untuk kita bermain dan suaramu itu untuk mendesah nanti.” “Kalian mau apa?” Gadis itu semakin ketakutan saat salah satu pria mencolek pipinya. Dan tiba-tiba pria yang lain memeluknya dari belakang. Gadis itu berusaha untuk memberontak dan melepaskanpelukan itu. “Lepaskan saya atau kalian akan tahu akibatnya.” “Wow jangan galak-galak sayang. Itu membuatku semakin merasa bergairah.” “Hiks… hiks… saya mohon lepaskan saya.” Gadis itu hanya bisa pasrah dan menangis saat ini. “Jangan menangis sayang.” Salah satu pria mengusap air mata gadis itu. “WOOYYYYY.” Tiba-tiba terdengar teriakan seseorang dari kegelapan dan ia berjalan mendekati gadis tadi dan ketiga pria mabuk. “Lepaskan gadis itu.” Ucap seseorang tadi. “Siapa kau? Tidak usah ikut campur.” “Aku? Kalian ingin tahu siapa aku? Aku adalah Fiona.” Ucap Fiona dengan suara lantang tanpa rasa takut sedikitpun. “Wah ternyata seorang wanita cantik.” Ucap salah seorang pria saat Fiona mendekati mereka. “Kemarilah, mari ikut bermain dengan kami.” Ucap yang lain. “Lepaskan gadis itu, sebelum kalian mendapatkan akibatnya.” “Hiii… serem. Emmm… bagaimana ya? Baiklah akan aku lepaskan gadis ini, tapi kau sebagai gantinya.” “Ahh, tidak tidak. Mengapa kita tidak bermain dengan keduanya saja.” Emosi Fiona sudah tak tertahan. Ia melihat gadis itu menangis dan ketakutan. Dengan segera ia melayangkan kakinya dan mengenai salah satu pria tersebut, sehingga pria itu mental dan terjatuh. Kemudian ketiga pria tersebut satu persatu mencoba untuk menghajar Fiona. Tak sengaja Fiona terkena tonjokan, sehingga membuat bibirnya bedarah. Namun itu tak membuat Fiona takut ataupun menyerah. Justru Fiona semakin geram dan melawan dengan penuh amarah. Hingga kini ketiga pria tersebut kalah dan tersungkur ke tanah akibat tendakan dan pukulan Fiona. Setelah mengalahkan pria tersebut, Fiona segera menghampiri gadis itu yang kini sedang berjongkok menangis ketakutan. “Tenanglah. Semua sudah baik-baik saja. Apa kau terluka?” Tanya Fiona. Gadis itu menjawab dengan hanya menggelengkan kepala. Tidak lama datang mobil polisi dan menangkap semua penjahat yang telah dikalahkan oleh Fiona. “Apa kau yang memang memanggil polisi?” Tanya Fiona. Gadis itu pun menganggukkan kepala. “Anak pintar. Kalau begitu tenanglah, jangan menangis lagi. polisi sudah menangkap mereka semua. Mereka akan mendapatkan hukuman setimpal karena telah melukaimu.” Akhirnya gadis itu sedikit lebih tenang. “Terima kasih kak karena telah menyelamatkanku. Aku tidak tahu jika kakak tidak ada, aku akan seperti apa.” “Sama-sama. Tenanglah semua sudah baik-baik saja. Kalau boleh tahu siapa namamu?” “Namaku Shahia kak.” “Ahh Shahia. Salam kenal aku Fiona. Kalau boleh tahu kenapa kamu jalan kaki sendirian malam-malam begini?” “Tadi aku habis belajar kelompok di rumah temen kak. Terus aku pulang jalan kaki, tapi sepertinya aku salah jalan.” “Tapi kenapa pulang sendiri? Kenapa nggak bareng temen yang lain atau suruh jemput aja.” “Temen aku yang lain beda arah kak rumahnya. Biasanya aku suruh jemput kakakku kak, tapi malam ini dia lagi ada acara sama temen-temennya, jadi aku nggak mau ganggu dia kak.” “Hehm baiklah. Lain kali jangan pulang sendirian malam-malam lagi ya? Berbahaya soalnya.” “Iya kak.” “Rumah kamu mana? Biar kakak antar.” “Eh nggak usah kak, nanti ngerepotin kakak.” “Nggak kok. Lagian kakak juga nggak akan tenang kalau membiarkan kamu pulang sendiri.” “Hehehe. Baiklah kak. Sekali lagi terima kasih kak.” “Belum juga dianter udah bilang terima kasih aja.” “Hehehe.” Mereka pun berjalan menuju ke tempat Fiona memarkirkan sepeda motornya. Saat melihat motor milik Fiona, Shahia sedikit kaget. Karena Fiona menggunakan motor Ninja H2R berwarna hitam metalic. motor yang biasa digunakan untuk balapan dan harganya juga fantastis, yaitu miliaran Rupiah. Dan yang bikin Shahia leih heran, karena biasanya motor ini kebanyakan hanya dipakai seorang pria. “Kita naik ini kak?” Tanya Shahia heran. “Iya. Memangnya kenapa?” “Hehehe. Nggak papa kak.” “Kamu nggak pernah naik motor begini ya?” “Nggak pernah kak. Hehe.” “Ya udah yuk naik.” Shahia pun naik dan Fiona mulai mengenderai motornya. Shahia menunjukkan jalan menuju rumahnya kepada Fiona. Shahia berpegangan erat pada Fiona, karena ini pertama kalinya Shahia naik motor pembalap, meskipun Fiona mengendarainya tidak terlalu kencang. Hingga mereka pun sampai di depan rumah Shahia. “Sekali lagi terima kasih banyak kak.” “Iya Shahia sama-sama. Kalau gitu kakak langsung pulang ya?” “Kakak nggak masuk dulu? Itu bibir kakak terluka. Biar Shahia obati dulu.” “Nggak usah Shahia, ini nggak papa kok, besok paling juga udah sembuh. Lagian udah terlalu malam, nggak enak nanti ngganggu orang rumah.” “Ya udah kalau gitu kak. Sekali lagi terima kasih yang sebanyak-banyaknya kak. Shahia hutang nyawa sama kakak. Semoga Tuhan membalas semua kebaikan kakak. Shahia nggak tahu harus bilang apa lagi.” “Iya Shahia santai saja. Tadi kebetulan saja kakak lewat. Ya sudah ya kakak pamit dulu.” “Iya kaka. Hati-hati di jalan. Semoga kita bisa bertemu lagi.” “Iya Shahia. Kakak pulang dulu ya.” “Iya kak.” Fiona melajukan motornya meinggalkan rumah Shahia. Sedangkan Shahia langsung masuk ke dalam rumahnya. Fiona melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, karena kebetulan jalan memang sepi dan ia ingin segera sampai rumah. Ia ingin segera membersihkan diri dan mengobati bibirnya yang terluka. Namun pada saat di pertigaan jalan, Fiona hampir saja menabrak sebuah mobil. Untung saja Fiona langsung mengerem motornya. Begitu juga dengan mobil itu. Keluarlah seorang pria tinggi dan tampan sang pemilik mobil tersebut. Ia pun langsung turun dan marah-marah. “Woy… bisa naik motor nggak sih lo?” “Dih… Ya sorry… Gue nggak sengaja. Lo juga bisa hati-hati nggak sih bawa mobilnya. Gue hampir ketabrak nih?” “Dih… Lo yang salah, lo yang marah-marah. Hebat banget lo ya. Untung gue masih sayang sama mobil gue, kalau nggak udah gue tabrak sekalian tadi.” “Ahh begitukah. Jadi terharu gue. Kalau begitu gue ucapin terima kasih banyak buat kebaikan hati anda, dan gue juga minta maaf.” Fiona mengalah karena ia tak mau berdebat. Yang ia ingingikan hanya segera sampai rumah. “Untuk kali ini gue maafin. Karena mobil gue juga nggak lecet. Lain halnya kalau mobil gue sampe lecet sedikit aja. Lo bakal gue tuntut.” “Iya, iya. Kalo udah gue mau pergi dulu.” “Dasar cowok rempong.” Gumam Fiona pelan namun masih terdengar oleh pria tersebut. “Apa lo bilang? Gue cowok rempong?” “Haish sial. Makin lama nih masalahnya.” “Lo yang cari masalah duluan.” “Jadi mau lo apa?” Pria itu menatap wajah Fiona yang masih menggunakan helm di kepalanya dengan tajam. “Tunggu sebentar. Lo cewek kan? Suara lo kayak cewek, tapi penampilan lo cowok banget.” “Iya, gue cewek. Kenapa emang? Ada masalah?” “Sangat mengerikan.” “Maksud lo?” “Lo habis berantem? Gue tahu pasti lo habis balapan liar, trus lo kalah dan habis mabuk-mabukan terus berantem.” “Bukan urusan lo.” Fiona pun kembali menyalakan mesin motornya dan segera melajukan motornya meninggalkan pria tersebut. “Woy…. Dasar cewek kurang ajar. Cewek sinting. Cewek nggak ada akhlak. Gue sumpahin nggak ada cowok yang suka sama lo.” Teriak pria tersebut kesal. Suara pria itu masih terdengar oleh Fiona, namun ia tak mempedulikannya. Ia terus melajukan motornya. Fiona pikir nggak penting juga ngladenin pria rempong seperti itu, lagian ia juga nggak akan pernah ketemu lagi. TBC ***** Kira-kira siapa yang ditabrak Fiona ya? Hehehe Ayo dong minta temen kalian buat bantu tap love, biar segera bisa kontrak ceritanya. Hehehehe. Terima kasih. ~ Selamat Membaca ~           
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD