Glores 2 - Musik Mengerikan

1142 Words
Glores 2 - Musik Mengerikan Selesai bermain di pantai pulau Glores mereka pulang bersama-sama. Mereka tidak mendengarkan larangan dari Mondy tetua dari pulau Glores. Aneh saja, pulau seindah ini akan membawakan bahaya bagi mereka. Mereka berenam memang tidak takut pada apapun. Kalau Varrell jangan di tanya. Jelas dari kecil dia sudah melihat beberapa makhluk astral yang tidak kasat mata. Bahkan beberapa dari mereka sudah biasa menampakan diri di hadapan Varrell. Awalnya Varrell sangat menderita dengan kekuatan cenayang yang ia punya. Namun, karena Nathalia ibunya juga mempunyai kekuatan yang sama dengan dirinya. Lambat laun Varrell mulai terbiasa dengan makhluk astral yang ia lihat. Mereka semua selesai membersihkan diri. Enaknya malam Minggu seperti ini, nonton film seru tentang legenda urban di sebuah pulau mistis. Richard merekomendasikan film horor yang mereka akan tonton hari ini. "Tunggu! Aku rasa jangan nonton film horor deh. Mendingan main game. Atau apapun itu. Katanya pulau ini berhantu, aku takut malah memancing makhluk itu keluar." Varrell memberikan peringatan pada mereka. Varrell tidak yakin ucapannya akan mereka dengarkan. Pasalnya, mereka semua ini bukan tipe orang yang penakut. Dan mudah terhasud oleh perkataan yang belum jelas kenyataanya. "Hahaha, Varrell. Varrell. Zaman sekarang masih percaya hantu? Hantu itu hanya ada di legenda urban saja. Aku tahu, kamu pasti takut kan?" Sindir Erika. Perempuan yang sering tidak percaya adanya hantu. Erika di kampus sering bermain permainan yang katanya bisa mengundang hantu datang, tapi tidak satupun permainan yang mendatangkan hantu. Makanya Erika tidak percaya yang namanya hantu. "Iya, Rell. Kamu ada-ada saja. Masa iya nonton film hantu bisa mengundang hantu di pulau Glores. Kamu mau nakut-nakutin kita ya, kayak si tetua pulau Glores tadi. Siapa namanya?" George mulai mengingat-ingat siapa tetua pulau Glores, yang tadi mencoba mengusir mereka di pantai. Padahal saat di mobil tadi. Dia juga bilang kalau pulau ini berhantu. "Mondy," sahut Bianka yang memang tidak banyak bicara. Bianka juga termasuk yang tidak percaya sama hantu. Seumur hidupnya ia suka menonton film horor. Namun, sama seperti Erika. Tidak ada satu hantu pun yang nampak di depannya. "Nah, iya Mondy. Pulau bagus indah kayak gini. Masa iya ada hantunya," tukas George. George juga masuk komunitas pencinta hantu. Ia percaya kalau hantu hanya ada di dalam film saja. Karena dia juga selama ini belum pernah lihat hantu dalam bentuk nyata. Namun, George akui. Ia cukup penakut kalau benar nanti melihat yang namanya hantu. "Kamu kebanyakan nonton film horor, Rell. Santai aja, hal buruk itu enggak akan pernah terjadi kok," timpal Zafran ikut tidak menggubris ucapan Varrell. "Udah. Udah. Kalau memang Varrell enggak mau nonton. Kamu tidur saja di kamar, biar kita nonton di sini berlima," lerai Richard. Dia memang paling tua di anatara mereka berenam. Dia paling bijaksana di antara mereka semua. Mereka semua di pertemukan dalam komunitas pencinta hantu di kampusnya. Ada dari anggota mereka yang ikutan uji nyali di kampus sering sekali menemukan penampakan hantu. Namun, saat tim Ricard melakukan uji nyali. Tidak ada satupun hantu yang muncul. Mereka semua yang datang ke pulau Glores ini. Tidak percaya adanya hantu. Mungkin hanya Varrell saja yang percaya. Karena dia adalah seorang cenayang. "Ya sudah, aku masuk kamar saja. Aku sudah memperingatkan kalian. Jangan sampai hal yang aneh terjadi di sini!" Ucap Varrell sambil pergi dari ruang tamu. "Penakut dia!" Umpat Erika. "Ya udah ayo kita mulai nontonya. Paling filmnya selesai sekitar jam dua belasan," ucap Richard. Ia mulai menyetel film hantu yang baru-baru ini sangat viral di sosial media. Tepat pukul dua belas malam. Atmosfer di vila itu berubah menjadi dingin. Entah kenapa begitu sangat dingin. Angin kencang mulai menerpa, menyelusup ke jendela vila. Tiba-tiba jam besar yang berada di ruang tamu vila berdentang keras. Tidak lama, pemutar musik antik jaman dahulu mulai memutar sebuah musik. Suara perempuan yang bernyanyi itu sangat mendayu-dayu. Liriknya terdengar sangat menyedihkan. Lagu lawas yang belum tentu mereka tahu lagu siapa ini. Varrell keluar kamar saat mendengar keanehan itu. Ia melihat sosok nenek-nenek tua sedang berdiri di depan alat pemutar musik antik itu. Wajahnya sangat buruk rupa. Varrell sejak tadi memang sudah mempunyai firasat buruk tentang hal ini, tapi teman-temannya tidak menggubris laranganya. Nenek buruk rupa itu melirik Varrell mata mereka saling bertemu. Nenek itu bibirnya terus menirukan lirik lagu yang terputar di alat pemutar musik itu. Saking seringnya melihat makhluk aneh, Varrell sudah tidak takut lagi dengan penampakan seperti itu. Namun, siapa sosok itu? Tidak lama musik berhenti. Nenek-nenek buruk rupa itu juga ikut menghilang. "Sudah aku ingatkan. Jangan aneh-aneh di sini. Lihat apa yang harus saja terjadi!" Tukas Verrell sedikit marah. Siapa tahu nenek-nenek itu memberi peringatan pada mereka. Karena terlalu meremehkan soal hantu. Baru kali ini mereka mengalami kejadian aneh seperti barusan. Namun, hanya Varrell saja yang melihat penampakan nenek-nenek buruk rupa itu. "Mana aku tahu kejadiannya akan seperti ini. Apa mungkin kamu yang mensetting kejadian ini. Kamu mau bikin kami takut?" Tuduh Erika. "Mana mungkin, aku sedang di kamar. Bukankah aku sudah mengingatkan untuk tidak menonton film horor. Karena itu akan memancing mereka datang," tegas Varrell. "Mungkin saja, pemutar musik itu otomatis terputar tepat pukul dua belas malam. Coba besok tanyakan ke penjaga vila ini. Sudah kita selama di komunitas pencinta hantu. Tidak pernah mengalami kejadian ini. Anggap saja yang tadi bukan apa-apa," ucap Zafran santai. Padahal tadi juga ia sempat merinding saat mendengar lagu lawas yang liriknya sangat menyedihkan itu. "Ya, betul kata Zafran. Mending kita berpikir positif saja. Mana tahu memang benar itu pemutar musik otomatis," dukung Richard. "Terserah kalian. Pokoknya jangan melakukan hal aneh selama kalian di sini!" Varrell kembali masuk kamar lagi. "Varrell kenapa ya? Kok aneh gitu?" Tanya George. "Kalian semua enggak tahu ya, Varrell itu lahir di pulau Glores ini. Sudah pasti dia tahu seluk beluk tentang pulau ini. Mungkin saja yang barusan terjadi memang peringatan. Aku lihat mukanya sampai pucat pasi," jelas Bianka. "Kamu serius?" Tanya semuanya. "Iya, dia memang aneh. Pas kita ajak ke pulau Glores saja. Dia terus menolak tanpa alasan. Sampai akhirnya dia mau pergi ikut kita. Setelah aku selidiki ternyata di lahir di pulau ini. Aku pernah lihat ibunya memarahinya karena ingin ke pulau Glores," terang Bianka. "Ibunya katanya cenayang ya?" Tanya Erika. "Ya aku pernah dengar. Ibunya Varrell bisa melihat makhluk yang tidak kasat mata. Apa mungkin Varrell juga seorang cenayang? Biasanya kan itu keturuan," terka George. "Sudah, sudah. Kalian ini hanya menerka-nerka. Sekarang kita tidur saja. Dari pada ada hal yang tidak-tidak muncul lagi. Besok kita akan ke hutan untuk berpetualang. Kalian lupakan kejadian ini," ujar Richard. Dia memang paling tidak suka keributan. Sejenak Richard melihat ke arah pintu kamar Varrell. Ada sosok putih yang tadi melintas. Richard mengucek-ngucek matanya. Apa dia salah lihat? Ternyata peringatan dari Varrell tidak main-main. Apalagi saat tahu kalau Varrell lahir di pulau ini. Sudah pasti Varrell melarang, karena dia sudah pernah mengalami hal ini. Semoga saja bukan pertanda buruk.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD