Perhiasan Abbas

1679 Words
Gadis berkerudung itu melangkah pelan menuju kelasnya, saat di koridor ia merasa kepalanya ditepuk pelan dengan benda kecil. Aisyah pun menoleh dan melihat Kevin sudah tersenyum manis padanya. Aisyah membalas dengan tersenyum tipis, "Eh Vin, baru datang juga?" tanya gadis itu dengan melanjutkan langkahnya. "Hm. Sebenarnya udah dari tadi sih tapi gue ke kantin dulu buat sarapan," tuturnya dengan berusaha mensejajarkan langkahnya dengan Aisyah. "Emang gak ada yang masakin di rumah?" Tanya gadis itu hati-hati. Melihat raut wajah Aisyah yang tak enak, Kevin terkekeh pelan. "Gue emang buru-buru tadi, makanya gak sempat sarapan." Balasnya masih dengan bibir melengkung sempurna, Aisyah menghela nafas sejenak. "Syukurlah," ujarnya pelan lalu melanjutkan langkahnya. "Aisyah." panggil Kevin pelan. "Hm." "Nanti sore mau nonton gak?" Tanya cowok itu tiba-tiba membuat Aisyah menghentikan langkahnya. Gadis berkerudung mendongak kecil dengan alis bertautan. "Gue--" "Lepasin elaah gue masih ngobrol sama Aisyah," kesal Kevin berusaha melepaskan diri dari rangkulan Abbas yang tiba-tiba muncul. Namun, pegangan Abbas lebih kuat dibanding penolakannya. "Ngobrolnya sama gue aja." Balas Abbas santai, dengan tangan masih di leher Kevin. Aisyah hanya tersenyum tipis sambil menatap punggung dua cowok jangkung itu yang mulai menghilang dari pandangannya. "AISYAAAAAAHHHH!!!" teriak seseorang memanggilnya, Aisyah sudah hafal siapa pemilik suara cempreng itu. "Asha, kenapa ngos-ngosan gitu?" Tutur Aisyah saat melihat gadis di depannya itu sudah memegang lututnya sembari menetralkan nafasnya. "Tadi gue dikejar tukang ojek," imbuhnya jujur dengan sesekali menengok kebelakang takutnya tukang ojek itu mengikutinya sampai ke sekolah. "Kok bisa?" Tanya Aisyah sambil merapikan rambut Asha yang sudah berantakan. "Gue tadi kan sebelum berangkat sekolah sarapan bubur ayam dulu, nah pas gue naik ojek gue lupa kalo uang gue kurang, dipake buat makan bubur," ujarnya jujur tanpa penyesalan, Aisyah mengerjap bingung. "Yaudah kita ke tukang ojeknya yah, kita bayar yang kurangnya." Ajak Aisyah kemudian beranjak, Namun tangannya ditahan oleh Asha. "Gak usahlah, palingan juga udah pulang abangnya." Ujarnya dengan cengiran lebarnya. "Gak boleh gitu, kasiankan tukang ojeknya. Lain kali kalo ketemu harus ganti yah," ujar Aisyah lembut, Asha mengangguk kemudian menarik Aisyah ke kelas bersamanya. *** "Apa'an sih Bas, lepasin elaah." Kesal Kevin mendorong tubuh Abbas pelan, cowok itu tak menanggapi hanya berjalan santai ke mejanya dengan senyum kemenangan. "Emang ganggu dasar," gerutu Kevin masih di ambang pintu. "Bisa tolong jangan menghalangi jalan, ini bukan jalanan buyut lo yah," Nia yang baru muncul sudah menceramahi Kevin yang terlonjak kaget mendengar suaranya. "Santai aja bisa gak," ujar Kevin tak kalah galak, Nia melotot padanya membuat pemuda itu termundur kecil. "Udah salah ngegas lagi lo, minggir gak." Sentak Nia dengan tajam, Kevin mau tidak mau menyingkir memberinya jalan. "Nah gitu dong nurut sama tuan putri," tuturnya dengan mencolek dagu Kevin, dengan cepat cowok itu menepis tangannya kesal. "Mak lampir dasar!!" Makinya pelan, kemudian memilih duduk di mejanya. Satu persatu masuk ke kelasnya, mulai dari Kinos yang datang dengan Eca sambil adu mulut gara-gara Eca mendorong cowok itu dan terjatuh di gerbang sekolah dan menjadikannya bahan tertawaan. Kemudian Aisyah dan Asha, Juna dan Arif yang tak lupa ucapan selamat paginya dengan saling menendang b****g, Yudi yang datang langsung menari-nari tidak jelas didepan kelas. "Eh nanti belajar dirumah gue yuk, gak ada orang soalnya." Ajak Kinos pada teman-teman kelasnya. Karena beberapa hari terakhir wali kelas menyarankan mereka untuk belajar bersama. "Huh? Lo ngajak gue?" Tunjuk Yudi pada dirinya sendiri, Kinos mengangguk. "Gak, kita belum sah. Gak boleh berdua-duan dirumah yang kosong." Kinos sudah menoyor kepala Yudi kasar, membuat cowok itu mengaduh kecil dan menyengir tanpa dosa. "Dasar kaumnya nabi Lut," ujar Nia ikut nimbrung. "Kok Nabi Lut?" Tanya Yudi polos. "Emang keliatan bangat gak pernah belajar agama," ejek Nia sambil menggeleng-geleng. "Emang kenapa sama Nabi Lut? hubungannya sama gue apa?" Tanya Yudi sudah mengoyang-goyangkan tangan Nia meminta penjelasan. "Maksud Nia tuh, Homo. Kaumnya Nabi Lut itu suka sesama jenisnya, makanya dilaknat. Lo jangan kayak gitu yah Yud." Jelas Aisyah dengan wajah polosnya, membuat yang lain terkekeh pelan. "Aisyah kok lo ngatain gue juga sih?" sedihnya yang dibuat-buat, kemudian ia menatap Nia yang sudah tertawa lebar. "Dasar mulut sampah!!" Makinya kesal, Nia hanya balas dengan menjulurkan lidahnya. "Eh, gue gak ngatain lo kok." ujar Aisyah merasa tak enak. "Dia cuma becanda, gak usah diladenin." Ujar Abbas datar. Aisyah mengangguk mengerti dan tersenyum pada cowok itu. Lagi-lagi Abbas diuji imannya untuk tidak tersenyum sekarang. "Gimana, kalian mau ikut gak?" Kinos menatap satu persatu temannya, yang terlihat sudah mengangguk setuju. "Nanti pulang sekolah langsung berangkat aja gimana?" Usul Kinos dengan mengangkat alisnya tinggi. "Gue mah setuju aja, yang penting pas nyampe disana banyak makanannya." Ujar Asha jujur, yang lain mendelik. "Kita kesana mau belajar, bukan pergi makan." Ketus Rani yang sedari tadi diam. "Raniku sayang Raniku malang, belajar itu butuh tenaga, yah tenaga didapat dari makanan. Jadi, kalo gak makan gak ada be-la-jar." Jelas Asha sudah menekan kata belajar, Rani mendengkus pelan. "Eh gue ikut yah, sekalian gue nginap dirumah lo yah Nos. Malas pulang kerumah," imbuh Juna di pojok yang matanya masih fokus pada gadgetnya. "Emang lo kira rumah gue penginapan gembel?" Juna menatapnya tajam. "Lo ikut, kan?" Tanya Abbas pelan pada Aisyah yang duduk di depan mejanya. "Gue?" Aisyah terdiam sembari berpikir dengan alis bertautan. "Gue ikut kok," Balasnya yakin mrmbuat Abbas mengangguk dengan tersenyum tipis. Teman-temannya yang melihat interaksi antara dua insan itu berdehem keras supaya tau kalau ada mereka juga dikelas ini. "Abbas mainnya mulus bangat yah, Kevin kan jadi jealous," ujar Yudi sok bersimpati, Kevin melongos. Abbas hanya diam tak menanggapi. "Gue mah setujunya Aisyah sama Abbas, jangan sama Kevin. Gue anti-Kevin soalnya," tutur Nia pedas, Kevin meliriknya tajam. "Udah gak usah bahas itu, lagipula kan kita semua kan teman." Ujar Aisyah tersenyum membuat kedua matanya tak terlihat. "Uhhhh teman Bass, cuma teman." Ulang Yudi dengan sengaja menekan kata teman, Abbas berdecak dan mendorong tubuh Yudi kasar. Yang lain hanya menahan tawa melihat muka bete Abbas. "Tuh kan Syah, dia itu maunya lebih dari sekedar te--" ucapan Yudi terhenti saat Abbas sudah membungkam mulutnya. "Bunuh aja Bass, gue ikhlas kok." Kata Asha santai kemudian ia mengaduh kecik karena sudah mendapat jitakan dari Faris yang sedari tadi diam. "Guenya yang gak ikhlas," ujar Yudi yang sudah berhasil lepas dari Abbas. "Udah, nanti kita berangkat habis pulang sekolah yah." Jelas Kinos lagi, kemudian mereka membubarkan diri dan duduk di kursi mereka masing-masing. *** Bel pulang sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu, kelas XI IPA 1 masih berkumpul ditempat parkir untuk berangkat bersama kerumah Kinos. "Gue sama lo yah Nos," ujar Asha sudah duduk dibelakang Kinos. Kinos yang baru mengeluarkan motornya dari tempat parkir menatap kesal kearah gadis itu. "Turun dulu bisa kan Sha, ini gue lagi keluarin motor." Marah Kinos, Asha hanya mencuatkan bibirnya kesal lalu melangkah turun dari tunggangan Kinos. "Eh gembel, lo sama gue aja." Ujar Faris menarik ransel gadis itu, Asha tak menolak kemudian duduk menyamping diatas motor Faris. Kinos hanya menghela nafas. Disaat yang lain sudah ribut masalah tebeng-menebeng, Abbas mendekati Aisyah disebelahnya yang terlihat bingung. "Lo sama siapa?" Ujar Abbas pelan dengan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Belum tau," jujur Aisyah, Abbas berdehem pelan. "Sama gue aja." Kata Abbas seakan tak terbantahkan. Aisyah mengkerutkan kening, "Naik motor?" Tanyanya dengan mengerjap, Abbas mengangguk mengiyakan. "Bas. Gue naik angkot aja deh. Lo duluan aja sama yang lain." Balas Aisyah menolak, Abbas mengernyitkan dahi. "Kenapa emang? Lo gak suka gue bonceng, atau lo mau sama Kevin?" tuduhnya sudah kesal, Aisyah menggeleng pelan. "Bukan gitu, masalahnya gak boleh berdua-duaan gitu. Apalagi naik motor, kan kesempatan berbuat dosa kan banyak tuh," balas Aisyah membuat Abbas melotot. "Maksud lo gue bakal ngambil kesempatan gitu?" Ujarnya tak percaya, Aisyah malah terkekeh pelan. "Bukan, takutnya fitnah. Gue gak enak juga sama lo." Ujarnya menjelaskan berharap cowok didepannya itu mengerti, Abbas menghela nafas. Teman-temannya yang lain sudah berlalu duluan, Kinos berakhir dengan membonceng Nia walaupun Nia sesekali menggerutu. "Aisyah lo sama gue aja, gue kan bawa mobil," ajak Kevin padanya, Abbas melirik Aisyah yang masih menatapnya tak enak. "Gimana Syah, lo ma--" "Gak. Aisyah sama gue." Balas Abbas cepat sambil menarik tali tas selempang milik Aisyah, Kevin hanya menganga ditempat. Aisyah setengah berlari mengikuti langkah cepat Abbas. Abbas juga heran kenapa ia melakukan hal itu. "Bass, kan motor lo disana?" Tunjuk Aisyah ditempat parkir. Abbas masih tak bergeming. "Abbas," panggil Aisyah lagi, Abbas menghentikan langkahnya kemudian menoleh pada gadis yang tinggi sedadanya itu. "Kita naik taxi atau angkot aja, biar lo nya tenang." Ujar Abbas menjelaskan, dan melepaskan pegangannya pada tas milik gadis itu. "Kenapa gak nebeng sama Kev--" "Gak, gak usah" balas Abbas cepat, Aisyah hanya mengerjapkan mata bingung. Suara mobil yang mendekat pun membuat mereka berdua menoleh, Kevin menyembulkan kepalanya keluar kaca mobil membuat Abbas sekilas berdecak. "Bass, nebeng sama gue aja. Dari pada nungguin angkot lama," ajak Kevin pada Abbas tapi matanya mengarah pada Aisyah, jelas membuat Abbas menatapnya kesal. "Gak usah, pergi aja duluan." Usirnya pada Kevin yang hampir mengumpat di dalam mobil. "Aisyah, gue duluan yah. Hati-hati sama Abbas," sindirnya kemudian menancap gas dan berlalu pergi, meninggalkan Abbas yang menggerutu kecil. Aisyah menaikan pandangannya pada cowok jangkung disebelahnya. Keadaan sekolah yang sunyi membuat suasana tiba-tiba kikuk. "Bass, lo marah sama gue?" Tanya Aisyah cemas, Abbas yang sedari tadi diam meliriknya kemudian menggeleng pelan. "Terus muka lu kenapa gitu?" Tanya Aisyah masih takut. "Emang dari lahir muka gue kayak gini Syah, lo ngejek gue nih ceritanya." Ucap Abbas dengan menoleh pada gadis itu yang dengan cepat mengibaskan tangannya cepat membuat Abbas menahan senyum. "Bukan gitu Bass, maksud gue--" Abbas terkekeh pelan membuat Aisyah mengerjap kaget. Apalagi pemuda itu jarang seperti itu. "Aisyah lo mau gak jadi perhiasan dunia buat gue?" Tanya Abbas tanpa menoleh pada Aisyah yang sudah mengerjap tak paham. "Huh? Maksudnya gimana?" "Lo tau kan hadist yang berbunyi 'Dunia adalah perhiasan, tapi sebaik-baiknya perhiasan adalah istri sholehah." jelas Abbas membuat Aisyah menegak, berusaha mencerna omongan Abbas. "Maksud gue lo jadi istri gue ," Abbas memberi jeda sejenak, walaupun ia merutuki dirinya. "Nanti di masa depan," tambah Abbas santai sambil menahan senyum, Aisyah melotot kaget mendengar pengakuan cowok aneh didepannya itu. Abbas pun menyetop angkot yang menuju kearah mereka, ia pun berlalu duluan. Aisyah pun mengekori walaupun otaknya masih mencerna omongan Abbas.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD