Gara-gara Si Merah

1606 Words
Setelah masalah Eca dan Nia selesai, mereka bisa bernapas lega. Eca pun sudah ceria seperti biasa, Begitu pun Nia yang seperti biasa galak pada anak kelas terutama Kinos. Sejak pagi Aisyah terlihat uring-uringan di mejanya dan menidurkan diri disana. Sesekali ia meringis kesakitan sembari tangan kirinya meremas pinggir roknya menahan sakit. Bahkan, Pak Zulkarnain sang guru olahraga yg baru masuk pun tak ia hiraukan. Pak Zul menyuruh mereka segera kelapangan untuk mengambil nilai praktek. Yang lain sudah siap dan hendak ke lapangan, Eca yang sedari tadi sudah memperhatikan gadis berkerudung itu pun menghampirinya cemas. "Lo sakit Syah? " Eca meletakan tangannya pada kening Aisyah, Abbas yang sedang memasukan seragamnya melirik gadis itu dengan diam. "Gue anterin ke UKS yuk, nanti gue bilangin Pak Zul kalo lo sakit," kata gadis itu cemas, Aisyah menggeleng pelan. "Gak usah, bilangin Pak Zul aja. Gue istrahat di kelas aja." balasnya sekenanya, Eca mengangguk pelan. Tak tega meninggalkannya sendirian. "Nanti kalo gak kuat ke UKS aja yah," tambah Asha ikut cemas, Aisyah mengangguk kemudian lanjut menidurkan diri. Merekapun berlalu ke lapangan, Abbas sebelum keluar melirik Aisyah, ia merutuki dirinya kenapa jadi mendadak peduli pada cewek itu. Murid XI-IPA 1 berbaris di bawah terik matahari yang mulai hangat itu. Pak Zul terlihat mencari-cari sesuatu, ia terdiam beberapa saat kemudian menepuk jidatnya sendiri gemas. "Abbas, bisa tolong ambilkan absen Bapak di kelas? Kayaknya ketinggalan disana," Abbas menggangguk pelan, kemudian ia setengah berlari ke kelas. Sampai di kelasnya, ia menemukan Absen yang tergeletak diatas meja guru. Kemudian pemuda itu sekilas melirik sosok yang masih merunduk pada mejanya. Nalurinya mengatakan untuk mendekati dan menghampiri Aisyah yang masih menidurkan diri. "Lo gakpapa? Mau gue anterin ke UKS gak? " tanyanya kaku, Aisyah perlahan membuka matanya menampilkan sosok Abbas yang menatapnya datar. Aisyah tersenyum tipis sesaat walau dengan bibir pucatnya. "Gak usah," jawabnya singkat, Abbas tidak puas dengan jawabannya. "Gak usah gimana lo udah keringat dingin gitu, batu bener." kesalnya, Aisyah yang sedari tadi menahan sakit juga ikutan kesal. "TERUS PEDULI LU APA?! MAU GUE KERINGAT DINGIN KEK PANAS KEK, MENGEPUL KEK. BUKAN URUSAN LO!!" Abbas terlonjak kaget mendapat semprotan begitu. Namun, ia berusaha menguasai diri agar terlihat biasa saja. Aisyah menghela napas kesal, Ia menoleh pada Abbas yang terdiam dan masih menatapnya datar. "Eh maaf Bas, li kaget yah gue marahin? " tanyanya merasa bersalah, Abbas berdehem pelan mengusir kecanggungan yang melanda keduanya. "Yaudah gue ke UKS, lo kembali ke Lapangan aja," ujarnya kemudian beranjak dari tempat duduknya, Abbas mengangguk mengiyakan. "Eh, ada sesuatu di rok lu." Ujar Abbas kaget, Aisyah mengernyit tak paham. "Huh? Apa'an? " "Kayak Darah" *** Di lapangan yang lain sudah mengeluh kepanasan, bahkan Juna dan Arif sudah duduk pasrah di bawah pohon. Rama dan Rani sibuk bergosip ria, Wulan dan Kevin malah asik membahas piala dunia. "Air air, tolong kasih saya air, " Ujar Kinos sudah drama, seakan ia putri duyung yang terdampar di pulau. "Apakah engkau kehausan anak muda?" tanya Eca dengan menyentuh dagu memerankan kakek yang berjenggot. "Tenanglah wahai manusia, Akulah seorang peri dari Valeria yang akan membantu apapun masalah kalian," tambah Asha dengan memegang pena sebagai tongkat sihirnya. "Lah b**o ini sebenarnya ceritanya apa? " kesal Kinos menoyor kepala Asha yang tengah duduk membuat ia terjengkang kebelakang. "Lo jadi apa?" tanya Eca pada Kinos. "Putri duyung" balas Kinos, Asha mendelik dengan alis bertautan. "Lo?" tanya Kinos pada Eca, "Kakek sakti gue mah," Kinos dan Asha saling pandang kemudian melongos. "Gak nyambung b**o" ujar Kinos melemparnya dengan kerikil kecil ditangannya. "Abbas ngambil absennya di samudra pasifik kali yah, lama amat." Gerutu Yudi sambil mengibas-ngibaskan tangannya pada wajahnya. "Tau tuh anak, udah panas gini. Buruan dong Pak kita udah mau gosong ini, saya gak mau kalau nanti hitam dekil kayak Kinos," ujar Nia kesal, Kinos mendelik kemudian mencibir. "Kinos, susulin Abbas yah?!" titah Pak Zul padanya, iapun mengangguk. "Jangan Lama lagi lo, gue jadiin sate ntar," ancam Nia membuat ia menatap gadis itu sinis. Kemudian ia pun berlari menuju kelas. *** Di Kelas Aisyah sudah merutuk malu kedapatan tembus oleh Abbas, Ia pun sudah tidak merasakan sakit lagi karena malu. Abbas menggaruk tengkuknya yang tak gatal, bingung juga dengan situasi ini. "Lu bawa itu gak?" tanya Abbas ragu, Aisyah mengerjap tersadar dari lamunannya. "Itu apa? " tanya Aisyah tak mengerti, Abbas menghela berat sambil menggaruk pelipisnya. "Yang biasa cewek pake kalo lagi PMS," Aisyah menggigit bibir bawahnya merasa kikuk. "Oh, anu? itu? gue gak bawa," jawab Aisyah gelagapan, Abbas berusaha menahan senyumnya yang hampir saja terlukis karena tingkah lucu gadis itu. "Yaudah gue beliin." mendengar itu Aisyah membulatkan mata kaget, dia yakin tidak menderita kerusakan pada pendengarannya. Abbas masih menatapnya datar. "ABBAS LU NGAPAIN AJA SI DI kel...as?" Kinos menatap bingung pada dua insan itu yang seperti tertangkap basah sedang berbuat salah. "Eh kenapa, kok pada diem?" Kinos menatap keduanya bergantian dengan tatapan curiga, Aisyah tambah menunduk malu. 'Ya Allah, kirimlah siapa saja yang bisa menolongku Ya Allah yang penting ceweklah jangan cowok semua Gini' Batin Aisyah. Abbas menangkap wajah cemas gadis itu, Ia pun menyuruh Kinos duluan ke lapangan dan menyerahkan Absen pada Kinos. Walaupun masih penasaran dengan apa yang terjadi, Kinos menurut begitu saja. Apalagi melihat Aisyah yang kebingungan tadi. Setelah Kinos pergi, Aisyah bernapas lega. Abbas melangkah pelan menuju mejanya dan meraih sweaternya di kolong mejanya. "Tutupin dulu pake ini," tutur Abbas sambil menyodorkan sweater abu-abu itu, Aisyah menerimanya dengan tersenyum kaku. "Lo tunggu disini, gue beliin itu dulu yah," ujarnya kemudian melangkah keluar, Aisyah hanya mengerjap menatap Abbas masih bingung. Ia melangkah ragu kemudian menoleh lagi. "Aisyah, yang ada sayapnya kan tapi?" ujarnya lagi, Aisyah hanya menganga kemudian mengangguk pelan. 'Ada gunanya juga nonton iklan, jadi tau yang bersayap sama yang gak' batin Abbas. Abbas berjalan tergesa-gesa menuju kantin dengan mengulum senyum, teman-temannya yang di Lapangan menatap bingung kearahnya. Gak biasa-biasanya tuh anak kayak gitu. Sampai di kantin Abbas mengedarkan pandangannya, Ia pun merasa lega mendapati Kantin yang sepi. "Eh dek mau beli apa? " ujar suami sang pemilik kantin, Abbas menelan ludah pahit. "Mau beli itu pak yang bersayap," ujar Abbas pelan setengah malu, Penjual pun mengangguk paham. "Yang bersayap? Ayam? Kan adek tau sendiri disini gak jual ayam," lanjut pembelinya, Abbas menggaruk kepalanya gemas. "Bukan Ayam pak, itu yang bersayap yang buat perempuan" ujarnya frustasi, Penjual makin bingung. Kemudian Laki-laki parubaya itu memanggil Istrinya. "Ada apa Pak? " tanya Istrinya sambil membawa nampan berisi gorengan dan meletakan di atas meja. "Ibu tau gak apa yang bersayap yang buat perempuan? " Ibu itu mengernyitkan dahi tak mengerti. "Bapak ini bagaimana sih bukannya layanin pembeli malah main tebak-tebakan," Geram istrinya kemudian berbalik kembali ke dapur, Abbas sudah frustasi sendiri. "Jadi adek sebenarnya mau beli apa?" tanya Bapak itu lagi, Abbas melangkah maju mendekati Bapak itu. "Anu Pak Pembalut" "Huh serabut? " "Pem..ba..lut Pak." tutur Abbas setengah berbisik sembari mengedarkan pandangannya takutnya ada yang melihatnya disana. "Kabut? Lah kok jadi kabut dek?" Ini Bapaknya saudaranya Pak b***t kali yah, kesal Abbas. "PEMBALUT Pak." teriaknya sudah kesal. Bapak itu menganga kaget. "HAH PEMBALUT?!! " Abbas dan Bapak itu sama-sama menoleh, di belakang Kinos sudah menganga sambil menutup mulut drama. "WOI SEMUA, ABBAS JAJAN PEMBALUT WOI!!!" teriak Kinos sambil tertawa, anak-anak lain yang hendak ke kantin mendadak ribut menghampiri Abbas menghakimi. "Kok bisa?" "Abbas udah ganti gender atau apa? " "Woeee Abbas beliin Pembalut buat Aisyah" "WHATTT?!" teriak mereka serempak, anak kelas menatap Abbas curiga, Abbas hanya merutuk malu. Abbas tak bisa lagi berlama-lama di kantin dengan godaan teman kelasnya. Ia pun berjalan menuju kelas diikuti sorakan dan godaan teman kelasnya, Ia dengan cepat ke kelas untuk menyerahkan kantong kresek hitam berisi pembalut itu pada Aisyah. "Nih!!" ujarnya menyerahkan kantong itu pada Aisyah sambil ngos-ngosan, Aisyah menipiskan bibir kemudian menerima pemberian Abbas. "Abbas lo gakpapa? " tanya Aisyah saat melihat pemuda itu berusaha menetralkan nafasnya. "Hm?" "Abis lo keringatan gitu, terus ngos-ngosan," ujar Aisyah merasa bersalah. "Gakpapa," balasnya singkat. "By the way makasih yah udah beliin ini, sama pinjamin sweater lo," ujar Aisyah tulus, Abbas mengangguk pelan. Untuk pertama kalinya ia membalas senyuman cewek itu. Abbas pun melangkah pelan menuju mejanya dengan bernapas lega. 'Gue berasa jadi suami-suami siaga tau gak' batinnya. Anak kelas mulai masuk kelas. "Cie yang hari ini jadi pahlawannya Aisyah." goda Yudi pada Abbas, Abbas mendorongnya agar menjauh. "Gimana rasanya Bas? Ada manis-manisnya gak? " tanya Eca pada Abbas lagi, Abbas meliriknya tajam. Aisyah hanya tersenyum simpul di mejanya. "Gue baru liat Abbas jadi berubah b**o kayak tadi Hahah..." Asha sudah tak tahan lagi menawan tawa, Abbas menyibukkan diri agar tidak terlihat salah tingkah. "Halalin Bas, buruan!!" celetuk Faris tak bermutu. "Diem lo!" balas Abbas kesal. "Gak nyangka gue Abbas bisa malu kucing gini, gemes pengen nyubit." ujar Kinos gemas sendiri. "Berani kesini gue tendang Lo!!" ancam Abbas membuat ia menciut seketika, Asha sudah tertawa gila sendiri. "Pokoknya gue ngeship Abbas-Aisyah dah," Teriak Nia ikut nimbrung. "Belum halal woi, gak boleh." jelas Faris, Asha sudah mengusap kasar wajah Faris gemas. "Yaudah kalo Abbas gak mau, gue aja." ujar Kevin tanpa beban, Abbas sudah mengumpat. "Gue siap lahir batin." Lanjutnya lagi. "KYAAAAAA KEVIN" Histeris Yudi, Kevin mendelik, Aisyah hanya menggeleng pelan tak menanggapi serius. Abbas menatap Kevin dengan tatapan menyelidik. Note : Oh iya kalo lagi PMS, kita perempuan bukan berarti gak bisa beribadah Loh, Kita bisa mengisinya dengan banyak-banyak berdzikir kepada Allah. Ringan di mulut tapi berat timbangannya di akhirat kelak. Satu lagi, jadi perempuan jangan mudah baper. Apalagi kalau cuma di gombalin sama mulut buaya laki-laki. Baper yang benar itu saat laki-laki mendatangi rumahmu bersama keluarganya dan tujuannya cuma satu, menjadikan kamu istri sehidup sesurganya :) Jadi, walaupun dibeliin pembalut yang bersayap sekardus pun jangan terlena dan jangan sampai mudah baper yah sahabat Aisyah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD