Mencintai Pria Beristri

1413 Words
Lily dan Febby pun saling pandang, Mereka terkejut mendengar fakta ini. ternyata Pria tampan yang sedari tadi mereka pandangi dan kagumi adalah seorang Pria beristri. Mereka masih tidak percaya, sebab dari pandangan mereka barusan Pria itu masih terlihat seperti seorang bujangan. "Gagal maning Son, jebul wes duwe bojo." ucap Febby dengan logat Jawa yang begitu kental. Ia lalu menjatuhkan kepalanya di atas meja. Lily dan Selvy pun tergelak kencang melihat kelakuan Febby sahabat baik mereka, Febby ini orangnya humoris, Ia selalu membuat lelucon yang membuat orang disekelilingnya menjadi terhibur dan merasa senang dekat dengan nya. karena waktu istirahat pun hampir habis, mereka bertiga pun bersiap-siap untuk balik ke kantor dan melanjutkan pekerjaan mereka yang sempat tertunda tadi. Pukul 16.00 sore waktunya Lily untuk pulang kerja, karena hari ini Ia tidak membawa kendaraan sendiri alhasil Ia pun di sini sekarang, di depan gedung tempatnya bekerja untuk menunggu sang adik yang akan datang menjemput. Brum, Suara motor gede yang berhenti mendadak itu pun begitu memekakkan telinganya, sontak saja membuat Lily menoleh seketika. "Lama banget sih No!" gerutu Lily pada seorang pria tampan yang baru saja membuka helm full face nya itu. "Sorry Kak, gue tadi closing dulu di kantor." ucap Pria muda yang diketahui bernama Kiano AlFarizi, Ia adalah adik kandung Lily. usia mereka hanya berbeda dua tahun. "Ya udah ayo jalan sekarang No, keburu Maghrib nih." titah Lily, Ia pun lalu menaiki motor gede itu dan tak lupa berpegangan pada pundak sang adik. Motor pun melaju dengan kencangnya. Setelah melakukan perjalanan hampir dua puluh menit, mereka pun tiba di rumah sederhana bercat bolu hijau pandan itu. Rumah yang begitu asri dengan berbagai macam tanaman hias di sekelilingnya "Assalamualaikum, Ibu oh Ibu?" ucap Nino setengah berteriak, Ia lalu masuk kedalam rumah dan mencari keberadaan sang Ibu. "Wassalamu'alaikum, kamu kebiasaan deh No, teriak-teriak mulu kalau masuk rumah." ucap Wanita paruh baya itu. "Kakakmu dimana?" tanya beliau kemudian. "Kak Lily masuk kamar, Bu." jawab Nino singkat, Ia lalu mengambil satu buah bakwan jagung dan memakannya. "Nino!!!" hentak sang Ibu kesal. "Cuci tangan dulu baru makan!" omel wanita paruh baya itu pada sang anak, karena kesal sang anak tidak menjaga kebersihan, sang Ibu pun langsung membawa piring tersebut dan menaruhnya di dalam rak piring. "Mandi, shalat baru makan lagi." titah sang Ibu, beliau lalu melanjutkan pekerjaannya menggoreng ikan lele yang tadi sempat tertunda. Nino pun mengangguk, Ia lalu menuruti perintah sang Ibu. pukul 19.00 WIB kini mereka semua telah berkumpul di ruang makan. hanya ada tiga orang di sana, Lily, Nino dan sang Ibu. Bu Endang adalah seorang janda dengan dua orang anak. beliau sudah menjadi singel parents sejak anak keduanya berusia dua tahun. Sejak saat itulah Bu Endang seorang diri membesarkan kedua buah hatinya hingga saat ini. "Kak?" panggil Bu Endang lirih, beliau lalu memegangi d**a kirinya yang terasa sesak untuk bernafas itu. "Ada apa Bu?" sahut Lily melirik sekilas, Ia lalu kembali menikmati makan malam di depannya ini, dengan menu favoritnya lele goreng, sambel terasi beserta lalapannya. "Abis makan tolong belikan Ibu obat asma ya Kak?" pinta Bu Endang, beliau terlihat menghela nafasnya susah. "Asma Ibu kumat lagi." terang Bu Endang, lalu menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Lily dan Nino pun sontak menoleh, mereka tau penyakit bawaan yang di derita sang Ibu, namun mereka selalu terkejut saat mengetahui penyakit itu kumat kembali. "Sekarang aja Bu, bentar ya Bu aku beliin." Lily meminum air mineral yang ada di depannya dan berdiri. "Sesek banget ya Bu?" tanya Lily khawatir, Ia lalu mengelus punggung sang Ibu dengan lembut. "Iya Kak." Bu Endang lalu menarik nafasnya dalam-dalam, dan menghembuskan nya perlahan. "Habis masak tadi tiba-tiba asma Ibu kumat lagi." Jelas Bu Endang lalu memejamkan matanya merasakan kesulitan dalam bernafas. "Biar aku aja yang beli Kak." tawar Nino, Ia pun sama sudah berdiri di samping sang Ibu. "Nggak usah No, biar Kakak aja. Kamu jagain Ibu ya." Tanpa menunggu jawaban sang adik, Lily yang khawatir pun lalu pergi meninggalkan meja makan dan melajukan motor maticnya dengan cepat. Ia tak lupa memberikan pesan pada Nino, agar sang Ibu di beri air hangat dan minyak angin untuk membantu meredakan sedikit sesak nafasnya. tujuan Lily kali ini adalah apotek yang buka hingga 24 jam, yang kebetulan letak apotek tersebut cukup jauh dari rumahnya. "Mbak? ada obat asma Ipratropium (Atrovent)?" tanya Lily pada salah satu petugas apotek itu, Ia lalu menyebutkan salah satu jenis obat asma yang biasa dikonsumsi sang Ibu. "Ada Mbak, sebentar saya ambilkan." jawab petugas apotek itu dengan ramah. kini Ia terlihat tengah mengambil obat yang di pesan tadi di dalam etalase. "Ini Mbak obatnya." ucap petugas itu, lalu memberikan obat tersebut pada Lily. Lily pun mengangguk, setelah memastikan bahwa obat itu benar dengan jumlah yang pas, Ia pun langsung membayar dan berlalu pergi. saat akan mengambil motornya di parkiran, tiba-tiba hujan pun turun dengan derasnya. Alhasil Lily memilih berteduh di depan apotek tersebut, bukan hanya Lily disana tapi terdapat beberapa pengendara lain yang juga yang ikut berteduh. Lily terlihat senang memandangi air hujan yang sedang turun mengguyur sebagian besar wilayah di Jakarta itu. Lily memang suka hujan, Ia suka mencium aroma air hujan saat pertama kali turun, menurutnya begitu damai dan menyejukkan hati. saat sedang memandangi air hujan yang turun ke bumi, tiba-tiba Ia dikejutkan dengan seorang Pria yang menepuk pundaknya pelan. "Kylie? Kamu temannya Selvy kan?" sapa Pria tampan itu memastikan. Kylie pun terperangah melihat penampilan Pria di depannya ini yang terlihat semakin tampan dan gagah, dengan kemeja lengan panjang yang di gulung hingga siku dengan kancing baju atasannya yang terbuka. "Iyaa---aa, Pak Kennard?" ucap Lily tergagap, Ia lalu melihat penampilan Pria tampan itu dari bawah ke atas secara berulang. "Kenapa ngeliatin saya?" tanya Ken lalu menaikan sebelah alis matanya. "Ngg--ak, apa-apa Pak." jawab Lily gugup, Ia lalu membuang pandangannya ke arah sekitar. Jantung kenapa deg-degan gini sih? gumam Lily berdebar dalam hati. "Kamu habis beli obat?" tanya Ken lalu melirik ke arah kantong plastik berwarna putih yang dibawa Lily. "Iya Pak, Ibu saya Asma nya kumat--" Lily lalu menepuk keningnya pelan, Lily sudah setengah jam di sini, mengapa Ia bisa lupa akan sang Ibu yang membutuhkan obat ini secepatnya. "Saya duluan Pak," pamit Lily, meski masih hujan Ia harus nekat, Ia tak mau terjadi sesuatu pada Ibunya jika Ia datang terlambat. "Hey masih hujan, Ly?" Ken berteriak, Ia lalu menyusul Lily yang tengah berlari menuju parkiran motor. "Saya antar kamu pulang!" tanpa persetujuan Lily, Ken pun lalu menarik pelan pergelangan tangan wanita itu dan membawanya masuk kedalam mobil. "Motor saya gimana Pak?" tanya Lily, lalu merapikan rambutnya yang sudah basah akibat kehujanan tadi. "Kamu tenang aja, nanti saya suruh anak buah saya untuk ambil motor kamu." jawab Ken santai, Ia lalu terlihat mengambil sesuatu di kursi penumpang. "Pake ini, baju kamu basah." ucap Ken lalu memberikan satu buah jaket berwarna hitam miliknya. "Nggak usah Pak." tolak Lily halus, tentu saja Lily ini paling anti memakai barang milik orang lain. "Pakai ini, lihat baju mu basah dan menerawang dengan jelas!" ekor mata Ken pun mengarah pada bagian atas tubuh Lily yang terlihat begitu jelas dari balik kaos berwarna putih itu. Lily pun refleks menundukkan kepalanya mengikuti ekor mata Ken. di sana terlihat jelas kain penutup bukit Indahnya yang berwarna merah menyala itu. "Ba--ik Pak, saya pinjam dulu jaket Bapak." Lily langsung mengambil jaket tersebut dan memakainya. Ken pun membuang pandangannya ke arah luar jendela, sungguh pemandangan yang indah di depannya ini benar-benar membuat Ken menelan susah salivanya. Demi mengusir rasa gugupnya Ia pun mulai melajukan mobilnya dengan perlahan menuju kediaman Lily. Saat di jalan tadi Ken tidak banyak bicara, Ia hanya bertanya tentang alamat rumah Lily, selebihnya mereka kembali terdiam. Lily pun mengucapkan banyak terima kasih, pada Pria tampan di depannya ini. Ia berjanji akan mengembalikan jaket itu besok, dan akan Lily titipkan pada Selvy. namun di luar dugaan, Ken malah memberikan nya nomor telepon, dan meminta Lily langsung yang mengembalikan jaketnya besok lusa. "Jangan kasih jaket saya pada Selvy ya?" ucap Ken memberi peringatan. "Kalau kamu mau kembalikan, kamu bisa kirim pesan pada saya besok." titahnya kemudian. Lily pun mengangguk. "Baik Pak, setelah selesai di cuci saya akan langsung kembalikan pada Bapak." ucap Lily lalu pamit dan turun dari mobil. Ken pun mengulas senyum tipis, Ia lalu menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. tak lama Ken pun terlihat melajukan kembali mobilnya dengan cepat. Dari situlah awal mula hubungan asmara mereka dimulai. setiap mengingat hal itu hati Lily selalu berdebar-debar. Bagaimana bisa, Ia seorang wanita muda mencintai Pria yang telah beristri? sungguh Lily pun tidak pernah bisa memilih dimana cintanya akan berlabuh.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD