4. Si Pria baik

1489 Words
"Alea, Tolong mama boleh?" "Mmh? ... boleh lah ma" "nih.. Tolong beli di minimarket depan ya.. makasih Cantik" Alea menarik selembar Post it kecil yang diberikan oleh mamanya "kalo ada maunya aja bilang cantik" "hehehe.. hati-hati sayang... " "ia ma, aku jalan dulu" Alea berjalan kaki menuju Minimarket yang memang tidak jauh dari Rumahnya, dijalan yang tampak sepi itu tiba-tiba ada Seorang Pria yang Berlari terburu-buru dari Arah Berlawanan sehingga menabrak Pundak Alea Cukup keras. "aw! Gimana sih!" "duh...maaf yaa de lagi buru-buru, kamu Engga kenapa-napa kan? ada yang sakit?!" " Ade.. ade.. memangnya gue .... Eh! Bang Galuh.. hehehe" "Maaf... sekali lagi yaa de... Abang lagi buru-buru tadi lupa Izin mami Pulang malem" Alea menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal menahan Malu. Dia tidak menyangka Ternyata yang menabraknya Abang Galuh, tetangga Sebelah Rumahnya. "Ii...ya bang gak papa kok" "Iyaudah, abang Pulang dulu ya" Sebelum berlalu Galuh mengacak-acak Pelan kepala Alea lalu Tersenyum saat berbalik menuju jalan Pulang. Sedangkan Alea kembali ke Tujuan awalnya ke Minimarket, membeli beberapa List Pesanan sang Mama. Tok.. tok.. tok "Ya?... Eh.. Bang Galuh ada apa?" Alea cukup Terkejut saat membuka Pintu, Galuh sudah berada di depannya dengan Senyum sumringah. Pasalnya Pria yang berbeda satu tahun dengan Alea itu belum pernah sekalipun Mampir atau berkunjung kerumahnya. "Ini Puding dari mami, tadi disuruh anter ke kamu" "Waahh.. sepertinya enak, Terima Kasih ya Bang, ada acara apa bagi-bagi Puding?" "Gak ada acara apa-apa, hanya ingin lebih deket aja sama kamu" "hah!? ... Maksudnya ?" "Yaudah, abang pulang dulu ya" bukannya menjawab, Galuh malah berlalu dengan Senyum misterius membuat Alea bingung dibuatnya. Sepulang sekolah, seperti biasa Alea membereskan Tugas-tugas Rumahnya lalu menuju Belakang Rumah, tempat kesukaan Alea Setiap sore, Merenung bahkan terkadang hanya menikmati Suasana Sepi ditemani beberapa Pohon Mahoni yang sudah menjulang Tinggi disana. Namun momen kesendiriannya itu terganggu saat beberapa kali ada yang meneriaki namanya dari halaman belakang Rumah Galuh, Taman Belakang memang hanya dipisahkan oleh Tanaman Privets yang Terawat, jadi memungkinkan untuk bercengkrama dengan keluarga Galuh sangat besar karena tanaman itu hanya Sebatas d**a orang Dewasa. Namun keluarga itu jarang sekali terlihat di belakang Rumah. "Aleaaaa" Alea yang sedang duduk, bangkit menuju Arah Suara yang Ternyata adalah Bang Galuh. "Ya?" "Boleh masuk?" "Boleh Bang, silakan" Alea kembali ke tempat duduknya semula, lalu kemudian Galuh bergabung duduk disebelahnya, ternyata Galuh membawa beberapa Buku Pelajaran. "Alea, abang boleh Pinjem buku Matematika kamu ? Soalnya abang lagi ada Tugas untuk Ujian, kebetulan guru Abang suruh cari beberapa Rumus dari Pelajaran kelas XII" " Boleh bang, aku ambil kedalem dulu ya" " Siip! Makasih ya de" setelahnya Galuh dengan Serius mengerjakan Tugasnya. Alea jadi bingung sendiri harus melakukan apa, ditambah Galuh seorang yang Baik, alea tidak mampu menolak. "Makasih ya dek, buku kamu ngebantu Abang banget! Ryan di Jogja sih, kalo enggak Abang gak bakal ganggu kamu gini" "Iyaa bang, kalo bisa pasti dibantu kok hehe, eh btw Ryan apa kabar di Jogja ?" "Baik kok, Tahun depan kan udah lulus sama kayak kamu. Nanti Tahun depan dia bakal balik ke Jakarta, kuliah disini" "Ohh... Syukurlah bang, Ryan baik-baik aja" "Aku gak nyangka, kalau kamu sehangat ini Alea" "Eh ?.. Maksudnya Bang? Hangat?" "iya.. kamu dari luar tuh keliatan Jutek banget, tapi ternyata kalo udah kenal, Trus ngobrol kamu tuh baik, Warm Person gitu hehehe" Alea hanya bisa tersenyum Canggung, Secara tidak Langsung Galuh sedang memuji-muji Alea. Ditambah Galuh Pria yang cukup tampan semakin membuat Pipi Alea semakin merona dibuatnya. "Abang boleh kan memberanikan diri untuk deket sama kamu ?" "Huh?!...." "Abang anggap itu sebagai jawaban iya... Abang Pulang dulu yaa, mulai besok abang yang anter dan Jemput kamu" "Tapi... Bang" "udah sore, abang mau mandi dulu ya, Bye de" Galuh melambaikan Tangannya meninggalkan Alea yang masih Termenung. Cukup Sulit tidur, Alea terbangun dengan wajah yang masih mengantuk. Semalaman dia masih tidak percaya kalau Galuh berencana untuk mendekatinya, Alea merasa tidak pantas jika disandingkan dengan Galuh, Galuh bahkan Terlalu baik untuknya. Dia Pria Baik-baik, bahkan Berprestasi di sekolah. Ahhh... Alea semakin galau akibat Perjanjiannya dengan Tuhan setahun lalu, dia Berjanji untuk tidak Pacaran sampai usianya 17 Tahun, Alea tidak ingin terus menerus Patah hati. Ia berharap diusianya yang ke 17 Tahun nanti, akan dipertemukan oleh Pria yang benar-benar Jodohnya. Tapi ternyata Berjanji dengan Tuhan, tidak semudah itu. Banyak sekali Tantangan termasuk Galuh yang secara diam-diam Menjadi cobaan Berat untuk Alea. Apa Galuh akan menunggunya sampai 17 Tahun ?. "Ma Alea Berangkat dulu ya" "Ia, kamu hati-hati bilang Galuh jangan ngebut bawa motornya" "Huh?! Bang Galuh ?" "Loh.. kok kamu kaget? Galuh bilang udah janjian sama kamu buat jemput, dia udah dari tadi nunggu didepan" "Aduhh!... Aku liat dulu kedepan ya ma, Bye" Alea berjalan meninggalkan Ruang Makan, menuju halaman depan. Ternyata Galuh sudah siap di depan Gerbang dengan Helem yang sudah menempel di kepalanya. Melihat Alea mendekat Galuh menaikan kaca helemnya dan Tersenyum cerah " Selamat Pagi Alea " "Pagi bang.. kok gak kabarin kalo mau anter ?" "Abang kan udah bilang kemarin di Belakang de? Lupa ya? Yaudah ayuk naik, takut telat" Alea mau tidak mau naik, ia tidak mungkin menolak ajakan Bang Galuh. Tiga bulan berlalu dengan cepat, kehadiran Galuh bukan menjadi beban lagi Bagi Alea. Gadis itu cukup lega, mungkin bang Galuh hanya menganggap Alea adiknya saja, karena sampai saat ini Galuh tidak pernah sekalipun menuntut status apapun kepadanya. Walaupun tak bisa dihindari beberapa Teman Alea menganggap Galuh adalah kekasihnya, bagaimana tidak? Hampir setiap hari Galuh mengantar jemput Alea disekolah, di hari weekend saat Alea berolahraga dengan Teman-temannya pun Galuh tetap hadir, bagaikan Bodyguard Alea. Kebaikan Galuh juga sangat menonjol, beberapa kali mentraktir teman-teman Alea dan sangat Mudah bergaul Sehingga setiap Pembicaraan Galuh selalu nyambung untuk diajak Bicara. Kebetulan Pagi itu setelah sekian Lama Gangga ikut Lari Pagi bersama dan seketika memperhatikan Galuh yang kelewat Perhatian kepada Alea. Galuh sedang memberikan Air Putih Kemasan ke pada Alea yang sedang duduk di Pinggiran Lapangan GOR. Entah kenapa Gangga Risih melihat Tingkah laku Galuh, Membuatnya semakin Jauh dengan Alea. Padahal Semenjak kejadian Kencan waktu itu ia sadar Alea menjauh Darinya dan ia Pun terlalu Gengsi untuk menanyakan hal itu kepada Alea. "Kalian Berdua Pacaran ?" Ucap Gangga Menohok sehingga beberapa teman langsung menatapi Alea dan Galuh Penasaran dengan Hubungan mereka Berdua. "Apa ada masalah dengan, apapun hubungan kami berdua ?" "Enggak sih, Penasaran aja gue, kalo memang kalian gak Pacaran kan gue bisa bebas deket dengan Alea" "Jangan deketin Alea! Dia punya Gue" ucap Galuh menantang Gangga "apaaan sih! udah ah abang kita pulang aja gue gak suka ribut gak penting gini" Alea menarik Jemari Galuh lalu meninggalkan Kerumunan teman-temannya. Alea sedikit kecewa dengan Gangga, yang tidak bisa bicara baik-baik. Dengan Perasaan yang campur aduk Alea diantarkan Pulang Oleh Galuh, di atas motor ini pertama kalinya mereka tidak bicara apapun, biasanya selalu ada yang mereka bicarakan. "Maafin Gangga ya bang, aku dulu memang Pernah deket sama dia. tapi hanya dekat saja" Ucap Alea sebelum masuk kedalam Rumah. Namun tangan alea dicekal oleh Galuh. " De yang tadi aku omongin serius, aku gak mau kamu deket-deket sama Pria manapun. Kamu hanya punya aku " ucap Galuh Tegas. "Ma...ksudnyaa Bang ?" "Kamu mau kan jadi Pacarku ? Abang udah lama suka sama kamu, kalau aja waktu itu abang gak nabrak kamu mungkin abang gak punya keberanian untuk deketin kamu. Dan dari perlakuan kamu yang nerima aja semua kebaikan Abang, abang yakin kamu juga suka sama Abang" "Huh?!" Alea terdiam mulai mencerna setiap kata-kata galuh. Awal kedekatan mereka berdua, alea sempat mengira ia jatuh Cinta pada Galuh. Tapi setelahnya Alea yakin hanya merasa Nyaman bersama Galuh. Galuh menjaganya dengan baik. Bagai seorang kakak laki-laki yang menjaga adik kesayangannya. "Maaaf bang, Alea gak bisa Pacaran sama abang. Alea sungguh hanya merasa Aman sebagai seorang Adik saat dekat dengan Abang. Alea juga udah dijodohin sama Orang lain Bang, maafin Alea" oke untuk masalah dijodohkan Alea berbohong. Entah kenapa ucapan itu keluar begitu saja dari mulut gadis itu. Galuh terdiam cukup lama, lalu tersenyum sedih, ia melepaskan Perlahan genggaman tangannya yang tadinya menahan Alea lalu beralih mengusap pelan kepala Alea. "Abang sedih ternyata kita gak bisa bersama, sepertinya sekeras apapun abang berusaha untuk dapetin hati kamu, tetap aja kita gak bisa bersama kan? Abang berharap kamu bahagia sama Pilihan kamu nanti dek. Maaf abang gak bisa nganggep kamu sebagai adik, hati abang udah terlalu jatuh sama kamu." "abang jangan ngomong gitu dong.. aku kan jadi merasa Ber..." "Abang pulang dulu ya.." tanpa mengiraukan Alea, Galuh berlalu dari hadapan gadis itu lalu masuk kedalam Rumahnya. "Gue salah gak sih ? Abang terlalu baik untuk jadi pacarku. Ditambah waktu yang tidak tepat juga" Alea berkali-kali menghembuskan nafasnya dalam, kenapa para cowok jarang sekali mendekati wanita tanpa embel-embel jadi Pasangan? Padahal Alea Sudah sangat nyaman jika Punya Abang seperti Galuh. Tapi ia tau ini semua tidak akan kembali seperti awal. Setelah ini pasti Galuh akan menghindari atau bahkan menjahui Alea. Masa-masa merasa Aman kini sudah hilang. Aku berharap kita bisa dekat sebangai seorang adik kaka, Abang Galuh.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD