bab2

770 Words
Jihyo baru saja turun dari bus ke tempat pemberhentian terdekat dari kantor yang akan mewawancarainya. Jihyo masuk kedalam gedung besar salah satu perusahaan ternama di negri ini. Ia sedikit bingung dengan ruangan dan lantai berapa dimana ia harus diwawancara, akhirnya dirinya memutuskan untuk bertanya pada resepsionis saja. "Maaf mbak mau tanya untuk wawancara kerja dimana ya?" Tanya jihyo. "Lamaran untuk karyawan kan mbak?" Tanya wanita yang jihyo tebak namanya Yonah, terlihat dari nametag yang wanita itu pakai. "Bukan mbak, saya mau lamar kerja jadi OG." Ucap jihyo. Kalau ditanya kenapa tidak melamar menjadi karyawan saja, jihyo pasti punya jawaban pastinya. Jelas ia tidak bisa jadi kelas karyawan karena dirinya hanya akan terdaftar menjadi lulusan SMA. Ijazah kuliah nya entah dimana disimpan oleh Daniel. Atau pria itu sudah membakar habis berkas-berkas miliknya. "Oh, itu sih ada dilantai dua. Mbak naik aja ke lantai dua, abis itu cari kepala OG yang namanya mbak Ami." Jelas yonah. "Oke mbak, makasih." Kata jihyo. Jihyo menaiki lift menuju lantai dua. Saat ini ia sedang memakai sebuah celana jins yang dipadukan dengan kemeja pink nya. Sangat sederhana. Tidak ada satu pun orang yang memperhatikan nya saat didalam lift, semua orang terlihat sibuk dengan pekerjaan nya masing- masing. Pintu lift terbuka kembali, sepertinya ada yang mau naik lagi. "Presdir?" Ucap satu orang yang berada di barisan paling depan didalam lift. Sedangkan jihyo tetap setia menunduk, merasa bahwa ia kurang pantas ada disini. Seharusnya ia naik tangga darurat saja tadi. Sedangkan pria yang sejak tadi menjadi sebuah perbincangan didalam lift, nampak terdiam saja. "Maaf pak lancang bertanya, Pak Daniel kenapa hari ini naik lift karyawan?" Tanya salah satu pegawai. Daniel? Mungkin hanya namanya saja yang mirip. "Lift khusus eksekutif, sedang rusak." Jawab asistennya. Dasar sombong mentang- mentang kaya, apa susah nya sih jawab pertanyaan karyawannya? "lantai 2" Gak ada yang turun nih? "Ekhem, maaf. Permisi saya mau keluar disini." Ujar jihyo dengan ramah dan sopan. Tubuhnya menyelip kesana kemari untuk keluar dari lift yang saat ini ramai pengunjung. Bruk!  Jihyo tak sengaja menyenggol kecil bahu pria sombong yang katanya bernama Daniel selaku presdir disini. "Eh, maaf pak saya tidak sengaja." Ucap jihyo tanpa melihat lawan bicara nya. Setelah hormat setengah badan ia pergi meninggalkan lift. Sedangkan pria yang bernama Kang Daniel, ia hanya terpaku ditempat. Getaran didadanya kembali lagi sejak beberapa bulan lamanya, masih seperti dulu. Pujaan hatinya yang bertahun- tahun lama nya kembali dan pergi, lalu kembali lagi dan entah apa ia akan pergi lagi setelah kali ini terlihat kembali? Jihyo? "Jun, cari tahu tentang wanita tadi yang baru saja menabrak saya." "... saya tunggu laporan nya, secepatnya." Ucap Daniel mengakhiri "Baik pak." Jawab jun selaku asisten dari Daniel. *** "Makasih mbak Ami. Saya benar- benar senang bisa bekerja disini." Ujar jihyo gembira. "Jangan senang dulu, kerja disini tidak semudah kedengaran dan kelihatannya." Ujar ami mengingatkan. Jihyo mengangguk,  "Saya langsung kerja hari ini mbak?" Tanya jihyo. "Yaiyalah, tuh ambil seragam dibelakang." Ujar Ami dengan jutek. Jihyo tak mempermasalahkan nya, jihyo akan berusaha keras mencari uang agar tidak membuat Zico kerepotan membayar segala keperluan dirinya dan anaknya, karena sudah jelas bahwa Zico tidak punya kewajiban menafkahi keluarganya. "Sana cepat!" Ucap Ami menyadarkan lamunan jihyo. "Iya mbak." Jawab jihyo sebari berlari kecil menuju kebelakang untuk berganti baju. *** "Nama nya park jihyo. Hari ini baru saja melamar kerja menjadi OG diperusahaan ini." Jelas Jun sedangkan Daniel hanya terdiam. "Cari tahu juga tentang data pribadinya. Laporkan kesaya secepatnya!" *** "Presdir mau kamu antar kopi ke ruangan nya. Ini hari pertama kamu kan? Jangan sampai lengah!" "... kerja yang becus." Ujar Ami pada jihyo. "Baik mbak." Jihyo membuatkan secangkir kopi, setelah selesai ia menuju keruangan milik Daniel. Ruangan Daniel dilantai paling atas. Jelas bahwa jihyo menyeduh kopi nya dilantai atas juga. Tok tok tok "Masuk." Suara tegas dan sedikit familiar bagi jihyo. Jihyo tak mempermasalahkan nya dan segera masuk tanpa menoleh kedepan. Ia hanya menunduk sebari memperhatikan langkahnya. "Ini pak, ada yang bisa saya bantu lagi?" Tanya jihyo sebelum pergi sebari meletakan secangkir kopi diatas meja Daniel. Daniel nampak melangkahkan kakinya keluar dari kukungan meja kerjanya untuk mendekat ke arah jihyo. Lalu, Daniel mencengkeram kuat pergelangan tangan jihyo hingga jihyo mengaduh.  "Akh, sakit pak. Tolong lepaskan, saya mohon." Ujar jihyo memohon. "Lihat siapa lawan bicara mu, Park jihyo." Jihyo kaget bagaimana bisa seorang bos diperusahaan baru dapat mengenalnya? akhirnya jihyo memberanikan diri untuk mengangkat wajahnya, melihat bos yang ia kenali memiliki sifat sombong dan kasar, yang saat ini tengah berada dihadapannya. "Daniel?!" Panggil jihyo refleks. "Kaget?" Tanya Daniel dengan seringainya. "Lepas." Ucap jihyo dengan tegas. "Kamu bawahan saya jihyo, disini saya yang pantas mengatur dan menyuruhmu" "Karena itu saya juga tidak pantas anda sentuh pak Daniel." Ujar jihyo penuh penekanan. "Kamu masih sama ya, selalu keras kepala." Ucap Daniel. "Tugas saya sudah selesai pak, saya pamit undur diri." Ucap jihyo sebari menghempaskan tangannya. "Melangkah keluar sekali lagi, akan saya buat hidup kamu semakin menderita." Jihyo menghentikan langkahnya karena kalimat yang Daniel lontarkan barusan. "Apa yang kamu inginkan, Daniel?" Tanya jihyo memberanikan dirinya. Daniel tersenyum, "Jadilah simpanan ku, untuk kali ini."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD