Bab.12

725 Words
"Batal menikah?" Tanya Daniel mengulang perkataan sang papa. "Iya, kamu tidak boleh nikahi Sana dulu. Cari orang lain untuk menggantikan nya, tapi untuk kali ini papa tidak akan menuntut apapun untuk mantu papa." Ujar sang papa. "Aneh. Ada apa sebenarnya?" Tanya Daniel meragukan perintah sang papa. "Tidak akan papa sembunyikan, memang ada maksud dari semua ini. Demi saham kamu harus menikahi wanita biasa, setelah mendapatkan nya kamu bisa bercerai dan menikah dengan Sana. lalu mendapatkan dua kali lipat keuntungan." Ujar sang papa menjelaskan pada laki-lakinya. "Aku tidak butuh warisan kakek." Ujar Daniel menolak.  Kali ini sang papa mengeluarkan seringainya, ketika sang anak berani menentang perkataan nya dengan mudah tangan miliknya menampar Daniel begitu kencang.  "Kakek mu yang bodoh itu ingin kamu menikahi wanita biasa seperti dirinya." Jelas sang papa untuk terakhir kalinya sebelum meninggalkan Daniel sendirian. Tak disangka, kali ini pun daniel menyeringai. "Ini memang takdir kita, park jihyo." Ujar Daniel sembari memegangi pipinya yang memerah. *** "Hei chenle bangun!" Panggil jihyo yang melihat darah anak nya keluar semakin banyak dari kepalanya. "Jangan ambil anakku yang Tuhan." Mohon jihyo pada Yang Maha Kuasa. *** Mendengar berita ini Daniel iku syok, tapi dirinya harus tenang karena sebuah ide terlintas didalam pikiran nya.  Setelah berhasil mengirim anaknya kerumah sakit terbaik disini, tak lupa daniel memanjatkan doa bagi sang anak.  "Jadi bagaimana dok?" Tanya Daniel memastikan bersama jihyo disampingnya. "Kondisinya begitu tidak mengenakan. Jadi tolong tenang dulu. Ada kemungkinan terjadinya gagar otak, kami memaksimalkan operasi untuk mencegah kematian lebih dulu setelah itu kalian harus mengirim nya keluar negri. Disana ada teman saya yang ahli mengenai operasi otak." Jelas sang dokter. "Apa disini tidak ada?" Tanya jihyo menangis tersedu-sedu, yang bahkan tak sadar dirinya sedang berada didalam pelukan Daniel. Dokter itu menggeleng perihatin. Daniel membawa jihyo untuk istirahat dihotel yang baru saja ia pesan untuk wanitanya. Awalnya jihyo menolak dan terus ingin menunggu sang anak sadar, tapi akhirnya menurut juga pada perkataan Daniel. "Aku gak sanggup hidup tanpa anak ku." Ujar jihyo yang saat ini sedang rapuh. "Dia juga anak ku jihyo, aku mohon tenanglah." Ucap Daniel menenangkan jihyo hingga wanita itu tertidur didalam pelukan nya sampai pagi tiba. *** "Ada apa?" Tanya jihyo. "Maaf, uang tabungan ku bahkan gak cukup untuk melunasi biaya chenle keluar negri." Ujar Zico prihatin. Jihyo menghela napas, ingin rasanya jihyo meminta tolong pada Daniel. Tapi sebelum itu dia masih ingat perkataan nya tempo lalu pada pria itu. "Aku bisa mengurus chenle sendiri, tanpa bantuan mu, apalagi uang mu!"  Jihyo meruntuki dirinya yang merasa begitu egois kala itu. Dan sekarang Tuhan mungkin sedang menghukumnya.  "Aku akan menemui Daniel." Pamit jihyo pada Zico. *** Didalam ruangan, Daniel sudah menerima panggilan tamu dari sekretarisnya. Yang ia tebak pasti park jihyo. "Masuk." Ucap Daniel pada wanita yang baru saja masuk kedala ruangan nya. "Aku gak mau basa-basi Daniel, tolong pinjamkan aku uang." Pinta jihyo tanpa rasa malu sendikitpun. Daniel tertawa dari kursinya. "Kenapa buru-buru sekali sih?" Tanya Daniel pada jihyo.  "Aku mohon daniel, anak ku harus dikirim hari ini juga." Ujar jihyo dengan memohon kali ini. Daniel menghela napasnya, sedikit kesal juga dengan ucapan jihyo yang selalu melupakan dirinya kalau ia juga termasuk bagian dari orang tua chenle.  "Dia juga anak ku, jihyo." Ujar Daniel sebari membuka laci mejanya, mengeluarkan beberapa lembar kertas yang di rangkai dalam satu map lalu memberikan nya pada jihyo. Jihyo mengerut bingung. "Tanda tangani, dengan begitu kamu gak harus pinjam uang dengan ku. Aku berikan uang untuk melunasi pengobatan anak kita." Ujar Daniel penuh penekanan di beberapa kata dalam kalimatnya. Jihyo membuka dan memulai membaca isi dari beberapa lembar kertas didalam map. Mata nya membulat ketika sudah mulai bisa memahami isinya.  "Pernikahan kontrak? Kamu gila ya!" Teriak jihyo pada Daniel.  "Kenapa? Gak suka? Kalau begitu gak aku kasih pinjaman uang tuh." Ujar Daniel to the point pada jihyo.  "Iblis! Kamu memang iblis Daniel." Tekan jihyo pada Daniel.  Telpon genggam jihyo berbunyi, lalu dengan cepat wanita itu menjawabnya.  "Anak ibu tak sadarkan diri lagi-" Jihyo memutus telpon nya, denga cepat ia menghadap daniel. "Ashh, b******k!" Umpat jihyo karena meruntuki hidupnya yang tak sekalipun berpihak padanya.  "Pulpen! Aku akan tanda tangani." Ucap jihyo pada Daniel yang sukses membuat pria itu tersenyum menang. Wanita itu hanya tidak tahu, anaknya sudah sedari malam dikirim nya ke Amerika untuk pengobatan. Jelas Daniel tak mau ada hal buruk menimpa anaknya.  "Ceroboh, kamu bahkan belum selesai membaca isi kontrak didalam nya. Seharusnya sebelum tanda tangan kamu masih bisa menghapus apa yang kamu tidak sukai jihyo." Sindir Daniel yang lebih tepat nya meledek jihyo.  "Apa maksudmu?" Tanya jihyo bingung, bukankah itu hanya perjanjian pernikahan kontrak alias pura-pura? "Kamu bisa bawa salinan nya, dan baca baik-baik dirumah... calon istriku." Ujar Daniel menyeringai.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD