BAB 2

699 Words
Elmira bangun dengan tubuh membeku. Ia merasa kaku dan sangat sakit jika bergerak. Semalam ia menahan rasa dingin di tubuhnya dan terus memejamkan mata hingga tertidur. Ia melihat sekeliling ruangan. Kosong. Ke mana pria berstatus suaminya itu?   Elmira melangkah pelan ke arah lemari dan mengambil pakaian gantinya. Ia pun masuk ke dalam kamar mandi dan langsung diam mematung.   Elmira melihat pria berstatus suaminya itu tengah telanjang bulat di bawah shower. p****t yang seksi terpampang dengan jelas. Tubuh yang tinggi menjulang dan kekar terlihat jelas. Air yang mengguyur tubuhnya membuat kulit bersih itu terlihat sangat menggoda. Elmira menelan Salivanya berkali-kali. Hingga sang pria menghadap ke arahnya dan tersentak.   "Hey, dasar tukang intip!!!" Teriaknya. Elmira tersadar dan buru-buru menutup pintu kamar mandi. Sialan! Bikin malu saja.   Baru saja jantung Elmira berdetak normal. Pintu kamar mandi terbuka dan pria itu nampak marah. Elmira melirik bagian bawah sang pria yang sudah di tutup handuk.   "Masih belum puas lihat saya telanjang?" Tanyanya. Elmira langsung buang muka. Pria itu mendekat dan mencengkram kedua pipi Elmira dengan jari jempol dan telunjuknya. Elmira terpaksa menatap pria itu.   "Dasar, tidak tahu malu!" Pria itu menghempaskan wajah Elmira dan berjalan ke arah lemari. Mengambil sepasang pakaian dan memakainya dengan cepat. Ia kembali melewati Elmira dan menyisir rambutnya dengan rapih. Ia semprot parfum dan pergi dari sana.   "Tunggu." Pria itu menoleh. "Kamu mau ke mana?" Tanya Elmira. "Bukan urusanmu!" Pria itu langsung membanting pintu. Elmira memejamkan mata saat bantingan itu terdengar. Sekarang Elmira harus apa? Ini di hotel. Dan Elmira lapar.     Elmira seperti orang linglung. Ia bingung harus apa di hotel. Semua kerjaan sudah ia bereskan. Kamar hotel sudah sangat kinclong hingga cleaning servis tidak jadi bersih-bersih kamar. Elmira duduk di sofa karena perutnya sudah tidak bisa menahan lapar lagi. Ia tidak tau harus beli di mana. Apa Elmira order saja ya?   Elmira meraih ponselnya dan langsung menghela nafas panjang. Ponselnya mati dan ia bahkan tidak membawa charger. Elmira menghempaskan tubuhnya di sofa. Ia lelah dan lapar. Begini ya rasanya menikah dan punya suami?   Membosankan.   Elmira tertidur hingga sore menjelang. Finn kembali ke hotel dan melihat Elmira tertidur di sofa. Finn berdecak kesal dan melempar kemejanya ke wajah Elmira hingga Elmira terbangun karena kaget. Lebih kaget lagi saat melihat Finn ada di hadapannya.   Buru-buru Elmira bangun dan berdiri. Ia mengusap perutnya tanpa sadar. Finn melihat itu dan tersenyum sinis. "Lapar?" Tanya Finn. Elmira mengangguk malu. Finn menunjuk sebuah plastik di sana. Elmira langsung melihatnya dan tersenyum senang. "Untukku?" Tanyanya. "Mau tidak?" Tanya Finn lagi. Buru-buru Elmira mengangguk. Finn lantas pergi ke kamar mandi meninggalkan Elmira di sana sendiri.   Elmira tidak peduli dengan Finn baginya yang utama sekarang adalah makanan. Dari semalam ia tak makan. Rasanya sakit sekali menahan lapar begitu lama.   Elmira dengan cepat membuka plastik itu dan sedikit kecewa karena yang di bawa Finn adalah mie instan yang belum di masak. Ini hotel tentu saja tidak ada tempat memasak. Dengan rasa kecewa dan lapar Elmira membuka satu bungkus mie setelah ia remas. Ia taburkan bumbunya dan ia makan mentah-mentah.   Astaga... Ternyata lebih baik Elmira di rumah yang sederhana. Setidaknya ibunya tidak membiarkan dirinya memakan mie instan mentah.     Masa sewa hotel telah habis. Finn mengajak Elmira ke rumahnya. Rumah pribadinya sendiri. Finn memang tidak tinggal dengan orang tuanya. Karena menurutnya itu kekanak-kanakan.   Finn menunjuk salah satu kamar untuk Elmira tempati. Elmira berterima kasih dan ia pun membuka pintu kamarnya. Rumah Finn tidak terlalu besar. Elmira sendiri sampai kaget melihat rumah yang terkesan sederhana untuk kalangan macam Finn. Di rumah ini hanya ada dua kamar dan satu kamar mandi. Dapur dan ruang tamu. Sesederhana itu.   Finn sendiri masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu.   Elmira merasa senang setidaknya kamar tidurnya masih layak dan bahkan bagus. Finn tidak sejahat itu. Hanya saja di kamar ini tidak ada kipas angin atau pun AC. Elmira tidak tahu malam akan panas atau tidak. Tapi untuk sekarang Elmira akan banyak-banyak bersyukur. Setidaknya suaminya itu masih memberikan tempat yang layak untuknya.   Elmira berjanji pada dirinya. Ia akan menjadi istri yang baik. Ia akan melayani suaminya dengan baik pula. Walau tidak ada cinta di dalam dirinya Elmira yakin suatu saat cinta itu akan tumbuh dengan sendirinya. Begitu pun dengan Finn. Elmira hanya bisa berdoa dan berharap semua terkabul.      
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD