BAB 3

766 Words
Elmira bangun lebih pagi. Ia akan memasak untuk sang suami. Elmira sudah cantik dan rapih dengan pakaian sederhananya. Elmira bersiap untuk memasak sarapan. Begitu ia masuk dapur semua kosong. Elmira menarik nafas dalam. Ia lupa belum belanja, Finn itu kan laki-laki mana paham kebutuhan dapur.   Elmira pun kembali ke kamar dan mengambil uang di dompetnya. Elmira kembali ke luar dan mencari tukang sayur. Atau kalau tidak ada ia bisa ke pasar dengan bertanya pada tetangga.   Elmira berjalan agak ke depan dan beruntung karena ia tak perlu ke pasar karena ada Abang sayur yang sudah mangkal di depan komplek. Dengan cepat Elmira membeli beberapa sayur dan bumbu dapur.   "Neng?" Elmira menoleh dan melihat sang Abang sayur. "Ya?" "Neng baru ya?" Tanyanya. Elmira tersenyum dan langsung mengangguk. "Iya bang, saya Elmira. Tinggal di rumah nomor 12." Si Abang agak tersentak kaget. "Bukan rumah itu kosong?" "Bukan kosong bang, tapi jarang di tempati." Tiba-tiba seorang ibu sudah nimbrung. Elmira tersenyum dan memperkenalkan diri.   "Elmira, Bu." "Saodah," katanya. "Jadi, kamu siapanya cowok ganteng yang tinggal di sana sendiri?" Tanya Saodah. Elmira langsung menebak itu adalah suaminya. "Saya istrinya, Bu." Saodah melongo. Ia melihat penampilan Elmira yang terkesan biasa saja. "Oh, istrinya saya pikir tadi, maaf. Pembantunya." Elmira tersenyum maklum.   "Kapan nikah?" Tanyanya lagi. "Dua hari lalu, Bu." "Wah... Pengantin baru dong?" Beberapa ibu-ibu sudah berkumpul dan mulai nimbrung satu sama lain hingga mulai menggosip. "Eh, bukannya suami mu itu suka bawa perempuan ke rumah itu." Elmira tersentak tapi berusaha tersenyum sabar.   "Hush, kata siapa?" Saodah bertanya. "Aku suka lihat kok, bukan cuma aku banyak warga sini yang lihat." Elmira yang mendengar itu langsung pamit untuk pulang lebih dulu. "Kamu sih, mulut nggak bisa di jaga!" Elmira masih mendengar sayup-sayup suara para ibu-ibu.   Elmira menguatkan hati dan tetap tersenyum apa pun yang terjadi.     Finn terbangun dari tidurnya karena mencium bau masakan. Finn menunduk malas dan berjalan keluar kamar. Ia tersentak karena melihat Elmira memakai dapurnya tanpa seijinnya. "Hey, siapa yang menyuruh mu memakai dapurku?" Tanya Finn kasar. Elmira yang sedang memasak langsung tersentak dan mematikan kompor.   "Maaf... Aku fikir... Aku bisa...." "Saya tidak suka kamu menyentuh apa pun milik saya! Paham!" Elmira mengangguk dengan cepat dan langsung merapihkan semuanya. "Masakan yang matang bagaimana?" Tanya Elmira ragu. "BUANG!" Elmira menahan nafas mendengar kalimat singkat itu. Ia melihat masakannya yang sudah matang dan harus di buang. Kalau ini dibuang bagaimana Elmira akan makan nanti.   "Hey, kamu dengar saya kan? Buang makanan itu!" Elmira menggigit bibirnya kuat-kuat. Ia ingin mempertahankan masakannya. "Tapi, ini...." "Kamu berani membantah saya?" Elmira mundur saat Finn mendekat. Finn langsung mengambil makanan yang ada di tangan Elmira dengan kasar dan membuangnya ke tong sampah.   Air mata Elmira akhirnya menetes. "Cengeng!" Finn kembali ke kamarnya dan membanting pintu dengan kasarnya.   Elmira menangis sesegukan meratapi nasib sayurannya. Ia bahkan belum makan dengan layak dua hari ini. Kenapa suaminya harus berlaku demikian. Bila ia tak suka ceraikan saja. Kenapa harus melakukan hal ini.     Malam ini keluarga Finn datang ke rumah. Elmira bingung karena tidak bisa menyuguhkan apa pun. Di tambah Finn juga sedang tidak ada di rumah. Mereka kini tengah duduk canggung di ruang tamu.   "Di mana, Finn?" Elmira tersentak mendengar ucapan pertama sang ibu mertua. "Finn?" Ulang Elmira. "Ya, suamimu." Elmira melongo, jadi nama suaminya, Finn. Elmira baru tahu sekarang. "Elmira?" "Ehm... maaf mama mertua, Finn sedang ada urusan kerjaan katanya, makanya tadi Finn buru-buru pergi." ibu mertua nampak melihat Elmira dengan curiga. Tentulah ia lebih tahu perihal sang anak dibanding wanita yang baru dinikahi Finn karena perjodohan. Tapi ibu mertua merasa salut juga karena Elmira tidak mengeluh karena Finn sudah meninggalkannya sendiri di rumah tanpa ada makanan apa pun.   "Baiklah, kau sudah makan?" Tanya sang mertua. Elmira melihat mertuanya takut. Ia takut salah bicara. Akhirnya Elmira memilih berbohong. "Sudah, ibu. Saya sudah makan."  Papa Finn yang melihat Elmira langsung tersenyum kecil. "Kau tidak bisa membohongi orang tua seperti kami, bilang saja Finn tidak memberimu makan, iya kan?" Elmira tersentak. Benar-benar sudah membohongi orang tua yang sangat sensitif ini. Elmira mati kutu dan akhirnya memilih diam. Sang ibu mertua melihat Elmira lalu menghembuskan nafas kasar.   "Dengan Elmira. Aku menikahkan kamu dengan putra ku agar kami mendapatkan keturunan. Kami ingin cucu untuk penerus keluarga kami. Jadi, tolong jaga kesehatan mu. Jangan sampai kau tidak bisa memberikan kami cucu. Paham!" Elmira menggigit bibir bawahnya lalu mengangguk.   "Bagus, ini ada uang. Belilah makanan yang banyak." Sang mertua memberikan segepok uang di hadapan Elmira. Lalu mereka pergi begitu saja. Elmira menutup pintu dan menggigit bibirnya kuat-kuat. Bagaimana mungkin Elmira memberikan seorang cucu kalau mereka saja tidak saling cinta.   Apa yang harus Elmira lakukan jika sudah begini?    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD