Tidak sengaja bertemu Daniel

1456 Words
“Padahal tidak apa-apa jika kamu mengajak Mamimu Hang out bersama kita. Tante Rose itu asyik lagi. Seru, lucu dan gaul. Dan lebih kerennnya dia itu kek seumuran kita. Kek masih umur dua puluhan gitu umurnya. Kok bisa ya, mamimu keliatan lebih muda tujuh belas tahun dari umurnya yang sebenarnya. Mamimu pake skin care apa sih?” Nita menyesap es Bobanya sambil terus berbicara panjang lebar. “Setelah kejadian saat aku SMA itu, aku engga akan mau jalan bareng Mamiku lagi. Kenapa sih semua orang seneng banget banding-bandingin aku sama Mami? Memang kalo mamiku cantik. Aku harus cantik, gitu? Aku sadar kok kalo muka aku tuh pas-pasan,” jawab Anggun yang sebetulnya melenceng dari apa yang ditanyakan oleh Nita. Nita menatap Anggun dan menaruh es Bobanya di atas kursi taman. “Harusnya kamu bersyukur memiliki Mami kek Tante Rose. Kalo aku sih bangga banget punya ibu yang cantiknya kek super model gitu,” katanya sambil menepuk bahu Anggun. Anggun melirik ke arah tangan Nita yang ada di atas bahunya. Dan kemudian menatap lekat wajah sahabatnya itu. “Kamu engga ngerti perasaanku Nit. Kamu tahu kan kalo− ....” “Mamimu pacarnya banyak? Bagus dong. Berarti mamimu laku keras,” timpal Nita sambil tersenyum. “Kamu harus mensyukuri semuanya Gun. Bukannya terus mengeluh dan menentang takdir.” “Kejombloan abadiku ini juga, aku rasa karena Mamiku. Semua pandangan dan perhatian kaum Adam, selalu terarah pada Mamiku. Menyebalkan ....” Anggun menghela nafas panjang dan menghembuskannya kasar. “Andai papaku masih hidup apa mungkin Mamiku tetap bergaya centil bak ABG seperti itu ....” ucapnya lirih sambil tatapan matanya menerawang. “Jodoh mah udah diatur Anggun. Engga usah mikirin soal kejombloanmu ... Liat nih dari pada kek aku, punya pacar tapi berasa engga punya pacar. Pacaran jarak jauh. Mending jadi jomblo sekalian. Mau putus karena kesepian, tapi aku terlanjur cinta sama Andi,” sahut Nita sekalian mencurahkan isi hatinya. “Mau sering ketemu Andi sebulan sekali, tapi ongkos London-Indonesia kan mahal!” Tepat ketika membahas jodoh, tanpa disangka mobil mewah yang plat nomornya sudah dihafal Anggun lewat begitu saja di depan matanya. “Lah ... Itu ...! Itu ...!” teriak Anggun sambil menunjuk ke arah jalanan. Nita yang duduk di samping Anggun terkesiap dan langsung melihat ke arah di mana jari Anggun menunjuk. “Ada apa sih Gun? Bikin kaget aja!” “Idola gue baru aja lewat!” seru Anggun hampir histeris. Nita semakin mengamati ke arah jalan yang ada di depannya. Tidak ada apa-apa. Hanya beberapa orang yang lalu lalang dan beberapa kendaraan yang melaju pelan di depan taman Kota ini. “Ah ... Engga ada apa-apa juga. Bikin kaget aja ih! Ini mah cuma karena kehaluan lo pengen ketemu Daniel, makanya sampe ngebayangin Daniel ada di sini.” Anggun menggelengkan kepalanya cepat. “Engga. Gue jelas ngeliat Daniel lewat barusan kok! Mobil merahnya yang mahal. Nomer platnya juga sama,” jawabnya sambil mengingat mobil Daniel yang baru saja lewat dan di sebelahnya tampak seorang wanita yang duduk menemani. Nita kembali mengambil minuman es Bobanya dan duduk dengan tenang. “Kamu pasti salah liat. Engga mungkin lah Bos kita, CEO tampan itu ada disekitar taman ini. Sekelas orang kaya mah liburannya ke Hawaii. Minimal ke Bali. Atau ke pulau Jeju. Masa ke taman Kota, gratisan ....” ucap Nita sambil tertawa. Anggun nyengir kuda sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal. “Bener juga sih. Tapi tadi aku jelas banget liat kalo mobil Daniel lewat di depan sini ....” “Gini aja deh, dari pada kamu penasaran dan ngerasa Daniel ada di sekitar sini. Mending kita jalan-jalan. Muter-muter sambil olah raga. Dan kita liat ada mobil Daniel engga yang terparkir di depan jajaran pertokoan Kota Tua ini,” kata Nita memberi saran. Anggun menoleh dan menatap sahabatnya itu. Ia menganggukkan kepalanya. “Oke! Ide yang bagus!” Nita tersenyum pahit. “Hm ... tapi berasa eneh. Mana ada orang olah raga siang di tengah hari dan di trotoar jalan, pelataran toko. Cari gebetan yang hilang pula ....” “Gak apa-apa ... Semua ini demi gebetan gue. Daniel, CEOku yang tampan ...,” sahut Anggun sambil tersenyum lebar dan membayangkan wajah Daniel yang gantengnya mengalahkan aktor di film layar lebar. Daniel, pria single, dewasa dan mapan. Putra pemilik hotel bintang lima di tempatnya bekerja itu sangat baik dan ramah. Ia sangat memperlakukan semua pekerjanya dengan baik. Daniel pun jauh dari kata sombong. Padahal pria itu sangat kaya raya. Karena statusnya adalah anak dari pemilik hotel, menjabat sebagai jenderal direktur pengelola hotel, ditambah wajahnya yang tampan, membuat semua karyawan wanita yang bekerja di hotel Manggis itu sangat mengidolakan Daniel. Daniel pun sangat bersikap ramah pada Anggun yang merupakan salah satu karyawannya di kantor. Dan keramahan Daniel itu lah yang membuat Anggun menganggap pertanda sinyal lampu hijau untuknya. Sebetulnya engga ada untungnya saat ini Anggun dan Nita mencari tahu Daniel ada di daerah kota tua dekat taman Kota ini atau tidak. Tapi yang namanya mengidolakan seseorang, melihat wujud penampakannya saja sudah membuat hati berbunga-bunga. “Kalau udah ketemu Daniel, emang kamu mau ngapain sama dia?” tanya Nita sambil celingukan melihat ke arah mobil-mobil yang terparkir rapi di bahu jalanan. Anggun yang sekali-kali melihat parkiran dan juga jajaran pertokoan dengan arsitek jaman kolonial langsung menyahut, “Aku minta diajak muter-muter naik mobil mewahnya,” jawabnya asal. “Emang kamu kira, Daniel supir odong-odong? Mau diajak muter keliling-keliling ...,” timpal Nita sambil tertawa. Anggun pun ikut tertawa. Memang permintaannya terlalu aneh. Mana mungkin Daniel yang super sibuk itu mau mengajaknya muter-muter keliling Kota? Jika misal keinginannya terpenuhi, Daniel mau mengajaknya keliling Kota, ia pasti akan langsung sujud syukur di tempat itu juga, batin Anggun. “Lah itu! Bukannya itu mobil merah yang biasanya Daniel pake ya?” Jari telunjuk Nita menunjuk ke parkiran yang ada di ujung. Kedua mata Anggun mengikuti ke mana jari Nita menunjuk. “Iya bener Nit, itu mobilnya Daniel,” jawabnya sambil berjalan pelan menyusuri trotoar. “Terus abis ini kita ngapain?” tanya Nita yang selalu setia kawan dalam suka dan duka. Bahkan mau aja jadi ala-ala detektif untuk menguntit Daniel demi Anggun, sahabatnya. “Kita cari yuk ... aku pengen tahu. Daniel lagi ngapain di sini ...,” jawab Anggun. “Ya, kalo engga makan siang, ya ngopi,” sahut Nita sambil melirik ke arah arloji di tangannya. Jarum jam sudah menunjukkan pukul satu siang lewat lima belas menit. “Mungkin Daniel makan siang di restoran itu!” Anggun menunjuk sebuah restoran yang berada tepat di depan mobil Daniel terparkir. Restoran bernuansa klasik dengan tembok batu bata merah dan kaca lebar tembus pandang. “Tunggu ... tunggu!” Nita menarik lengan Anggun. Menahan langkah kaki sahabatnya itu. “Ada apa sih?” Anggun menoleh ke belakang dan menatap Nita, bingung. “Lalu kita ngapain ke restoran itu? Gimana kalo Daniel bersama ceweknya? Terus kita kek kacang garing? Aduh yang ada malah Daniel ilfeel sama lo tau engga!” sahut Nita sambil mengerenyitkan alisnya. Anggun menggigit bibir bawahnya. Apa yang dikatakan Nita ada benarnya. Jika saat ia masuk ke dalam restoran itu dan Daniel memang sedang bersama kekasihnya, bagaimana? Pasti dia akan dicuekin dan kek kacang garing. “Menurunkan harga diri namanya kalo kita sampe terlalu keciri cari-cari dan ngikutin Daniel,” ujar Nita mengingatkan. Wajah Anggun sayu. “Tapi aku juga penasaran, siapa pacar Daniel.” “Tapi ya engga keciri banget kalo kita lagi cari tahu tentang mereka kan ...,” timpal Nita. Seketika terjadi keheningan di antara mereka. Dan kemudian kedua mata Nita mendadak membulat terkejut saat melihat seseorang yang baru keluar dari restoran. “Ada apa?” tanya Anggun sambil menaikkan kedua alisnya ke atas. “I-itu ....” Bola mata Nita seraya akan lepas melihat sesuatu di balik badan Anggun. Anggun jadi ikut penasaran. Ia membalikkan badan dengan cepat. Melihat ke arah yang membuat bola mata sahabatnya itu seakan ingin keluar dari kelopak matanya. “Daniel ....” Tapi sayangnya saat Anggun menoleh dan melihat Daniel. Pria itu secepat kilat masuk ke dalam mobil bersama wanita yang tadi digandengnya dengan mesra. Sial! Anggun sama sekali belum melihat siapa wanita yang masuk ke dalam mobil mewah merah itu. “Sial ... aku belum melihat siapa wanita yang jadi pacar Daniel,” gerutu Anggun. “Kamu lihat engga Nit? Cantik engga tuh ceweknya?” tanyanya sambil kembali menoleh ke arah Nita yang berdiri di belakangnya. Wajah Nita datar tanpa ekspresi. Lalu berubah menjadi pucat seperti melihat sesuatu yang mengejutkan. “Lo kenapa?” tanya Anggun merasa aneh. “Anggun, kita pulang aja yuk. Mendadak aku kek masuk angin,” dalih Nita sambil melirik ke arah mobil Daniel yang sedang memutar arah dan kemudian melaju pergi pelan. Ia tidak mungkin memberitahukan apa yang dilihatnya barusan pada Anggun. Tidak mungkin ....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD