Sleep Paralysis

1145 Words
Malam itu, merupakan malam yang sunyi di sebuah kota bernama Bafehood. Rinai hujan yang lembut yang membasahi kota tersebut di malam itu, menambahkan ketenangan bagi mereka-mereka yang tertidur dengan pulasnya di atas kasur empuk dan ditemani oleh selimut yang menghangatkan tubuh mereka. Namun, ketenangan malam itu sepertinya tidak mempengaruhi seorang pemuda yang kala itu terlihat amat gelisah di dalam tidurnya, ia terlihat sangat kesulitan. Napasnya terlihat memburu dengan deruan yang sangat cepat, dan bahkan terdengar menjadi tidak karuan. Keringat dingin pun mengalir dengan deras dari pelipisnya dan bahkan keluar dari seluruh tubuhnya, yang membuat siapapun yang melihat kondisi dari lelaki itu pasti akan beranggapan bahwa dirinya tengah memimpikan sesuatu hal yang terlewat buruk sehingga sangat pantas untuk segera dibangunkan. “Ah!!!” Pekik pemuda itu setelah dirinya berhasil terbangun dari mimpi buruk yang datang pada malam hari itu. Napasnya tersengal-sengal, ia terduduk di atas kasur dengan pandangan yang kini bergerak untuk menoleh menatap jam dinding yang terpasang tepat di samping kanan dari kamar pribadinya, yang kini jam tersebut menunjukkan pukul tiga lebih tujuh pagi. “Huft ….” Dihembuskan olehnya napas yang cukup panjang, untuk akhirnya pemuda itu kini meraih gelang kain miliknya yang sempat ia letakkan di atas nakas sebelum ia tertidur malam tadi. Dengan segera ia memakai gelang tersebut, dan kembali tertegun di atas kasurnya. Pemuda itu terdiam, pandangannya pun menjadi kosong, setelah dirinya kembali memikirkan mimpi yang baru saja di alami olehnya beberapa saat yang lalu, mimpi yang teramat buruk, yang membuat dirinya berupaya untuk tidak mengingat memori dari mimpi itu, namun pada kenyataannya mimpi itu terus teringat mungkin hingga pagi hari nanti, karena mereka bernari-nari saat ini di dalam kepalanya. Meski pun ia tidak mengetahui dengan persis mengenai apa dan siapa yang ada di dalam mimpinya saat itu, namun ia yakin jika mimpi itu sangatlah buruk. Karena pada saat itu, yang didapati olehnya hanyalah pepohonan yang menjulang tinggi, dan terkesan menyeramkan, itu semua diakibatkan oleh gelap dan heningnya suasana di sana yang pada akhirnya menciptakan kesan tersebut. Suara dentangan dari lonceng yang berbunyi sebanyak tiga belas kali kala itu, angin yang berhembus dengan tenang namun amat mencurigakan, membuat perasaan dari pemuda itu menjadi semakin tak menentu. Setiap kali angin berembus, maka dedaunan dari pepohonan di sana bergerak seirama, seolah mereka menari-nari untuk menyambut sesuatu yang datang bersamaan dengan suara lonceng yang berdentang yang mengiringi angin dan menyertai pepohonan. “Adam!” sebuah suara panggilan yang terdengar di telinga pemuda tersebut, membuat dirinya yang memang sang pemilik nama pun menoleh ke kanan dan ke kiri, untuk kemudian dengan cepat berbalik ke arah belakang, setelah ia meyakini jika asal dari suara tersebut berasal dari belakang. Namun, ketika ia tidak mendapati siapapun di sana, suara gelak tawa pun tiba-tiba saja terdengar dan mengejutkannya. “Hahahahaha!!!” Suara itu berasal dari belakang lainnya, tempat di awal di mana ia berdiri, yang kala itu bertolak belakang dari sumber suara panggilan untuk dirinya, tentu saja membuat Adam kembali memutarkan tubuhnya untuk menatap ke arah sumber tawa. “Siapa … siapa di sana?!” dengan lantang, Adam pun bertanya. Namun, karena saat itu dirinya tengah berada di tengah hutan yang cukup menyeramkan dan sunyi, membuat suara dari pertanyaan yang di lontarkan oleh Adam pun memantul ke penjuru hutan dan kembali terdengar oleh dirinya. Dengan kedua mata yang ia pincingkan, Adam berusaha untuk menelusuri setiap sudut dari wilayah di hutan itu saat ini. Namun, ia sama sekali tidak melihat atau mendapati siapapun di sana, “Adam …Adam? … Adam!” Adam menjadi merasa cukup ketakutan, karena ia hanya bisa mendengar suara-suara dari seseorang yang lagi dan lagi memanggil nama darinya, namun tidak bisa melihat wujudnya saat itu. Sebuah perasaan yang menciptakan rasa takut saat itu lah yang membuat Adam merasa bahwa dirinya tidak boleh berdiam diri di tempat itu dalam waktu yang lama, yang membuat Adam pun pada akhirnya memutuskan untuk berjalan dan mengitari hutan yang kala itu dipenuhi oleh pepohonan yang tingginya bukan main. Setiap kali kakinya melangkah, maka setiap langkah itu pula terdengar suara langkah dari beberapa kaki lainnya yang mengikuti di belakang, yang tentu saja mengejutkan Adam yang kini segera menolehkan pandangannya ke arah belakang untuk melihat dan mengetahui siapa yang kala itu tengah mengikuti langkah kakinya. Dan kala itu, pandangan Adam mendapati seorang anak kecil dengan usia berkisar sembilan tahun yang kini berdiri cukup jauh dari tempatnya berada saat ini. Itu adalah seorang anak perempuan yang kini menatap ke arah Adam dengan tatapan yang amat menusuk, sehingga membuat Adam merasa terkejut dan tertekan karena tatapannya. “Siapa kau?” sebuah pertanyaan yang diucapkan oleh Adam kepada anak perempuan itu, membuat dirinya kini mulai tersenyum ketika menatap dan mendengar Adam yang baru saja bertanya demikian kepada dirinya saat itu. Dan tentu saja hal itu menjadi sebuah tanda tanya yang besar bagi Adam, karena senyuman dari anak perempuan itu berubah menjadi seringaian yang terlihat amat mengerikan, dan semakin membuat Adam merasa tertekan karenanya. “Hei! Aku bertanya kepadamu!” ucap Adam lagi, dan di saat yang bersamaan pandangan Adam kini menatap ke arah beberapa anak kecil lainnya yang mulai bermunculan di balik kegelapan hutan dan juga pepohonan tersebut, yang tentu saja membuat Adam kembali merasa takut karena mereka. Dengan perlahan, Adam melangkah mundur untuk menghindari anak-anak itu, dan semakin ia melangkah mundur maka semakin lebar lah senyuman dari anak gadis yang kini menatapnya, dan tentu saja itu semakin terlihat sangat mengerikan bagi Adam yang melihat dan menyadarinya. “Hahh … hah … hah … “ napas Adam kini terdengar mulai tidak karuan olehnya sendiri, pandangannya terus menatap ke arah mereka-mereka yang dengan perlahan berjalan mendekatinya seiringan dengan menjauhnya Adam pada saat itu. “Adam!” panggilan dari anak perempuan itu kembali membuat Adam mengerutkan dahinya, dan kini ia pun memberanikan diri untuk bertanya kepada anak perempuan itu. “Siapa kau?! Apa maumu?!” tanya Adam dengan lantang kepada anak perempuan itu yang kini menyeringai semakin lebar karenanya. “Your Soul!” ucapan dan suara lain yang keluar dari anak perempuan itu, tentu saja membuat Adam terkejut dan merutuk untuk kemudian segera berlari dari mereka. “s**t!” rutuk Adam, ia berbalik untuk kemudian berlari. Pandangannya pun dengan cepat menoleh menatap ke arah lengannya, ia meyakini jika di lengannya saat itu terdapat gelang yang selalu ia pasang, namun pada saat itu ia terkejut ketika tidak mendapatkan gelang tersebut terpasang di lengannya, yang tentu saja membuat langkah dari kakinya semakin kencang menjauhi anak perempuan yang tadi sempat berucap dengan mengeluarkan suara dari nenek-nenek yang mengerikan. Suara yang di keluarkan oleh anak perempuan itu, membuat Adam mengingat dengan jelas suara tersebut dan mulai mengetahui siapa anak perempuan yang tersenyum dengan mengerikan ke arahnya pada saat itu, Sarah. Ya … tidak salah lagi, karena ia pernah mendengar suara dari nenek-nenek tersebut. Dan sialnya lagi, karena dengan kecerobohan Adam sendiri yang melepaskan gelangnya sebelum tidur saat itu, membuat dirinya sadar jika ia dalam situasi yang berbahaya saat ini. … To Be Continue.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD