Still on the Paralysis

1149 Words
Tuuut … tuuut …. tuut … Sambungan yang di lakukan oleh Adam tidak kunjung di angkat oleh Ingrid, yang tentu saja membuat Adam merasa khawatir dan pada akhirnya memutuskan untuk pergi ke Apartemen Tony, karena yang ia ketahui jika Ingrid tinggal bersama dengan Tony saat itu. Dengan cepat Adam pergi menuju kamarnya untuk menggunakan pakaiannya dan bersiap-siap menuju Apartemen milik Tony, dan selama ia bersiap-siap, pandangan Adam kini tertuju dan menatap ke arah tumpukan gelang yang terbuat dari sebuah kain berwarna coklat yang sudah usang di sana. Kain itu merupakan kain bekas dari Ningrum, yang sengaja di buat menjadi beberapa buah gelang kain oleh temannya Rose atas permintaan dari Adam sendiri satu tahun yang lalu. Karena ia yakin jika kain itu akan melindungi penggunanya dari mala bahaya. Melihat gelang tersebut, membuat Adam pun kini meraih dua gelang yang tertumpuk oleh yang lainnya di sana. Dengan sengaja ia menggunakan dua buah gelang dan satu gelang lainnya ia simpan di saku celananya, dan berniat untuk memberikan gelang itu kepada Ingrid. Setelah merasa bahwa ia selesai bersiap-siap, dengan segera ia pun meraih kunci mobil dan pergi meninggalkan Apartemen miliknya. … Adam melajukan mobil yang ia kendarai dengan cukup kencang menuju Treasure Apartemen yang merupakan tempat di mana Tony tinggal, namun ketika Handphone miliknya berdering dan Adam mengangkat sambungannya, seketika itu pula Adam segera memutar balik mobilnya dan bertolak dari jalan menuju apartemen milik Tony, kini berbalik ke Heaven Hills, rumah duka sekaligus tempat pemakaman elite di kota Bafehood. Itu ia lakukan karena Roul menghubunginya dan berkata bahwa Ingrid dan yang lain sudah berada di rumah duka itu. … Langkah kaki Adam saat ini berjalan memasuki rumah duka, dan ketika ia masuk, ia melihat banyak sekali kerabat dan teman-teman yang hadir di sana untuk memberikan penghormatan terakhir mereka kepada orang yang sangat berjasa bagi mereka selama ini, mereka semua adalah Tony dan juga satu timnya. Namun, ada satu hal yang dirasa aneh oleh Adam pada saat itu, tak ada satu pun peti mati yang hadir di dalam rumah duka saat ini, yang tentu saja mendatangkan sebuah tanda tanya yang besar bagi Adam yang kala itu berdiri di dalam ruangan yang di penuhi dengan orang-orang yang berbincang, namun tak ada apa pun selain mereka dan juga bunga-bunga berwarna hitam yang misterius. “Oi, Adam!” sebuah panggilan yang di lontarkan oleh Roul pada saat itu, membuat Adam yang mendengarnya kini menolehkan pandangan ke arah Roul yang berjalan mendekatinya saat itu. “Roul!” panggil Adam membalas sapaan Roul yang kini tersenyum dan berdiri tepat di hadapannya saat itu, “Ada apa? Kenapa kau terlihat seperti orang yang kebingungan, huh?” tanya Roul kepada Adam yang kini segera menolehkan pandangannya ke arah Roul yang kini terlihat mengembangkan senyuman tipisnya, yang tentu saja membuat Adam mengerutkan dahi seraya menoleh ke kanan dan ke kiri untuk kemudian berucap, “Kenapa kau tersenyum di saat seperti itu, huh?!” gumam Adam memberikan teguran kecil kepada Roul yang kini mengangguk dan menurunkan senyumannya secepat mungkin dan berucap, “Sorry!” ucapnya, yang membuat Adam menggelengkan kepala dan kembali bertanya, “Hei … kenapa di sini tidak ada peti mati? Ke mana tubuh mereka?” tanya Adam kepada Roul yang kini menolehkan pandangannya ke arah Adam, seraya mengerutkan dahinya dan kemudian memukul lengan Adam dengan cukup keras sehingga Adam mengaduh pelan di sana. “Mereka tentu tidak ada di sini, Adam … Kita di sini hanya berkumpul saja!” ucap Roul kepada Adam yang kini mengedikkan kepalanya seraya berucap, “Huh? Apakah hanya aku yang tidak mengerti dengan cara pemakaman di sini? Jika mereka tidak ada di sini, lalu di mana mereka, Roul? Bukankah seharusnya kita melihat mereka untuk terakhir kalinya di rumah duka ini?” tanya Adam lagi, dan membuat Roul kini tersenyum dan kemudian berucap dengan kencang, “Kau bodoh?! bukankah tubuh mereka sudah tidak dapat lagi diidentifikasi karena sudah menjadi abu? Untuk apa kita membawa abunya dan menangisi mereka di sini, huh??” ucapan Roul pada saat itu diiringi oleh gelak tawanya, dan bahkan tidak hanya Roul … mereka semua yang berada di sana pun menoleh menatap Adam dan Roul, yang kemudian mereka ikut menertawakan ucapan Roul didalam rumah duka pada saat itu, seolah Adam adalah orang bodoh yang tidak mengetahui apa pun. Namun, sikap yang mereka tujukan saat itu tentu saja membuat Adam merasa bahwa ada yang tidak beres saat ini, dan tentu saja hal itu membuatnya menjadi merasa takut dengan tingkah laku mereka. “Adam … kenapa? Kau terlihat sangat kebingungan saat ini!” pandangan Adam saat itu tertuju kepada Markus, sang atasan yang kini berjalan mengenakan jas setelan hitam dengan sebuah bunga mawar merah yang bertengger di saku kirinya, yang tentu saja kembali mendatangkan sebuah tanda tanya yang besar di dalam benak Adam, ketika menyadari seharusnya atasannya saat itu sudah tidak ada di dunia ini, ia meninggal enam bulan yang lalu dalam kecelakaan mobil ketika dirinya hendak menikah. Ada apa ini? Apakah ini mimpi? Itu lah pertanyaan yang ada di dalam benak Adam yang kala itu berjalan mundur dengan perlahan pun, berniat untuk segera pergi dari tempat itu. “Tidak, ini bukan mimpi Adam!” seketika pandangan Adam kini menoleh menatap Rose yang baru saja berucap, seolah dirinya mengetahui kata yang ada di dalam pikiran Adam pada saat itu, yang tentu saja membuat Adam seratus persen yakin jika dirinya saat ini sedang berada di alam mimpi. “Adam … kau harus tahu satu hal! Kau tidak akan pernah bisa lolos darinya!” sambung Roul kepada Adam, yang tentu saja membuat Adam menggelengkan kepala untuk meyakinkan diri sendiri jika ia memang masih berada di alam mimpinya. … Suasana yang awalnya terang benderang pun seketika berubah menjadi gelap gulita, dan mereka-mereka yang berada di rumah duka pun semakin tertawa terbahak-bahak menertawakan Adam yang kini berjalan melangkah untuk mundur, berusaha untuk menjauhi mereka-mereka yang ada di sana. Karena pada saat itu, Adam merasa bahwa ia harus segera pergi dari tempat itu, yang kemudian membuat Adam pun dalam hitungan detik segera berbalik dan berlari untuk menjauhi mereka yang masih tertawa tanpa henti, dan membuat Adam merasa bahwa mereka menjadi mengerikan pada saat itu. Namun, ketika ia melangkah untuk kabur dari rumah duka, langkah kakinya saat itu secara tiba-tiba membawa Adam kembali berada di dalam hutan yang menyeramkan yang sempat ia pijaki di dalam mimpinya pada saat itu. Teng … teng … teng … Suara dentangan lonceng yang kembali terdengar saat itu, membuat Adam terkejut ketika menyadari jika dirinya saat ini kembali berada di tengah hutan yang sangat tidak asing baginya, dan hanya ada dirinya saja saat ini di sana. Pandangan Adam menoleh ke arah kanan dan kiri untuk menyadari bahwa sekelilingnya adalah pohon yang persis sama seperti yang ada di dalam mimpinya, pohon itu sangat tinggi dengan angin tenang yang berembus di sana, dan juga tarian dari dedaunan pepohonannya. Melihat semua itu, membuat Adam menjadi yakin, jika dirinya belum sepenuhnya berada di dalam kesadarannya sendiri. To Be Continue.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD