2. Waktu untuk Reta, kapan?

981 Words
"Mamih, Retha lagi sakit ya? Sakit kenapa mih?" Reyna yang tengah menonton televisi di ruang keluarga mengangguk saat Kiya tiba-tiba saja datang dan bertanya. "Lagi PMS, kayaknya sekarang lagi tidur deh. Tadi sih baru beres makan katanya mau tidur." "Oh gitu ya, Kiya ke kamar boleh kan mih?" Reyna mengerutkan keningnya dan menatap anak sahabatnya itu dengan seksama. "Tumben banget kamu nanya dulu? Biasanya juga langsung menerobos masuk." Kiya tertawa kecil lantas segera berlari ke lantai tiga, dimana kamar Retha berada. Tanpa aba-aba lagi Retha membuka kamar itu secara perlahan, ia takut jika harus membangunkan sahabatnya yang tengah kesakitan. "Eh, kamu udah bangun ya." Retha melirik ke arah pintu dimana Kiya berada dan tengah berdiri. "Iya, ada apa?" Tanya Retha. "Kalau mau ngajakin beli seblak jangan sekarang, aku lagi gak mood." Jawab Retha sembari fokus kembali dengan handphone di genggamannya. "Nggak kok, aku cuman mau numpang mandi. Boleh kan?" Kiya memelas dan langsung duduk di sofa, begitu saja menyalakan televisi dengan volume kecil. Retha menghela nafas lantas menghembuskan secara perlahan. "Aku udah bisa menebak nih, kamu pasti kabur-kaburan lagi di rumah dan gak bawa baju." Kiya menatap binar Retha. "Kamu memang selalu tau semuanya." jawabnya tanpa dosa lantas segera pergi ke kamar mandi untuk mandi. "Semua orang juga tau Kiya, kalau kamu seperti itu." Lirih Retha. Retha memandang handphone, tak ada kerjaan lagi melakukan apapun sakit di perutnya pasti semakin intens. Akhirnya Retha iseng membuka grup yang berisi semua keluarganya. Grup itu dinamakan "IKATAN Family" Renatha : Assalamualaikum, diberitahukan kepada orang tua yang kehilangan anaknya. Jangan risau dan jangan khawatir, Azkiya putri daddy Alvin ada di kamar Renatha putri nya papih Reynand yang galak. Untuk itu, izinkan Retha untuk memukul Kiya sepuasnya, karena Retha lagi kesal. Terimakasih! Tak menunggu lama, pesan yang dikirimkan ke grup yang anggotanya lebih dari 20 orang itu ada yang membalasnya. Bang Elzyo : Waalaikumsalam, sekalian jangan dipulangkan ke rumah ya dek kamu apain aja sepuasnya. Bang Alfakhri : Kesal kenapa, sayang?" Bang Ardan : Enak aja lo sayang-sayangan. Papih Reynand : Adek, besok gak jadi liburan ya karena udah bilang papih galak. Bang alfakhri : Suka-suka gue lah, Bang. Mamih Siska : Astaga, mamih nyari Kiya di seluruh rumah. Tau-taunya malah ngacir lagi tuh anak. Mommy Felli : Ya Allah anakku @DaddyAlvin anak mu dad! Bang Fadli : Apa liburan pih? @PapihReynand. Ikut dong, kita liburan bareng aja atuh:v Bang Alfakhri : se7 Bang Ardan : se7 Bang Dika : se7 Papih Reynand : Gak janji ya boy, kita lihat situasi besok. Semoga aja gak sibuk kerja. Renatha : yah;(( Dari sekian banyak yang membalas pesannya tak ada yang membuat Renatha tertarik selain pesan dari Alfakhri-pria yang entah kenapa ada ruang khusus di hatinya. Tetapi, hubungannya dengan Alfakhri entah akan seperti apa. Ia takut jika Al mempunyai wanita atau orang tua mereka tak mengizinkan jika bersama. Retha membalas pesan pribadi dari Alfakhri. Dan berakhir dengan chattingan yang membuat keadaan dan hati Retha sedikit membaik. "Retha, aku pinjam baju yang ini ya." Retha melirik ke arah Kiya yang sudah kelar mandi, Kiya menggunakan rok plisket pendek dibawah lutut berwarna pink serta kaos pendek bergambar Mickey mouse berwarna putih. Rambutnya dikuncir sangat pas di badannya. Retha menganggukkan kepalanya. "Tunggu aku mandi dulu, kita beli seblak ke depan sama bang Al." Kiya mengangguk, mengambil cemilan dan duduk di sofa sambil menonton televisi. "Huh, tadi aja gak mau. Giliran sama bang Al, gass." Ujar Kiya tetapi masih bisa didengar oleh Retha. ** Dengan menggunakan celana jeans berwarna hitam dan baju blouse berwarna biru muda serta rambut yang dicepol Retha menuruni anak tangga dengan riang di belakangnya di susul oleh Kiya yang berjalan sambil memakan cemilan. "Mih, kakak kemana?" "Ke restoran kan dek, kenapa?" "Aku susulin kakak ya mih, sekalian pengen seblak." Reyna yang tengah fokus pada drama korea segera menoleh ke arah anaknya. "Jangan makan seblak yang pedas dan susah dicerna ya dek, keripik kan susah dicerna." "Adek pengen seblak seafood kok, mih." Reyna mengangguk. "Mau sama siapa? Telepon dulu kakak aja gimana, biar dia jemput kamu." Retha menggeleng pelan. "Gak usah, aku mau berangkat sama bang Al dan bang El, sama Kiya juga." "Jangan lupa anterin supir ya, kalian belum punya SIM." Retha mengangguk mengerti, mereka berdua berpamitan untuk ke rumah Siska dan mengajak Al dan El untuk membeli seblak sekalian menyusul Rean di restoran. Mereka berjalan beriringan dan segera masuk ke dalam rumah Siska yang persis berada di depan rumah Retha. "Mamih, abang dimana?" Siska yang tengah membaca majalah pun menghentikan kegiatannya. "Ada lagi nonton televisi kayaknya. Mamih kamu lagi ngapain?" "Mamih lagi nonton televisi juga, Mih." "Yaudah, mamih mau ke rumah kamu dulu ya." Retha mengangguk, lalu berjalan dengan Kiya untuk sampai ke ruangan keluarga dimana Al dan El berada. "Bang, ayo beli seblak nanti pulangnya ke restoran susulin kak Rean." Ujar Retha tiba-tiba duduk di samping El. Alfakhri mengangguk. "Kita pakai mobil diam-diam aja, gimana?" Retha berdecak kesal. "Itu gak boleh, namanya pelanggaran bang." "Tapi kan abang udah bisa Tha, abang nyetir pelan-pelan, kita juga gak jalan ke pos penjagaan jadi gak akan kena tilang juga." "Mamih gak akan izinin tau." "Mamih Siska kan ke rumah mamih Reyna." Al tersenyum puas, "Yuk jalan." Mereka hanya bisa menurut saja, Al memilih kunci mobil yang akan digunakan. Dia berdoa dalam hati semoga para mamih nya tidak melihat. Mereka berjalan bersama menuruni tangga untuk sampai ke bagasi mobil, di sana sudah berjajar mobil milik Angga dan Siska mungkin ada sekitar tiga mobil bahkan ada mobil Alfakhri dari orang tuanya sebagai kado ulang tahun. Tetapi, Alfakhri kali ini akan memakai mobil mamih nya saja. Bukan hanya mobil saja, motor sport dan satu motor matic milik Angga pun ada disana. "Gue aja yang bawa sini." Alfakhri menggeleng pelan. "Aman kok, gue bisa." "Serius lo gak apa-apa nyetir." "Gak apa-apa, aman." Akhirnya mereka pun mulai memasuki mobil, tak lupa Alfakhri berpamitan terlebih dahulu kepada supir sekaligus tukang kebun di rumah nya. **** Hidup yang seperti apa yang paling bahagia di dunia ini? Yang terpenting kehidupan itu tak terlepas dari Allah serta keluarga dan para sahabat yang menyayangi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD