31. Nara menangis

1246 Words
Diam-diam setiap malam menangis tanpa suara. Hanya ada derai-derai air mata rindu. Kerinduan akan sosok keluarga yang tak pernah utuh sedari dulu. Ruangan gelap yang nyaris tak mendapat cahaya Hanya sinar kecil yang menjadi penerang nya Menampilkan sosok raga Dengan tatapan kosong gundah gulana Merenung di sudut meratapi hidupnya Penuh jelaga ditinggal sanak saudara Rasanya seperti sebuah cerita belaka Tetapi ini adalah nyata Lalu kau datang bertanya tentang luka Bagaimana sakitnya dihukum semesta kehilangan semua. Mencoba kembali merajut asa Siapa sangka hati tak kuat lagi menerima Air mata keluar tanpa aba-aba Beban pikiran semakin nyata Sesakit inikah menjadi dewasa? Sedangkan dunia mengajak bercanda. *** Pagi ini sangat mendung sekali, Nara keluar dari mobil yang di khususkan ayah nya untuk mengantar jemput dirinya kemanapun pergi. Ya, ayah nya mempercayakan pak Anto untuk menjadi supir pribadi dirinya, Anto adalah bawahan ayah nya di kantor. Nara menghela nafas panjang, lalu menghembusnya secara perlahan. Pagi ini dunia terasa berat, beban-beban yang ia pikul selama ini tak sedikitpun berkurang. Meskipun dia sudah menangis di pojok ruangan semalaman pun, rasanya tak ada yang berubah. Saat dia keluar, dia harus berpura-pura ceria. Berpura-pura baik-baik saja. Ia tak ingin semua orang melihatnya lemah, dia tak ingin semua orang menganggap dirinya tak berguna seperti ayah nya menganggap dirinya seperti demikian. Nara seperti anak yang tidak di inginkan. Nara pernah mendengar satu nasehat dari nenek nya dulu sebelum nenek nya tiada. Saat semua orang menghina dan menjauhimu karena kekalahan mu, tapi saat itu ibumu tidak pernah menjauh atau pun malu untuk tetap bersamamu. Tetapi, ibu nya malah pergi jauh karena satu kesalahan dirinya. Ibu nya pergi jauh entah kemana, sehingga ayah nya menjadi temperamen kepada dirinya. Bahkan, dia begitu iri saat anak yang lain di antar jemput oleh dirinya dia hanya di antar oleh orang kepercayaan ayah nya. Nara, tersenyum tipis melanjutkan perjalanannya untuk sampai ke kelas. Satu bulan lagi, dia ada ulangan akhir semester. Kapasitas otak nya tak seperti orang lain, IQ nya rendah, tetapi Nara begitu fasih berbahasa Inggris. "Naraaaaaa!!" Nara melirik ke belakang, dan melihat Kiya yang baru saja turun dari mobil mewah keluaran terbaru, sudah pasti pemilik mobil itu adalah El. Elzyo Fathir Mahendra. Pria tampan dengan prestasinya di bidang volly, humoris tetapi buaya darat. Nara sampai menggeleng-gelengkan kepalanya mengingat hal itu. "Naraaaaa! Kiya! Tunggu!" Pemilik suara lembut itu membuat keduanya menengok ke arah belakang, di sana turun Retha dengan tergesa, dan di samping nya yang sedang mengemudi melambaikan tangan pada Nara, yang membuat wanita itu bisa tersenyum dan melupakan bebannya, walau hanya sedikit tapi berdampak besar bagi Nara. "Kenapa kalian berteriak seperti itu, mirip di hutan tau." Ucap Nara menasehati teman-temannya. Retha menggaruk tengkuknya sedangkan Kiya seperti biasa, memang wajah yang seperti tak ada dosa sedikitpun. "Yuk, ke kelas." "Eh ehh bentar." Kiya menarik pergelangan tangan Nara, sehingga Nara menatap Kiya sembari mengerutkan kening nya bingung. "Kenapa lo, Ki?" Tanya Nara, semakin penasaran kala mata belo Kiya menyipit. "Mata kamu kenapa, Nar?" Tanya Kiya. "Umm.." Nara gelagapan saat di tanya seperti itu oleh Kiya. Rasanya tak mungkin jika dia berbohong. Karena akan berbohong jika matanya sipit seperti habis menangis karena menonton drama korea yang sedih mereka tak akan percaya. Karena Nara tak menyukai drama korea, dia lebih menyukai Anime dari pada drama korea. "Umm, itu. A-anu" "Anu apa, Nara? Udah jelas mata kamu sipit kayak orang habis nangis." "Emang, aku abis nangis. Abis nonton anime Naruto nya meninggal." "Mana ada naruto meninggal! Lo kalau boong pinteran dikit napa. Orang gue juga suka anime itu," bantah Retha "Ah maksud gue bukan itu, umm apa ya. Iya tadi gue abis nonton drama korea jadinya nangis." Elak Nara. "Nar, semua orang juga tau lo paling anti sama drama korea." Ucap Kiya, dia menarik tangan Kiya dan Nara sekaligus. *** Retha membawa Diam-diam setiap malam menangis tanpa suara. Hanya ada derai-derai air mata rindu. Kerinduan akan sosok keluarga yang tak pernah utuh sedari dulu. Ruangan gelap yang nyaris tak mendapat cahaya Hanya sinar kecil yang menjadi penerang nya Menampilkan sosok raga Dengan tatapan kosong gundah gulana Merenung di sudut meratapi hidupnya Penuh jelaga ditinggal sanak saudara Rasanya seperti sebuah cerita belaka Tetapi ini adalah nyata Lalu kau datang bertanya tentang luka Bagaimana sakitnya dihukum semesta kehilangan semua. Mencoba kembali merajut asa Siapa sangka hati tak kuat lagi menerima Air mata keluar tanpa aba-aba Beban pikiran semakin nyata Sesakit inikah menjadi dewasa? Sedangkan dunia mengajak bercanda. *** Pagi ini sangat mendung sekali, Nara keluar dari mobil yang di khususkan ayah nya untuk mengantar jemput dirinya kemanapun pergi. Ya, ayah nya mempercayakan pak Anto untuk menjadi supir pribadi dirinya, Anto adalah bawahan ayah nya di kantor. Nara menghela nafas panjang, lalu menghembusnya secara perlahan. Pagi ini dunia terasa berat, beban-beban yang ia pikul selama ini tak sedikitpun berkurang. Meskipun dia sudah menangis di pojok ruangan semalaman pun, rasanya tak ada yang berubah. Saat dia keluar, dia harus berpura-pura ceria. Berpura-pura baik-baik saja. Ia tak ingin semua orang melihatnya lemah, dia tak ingin semua orang menganggap dirinya tak berguna seperti ayah nya menganggap dirinya seperti demikian. Nara seperti anak yang tidak di inginkan. Nara pernah mendengar satu nasehat dari nenek nya dulu sebelum nenek nya tiada. Saat semua orang menghina dan menjauhimu karena kekalahan mu, tapi saat itu ibumu tidak pernah menjauh atau pun malu untuk tetap bersamamu. Tetapi, ibu nya malah pergi jauh karena satu kesalahan dirinya. Ibu nya pergi jauh entah kemana, sehingga ayah nya menjadi temperamen kepada dirinya. Bahkan, dia begitu iri saat anak yang lain di antar jemput oleh dirinya dia hanya di antar oleh orang kepercayaan ayah nya. Nara, tersenyum tipis melanjutkan perjalanannya untuk sampai ke kelas. Satu bulan lagi, dia ada ulangan akhir semester. Kapasitas otak nya tak seperti orang lain, IQ nya rendah, tetapi Nara begitu fasih berbahasa Inggris. "Naraaaaaa!!" Nara melirik ke belakang, dan melihat Kiya yang baru saja turun dari mobil mewah keluaran terbaru, sudah pasti pemilik mobil itu adalah El. Elzyo Fathir Mahendra. Pria tampan dengan prestasinya di bidang volly, humoris tetapi buaya darat. Nara sampai menggeleng-gelengkan kepalanya mengingat hal itu. "Naraaaaa! Kiya! Tunggu!" Pemilik suara lembut itu membuat keduanya menengok ke arah belakang, di sana turun Retha dengan tergesa, dan di samping nya yang sedang mengemudi melambaikan tangan pada Nara, yang membuat wanita itu bisa tersenyum dan melupakan bebannya, walau hanya sedikit tapi berdampak besar bagi Nara. "Kenapa kalian berteriak seperti itu, mirip di hutan tau." Ucap Nara menasehati teman-temannya. Retha menggaruk tengkuknya sedangkan Kiya seperti biasa, memang wajah yang seperti tak ada dosa sedikitpun. "Yuk, ke kelas." "Eh ehh bentar." Kiya menarik pergelangan tangan Nara, sehingga Nara menatap Kiya sembari mengerutkan kening nya bingung. "Kenapa lo, Ki?" Tanya Nara, semakin penasaran kala mata belo Kiya menyipit. "Mata kamu kenapa, Nar?" Tanya Kiya. "Umm.." Nara gelagapan saat di tanya seperti itu oleh Kiya. Rasanya tak mungkin jika dia berbohong. Karena akan berbohong jika matanya sipit seperti habis menangis karena menonton drama korea yang sedih mereka tak akan percaya. Karena Nara tak menyukai drama korea, dia lebih menyukai Anime dari pada drama korea. "Umm, itu. A-anu" "Anu apa, Nara? Udah jelas mata kamu sipit kayak orang habis nangis." "Emang, aku abis nangis. Abis nonton anime Naruto nya meninggal." "Mana ada naruto meninggal! Lo kalau boong pinteran dikit napa. Orang gue juga suka anime itu," bantah Retha "Ah maksud gue bukan itu, umm apa ya. Iya tadi gue abis nonton drama korea jadinya nangis." Elak Nara. "Nar, semua orang juga tau lo paling anti sama drama korea." Ucap Kiya, dia menarik tangan Kiya dan Nara sekaligus. *** Retha membawa
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD