4. Kejadian di kantor polisi

1061 Words
BELUM REVISI, insyaallah besok ya. "Pah, mamih masih lama gak sih?" Tanya Retha, pasalnya ini sudah jam setengah tujuh, tetapi belum ada tanda-tanda Reyna muncul. "Sebentar lagi, sayang." Jawab Reynand, memberi pengertian kepada Retha. Ia yakin Rean sudah dewasa dan mengerti. Tetapi beda dengan Retha. "Adek ngantuk, huh." "Yaudah tidur sana di sofa, nanti papah bangunin kalau mamih udah disini." Ucap Reynand, membuat Retha menganggukkan kepalanya. Retha mulai tiduran di atas sofa, dengan paha Reynand yang menjadi bantalnya. Kadang dia selalu berpikir, Papah nya sedang free dari pekerjaan tetapi mamih nya sibuk, atau kebalikannya. Reyna yang free, Reynand yang malah sibuk. Dia selalu bertanya pada Tuhan, apakah dirinya tak akan pernah di beri waktu bersama untuk ber-Quality time bersama dengan kedua orang tuanya, dan kedua kakak laki-lakinya; Arden. Berbicara tentang Arden, apa kabar dengan pria itu? Kakak laki-laki Retha yang sangat jarang berada di rumah. Raditya Arden Dirgantara, itulah nama aslinya tetapi orang-orang menyebutnya dengan nama Radit atau Arden. Pria tampan itu tumbuh di dunia ke-Militeran, dibawah Revan. Memilih menjadi seorang Abdi Negera yang 80% hidupnya di korbankan untuk waktu negera, dan menjaga negeri bukan lah apa yang Reyna dan Reynand inginkan, tetapi karena tekad yang bulat Arden masuk ke sekolah Militer dan sekarang berhasil mendapatkan apa yang dia cita-cita kan. Sedang tugas di perbatasan, membuat pikiran Reyna terbagi. Tak ada yang bisa ia lakukan selain berdoa, saat Arden tak ada kabar sama sekali. Apalagi selama seminggu ini Arden benar-benar tidak ada kabar. Beruntung dia bisa menanyakan kabar Arden kepada kakaknya, Revan. Sesungguhnya, tidak ada yang bisa menandingi kekuatan do'a. Dahsyat nya doa akan terasa, saat kita benar-benar khusyuk meminta nya. Jika belum terkabul, mungkin ada yang salah dengan diri kita. Seperti terhalang oleh dosa. butuh perjalanan panjang untuk mendapatkan nama Abdi Negara di jiwa Arden. Seorang abdi negara, rela dan ikhlas untuk membela negaranya , bahkan hingga mengorbankan jiwa raganya. Abdi negara selain memiliki fisik yang kuat, juga memiliki mental yang kuat. Mengingat, tugas dan tanggung jawab yang dilakukan penuh dengan resiko. Bahkan, akan sangat sulit jika harus meninggalkan keluarga dan pasangan, demi tugas tersebut. Apa boleh buat, tugas tetap menjadi prioritas. Reyna tak akan pernah, merebut mimpi Arden untuk menjadi seorang Abdi Negara. Ia akan terus mendukung dan mendoakan anak sulung nya itu. Meskipun hati dan batin nya di pertaruhkan karena takut Arden gugur dalam memperjuangkan Negara. Ah bukankah itu termasuk Syahid? Reyna selalu berdoa, Arden di panjangkan umur dan di sehatkan nya. Disiplin merupakan kunci kesuksesan. penderitaan karena disiplin lebih baik dan memberikan manfaat, dibandingkan penderitaan karena penyesalan. Itu adalah kata-kata dari Reynand yang selama ini selalu di terapkan kepada anak-anaknya. "Assalamualaikum," Reyna membuka pintu kaca ruangan Reynand, jauh dari dugaan Reynand dan kedua anak nya ternyata sepuluh menit kemudian setelah Retha berniat memejamkan matanya. Reyna datang. "Waalaikumsalam," jawab ketiga nya. Retha paling semangat melihat mamih nya datang lebih cepat dari perkiraan dia. Ia kira mamih nya akan datang saat nanti jam telah menunjukkan pukul sebelas malam. "Maaf ya mamih lama," ucap Reyna sembari memasang wajah sendu. "Mamih kem-" "Iya mih gak apa-apa kok, lagian kan kita juga lagi gak ngapa-ngapain. Ya kan dek?" Tanya Rean, memotong ucapan adik nya. Ia tak ingin Reyna sedih dan malah murung karena ulah mereka berdua. **** "Pah, mamih masih lama gak sih?" Tanya Retha, pasalnya ini sudah jam setengah tujuh, tetapi belum ada tanda-tanda Reyna muncul. "Sebentar lagi, sayang." Jawab Reynand, memberi pengertian kepada Retha. Ia yakin Rean sudah dewasa dan mengerti. Tetapi beda dengan Retha. "Adek ngantuk, huh." "Yaudah tidur sana di sofa, nanti papah bangunin kalau mamih udah disini." Ucap Reynand, membuat Retha menganggukkan kepalanya. Retha mulai tiduran di atas sofa, dengan paha Reynand yang menjadi bantalnya. Kadang dia selalu berpikir, Papah nya sedang free dari pekerjaan tetapi mamih nya sibuk, atau kebalikannya. Reyna yang free, Reynand yang malah sibuk. Dia selalu bertanya pada Tuhan, apakah dirinya tak akan pernah di beri waktu bersama untuk ber-Quality time bersama dengan kedua orang tuanya, dan kedua kakak laki-lakinya; Arden. Berbicara tentang Arden, apa kabar dengan pria itu? Kakak laki-laki Retha yang sangat jarang berada di rumah. Raditya Arden Dirgantara, itulah nama aslinya tetapi orang-orang menyebutnya dengan nama Radit atau Arden. Pria tampan itu tumbuh di dunia ke-Militeran, dibawah Revan. Memilih menjadi seorang Abdi Negera yang 80% hidupnya di korbankan untuk waktu negera, dan menjaga negeri bukan lah apa yang Reyna dan Reynand inginkan, tetapi karena tekad yang bulat Arden masuk ke sekolah Militer dan sekarang berhasil mendapatkan apa yang dia cita-cita kan. Sedang tugas di perbatasan, membuat pikiran Reyna terbagi. Tak ada yang bisa ia lakukan selain berdoa, saat Arden tak ada kabar sama sekali. Apalagi selama seminggu ini Arden benar-benar tidak ada kabar. Beruntung dia bisa menanyakan kabar Arden kepada kakaknya, Revan. Sesungguhnya, tidak ada yang bisa menandingi kekuatan do'a. Dahsyat nya doa akan terasa, saat kita benar-benar khusyuk meminta nya. Jika belum terkabul, mungkin ada yang salah dengan diri kita. Seperti terhalang oleh dosa. butuh perjalanan panjang untuk mendapatkan nama Abdi Negara di jiwa Arden. Seorang abdi negara, rela dan ikhlas untuk membela negaranya , bahkan hingga mengorbankan jiwa raganya. Abdi negara selain memiliki fisik yang kuat, juga memiliki mental yang kuat. Mengingat, tugas dan tanggung jawab yang dilakukan penuh dengan resiko. Bahkan, akan sangat sulit jika harus meninggalkan keluarga dan pasangan, demi tugas tersebut. Apa boleh buat, tugas tetap menjadi prioritas. Reyna tak akan pernah, merebut mimpi Arden untuk menjadi seorang Abdi Negara. Ia akan terus mendukung dan mendoakan anak sulung nya itu. Meskipun hati dan batin nya di pertaruhkan karena takut Arden gugur dalam memperjuangkan Negara. Ah bukankah itu termasuk Syahid? Reyna selalu berdoa, Arden di panjangkan umur dan di sehatkan nya. Disiplin merupakan kunci kesuksesan. penderitaan karena disiplin lebih baik dan memberikan manfaat, dibandingkan penderitaan karena penyesalan. Itu adalah kata-kata dari Reynand yang selama ini selalu di terapkan kepada anak-anaknya. "Assalamualaikum," Reyna membuka pintu kaca ruangan Reynand, jauh dari dugaan Reynand dan kedua anak nya ternyata sepuluh menit kemudian setelah Retha berniat memejamkan matanya. Reyna datang. "Waalaikumsalam," jawab ketiga nya. Retha paling semangat melihat mamih nya datang lebih cepat dari perkiraan dia. Ia kira mamih nya akan datang saat nanti jam telah menunjukkan pukul sebelas malam. "Maaf ya mamih lama," ucap Reyna sembari memasang wajah sendu. "Mamih kem-" "Iya mih gak apa-apa kok, lagian kan kita juga lagi gak ngapa-ngapain. Ya kan dek?" Tanya Rean, memotong ucapan adik nya. Ia tak ingin Reyna sedih dan malah
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD