Four

1626 Words
Di sepanjang perjalanan Jeongguk melihat Hera dari kaca spion. Wanita itu hanya menatap kosong kaca depan sedari tadi tidak beralih sama sekali, menatap pembersih kaca mobil yang bergerak menyapu air. Jeongguk memperhatikan Hera dari tadi. Jika boleh menebak wanita itu seperti kacau, tapi tidak tahu kenapa. "Hera-ya ada apa?" tanya Jeongguk, untung lampu lalu lintas di depan kedapatan sedang merah. Wanita itu menghela nafas berat. Lalu menoleh ke arah Jeongguk yang tengah menatapnya cemas, Hera mencoba tenang dalam ketakutan dalam dirinya ini terlihat bagaimana Hera mencengkram ujung blousenya. "T-tidak apa-apa Jeon, aku hanya memikirkan rencana karya ilmiah kita. Aku berfikir apa kita akan masuk ke babak selanjutnya atau tidak" Jeongguk seperti berpikir, tadi dirinya tidak mengikuti timnya untuk bertemu dengan dosen Kim malah menuju ke ruang profesor Ro untuk membantu merapikan ruangan yang berantakan karena renovasi. "Ah maaf, aku jadi ketinggalan informasi" ucap Jeongguk. Lampu lalu lintas kembali berwarna hijau, dengan segera Jeongguk melesatkan mobil Range rover miliknya di jalanan Seoul yang basah. Berjalan lurus tanpa halangan sebab tidak banyak orang yang keluar disaat hujan seperti ini. Hingga mereka akhirnya sampai pada tujuan, gedung apartemen yang Hera tempati. "Terima kasih Jeon sudah mengantarkanku" ucap Hera sebelum turun dari mobil itu. Jeongguk mengangguk sebagai jawaban. "Hera-ya" panggil Jeongguk penuh afeksi, membuat Hera menghentikan pergerakannya lalu kembali menatap pria manis di sebelahnya. Penasaran dengan apa yang hendak Jeongguk katakan padanya. "Ada apa?" "Boleh aku mengatakan sesuatu?" tanya balik Jeongguk membuat Hera mengangguk lalu menatap pria itu lebih dalam. Sebenarnya Hera takut jika Jeongguk mengetahui sesuatu jika tadi dia sempat dipaksa bermain dengan Jinmin, mungkin saja pria ini sudah datang lebih dahulu tapi urung untuk masuk. Tapi tidak mungkin juga, sebab pintu apartemen Jeongguk akan berbunyi jika seseorang masuk. "Katakan apa?" "Aku menyukaimu, em.. Lebih tepatnya aku jatuh cinta padamu em.... kagum, bagaimana ya aku mengatakannya.." Jeongguk seperti kebingungan wajahnya lucu jika sudah bingung. Hera sempat tertawa karena melihat ini. Bagaimana tidak Jeongguk berkata dengan suara rendah yang hampir saja membuatnya sedikit mendekatkan kepalanya. "Jeon tolong bicaralah dengan kera--" "Hera apa kau jadi maukah menjadi kekasihku?" ucapan Jeongguk jelas sekali dirungunya. Tanpa keraguan sama sekali. Oh apa Hera tidak salah dengar? Ucapan Jeongguk barusan membuat hati Hera berdegup kencang. Pasalnya Jeongguk sudah mengawasi Hera sejak awal karya ilmiah dimulai. Mungkin pria itu malu mengatakan isi hatinya saat itu, namun apa boleh buat kesempatan hari ini hanya sekali sudah ada mau diapakan lagi. "Jeon ak--" Jeongguk tiba-tiba menciumnya tepat di bibir sang wanita, membuat pribadi cantik itu membungkam seketika. Wajahnya benar-benar memerah karena ini. Bagaimana tidak secara tiba-tiba Jeongguk menciumnya lembut. Setelah ciuman singkat itu berakhir, kedua tangannya digenggam oleh Jeongguk. "Tidak apa Ra-ya, kau bisa menjawabnya besok" ucap Jeongguk berbaik hati membuat keputusan dari jawaban yang menyulitkan Hera. Hera tidak bergeming karena syok, tentu bagaimana jika kau tiba-tiba ditembak tepat di hatimu seperti ini. Hera tidak bisa memberikan jawabannya sekarang dia segera keluar dari mobil Jeongguk. Meraba dadanya sendiri sebab berdegup kencang. Jeongguk melihat punggung Hera yang telah menjauh dari pandangannya. Apa dia keterlaluan telah mengatakan perasaannya pada Hera hingga membuat wanita itu malu padanya? Atau karena ciuman tiba-tiba? "Aish babonya aku" Jeongguk memukul stirnya karena ini, tidak mau berlama-lama dia harus kembali. Entah kenapa dia jadi senang sendiri. Mungkin setelah menyatakan perasaannya, dia jadi sesenang ini. Sebaliknya Hera masih merasakan bagaimana dadanya berdegup kencang karena ucapan Jeongguk. Tidak biasanya dia merasakan hal semacam ini. Sejujurnya dia juga menyukai Jeongguk, pria itu manis dan lucu selain tampan. Jeongguk juga memiliki perangai yang baik dan humoris. Tapi Hera kembali tersadar pada dirinya sendiri. Menatap pantulan dirinya dari jendela. Hera merasa tidak percaya diri untuk bisa menjadi kekasih Jeongguk. "Aku sudah kotor. Apa Jeongguk akan mau padaku jika kukatakan semuanya?" monolognya. Hera takut jika Jeongguk lari tunggang langgang darinya. Hera menggelengkan kepalanya, mengenakan segala kemungkinan negatif yang bersarang pada otaknya. "Jeongguk bukan orang yang keras. Aku yakin dia mengerti. Tapi sebaiknya aku tidak bicara tentang ini" ^^^ Waktu sudah cepat berlalu. Sudah seminggu lalu Hera mengatakan jawabannya pada Jeongguk, dia menerimanya dan membuat Jeongguk senang bukan main sebab cintanya di terima. Melompat kecil bahkan berlari sambil menggendongnya saat hatinya benar-benar sesenang ini. Semenjak hubungannya dengan Jeongguk, hidup Hera kembali ceria. Dia melupakan sejenak tentang semua kehidupannya yang suram. Tentang Taehyung atau tentang semua hal yang buruk selama ini. Jeongguk mampu membuat hidup Hera berwarna di kertasnya yang telah buram. Dalam waktu seminggu ini mereka mampu untuk mengenal satu sama lain. Meski banyak sekali wanita-wanita yang iri padanya, apa lagi Gyurin. Gadis itu jelas menunjukkan rasa iri padanya meski menampakkan wajah seolah tidak apa-apa. Apa Hera lancang telah menikung? Tapi Jeongguk yang sudah memilihnya. Tidak hanya para mahasiswa saja yang tahu jika mereka telah menjalin kekasih, bahkan profesor Kim dan Ro telah meledek keduanya. Hera malu tapi sepertinya Jeongguk lebih membanggakan diri. "Jangan terlalu malu pada hyung. Dia tidak pernah berpacaran seperti kita." "Hyung?" Hera bertanya sebab siapa yang Jeongguk sebut hyung? Padahal mereka tidak pernah bertemu dengan Jinmin. Sama sekali tidak pernah bertemu sebab Hera tidak mau mampir ke apartemen Jeongguk. Trauma? Mungkin, bisa jadi. "Eh.. Maksudku profesor Ro." ralatnya. Jeongguk melangkah mendahului Hera dan menghentikan wanita itu di depannya. "Kau pasti bingung karena aku menyebut profesor Ro dengan hyung. Aku merasa profesor Ro seperti hyung ku sendiri. Aku pernah kehilangan saudaraku saat masih kecil karena kami berpisah" "Berpisah? Kenapa bisa?" "Di bandara. Aku tidak ingat lagi, itu sudah cukup lama. Lalu karena saudaraku menghilang, mama dan papa jadi sering bertengkar dan mereka akhirnya berpisah saat usiaku menginjak 17 tahun." Hera mendengarkan cerita sedih Jeongguk jadi ikut merasa sedih. Melangkah kedepan dan memeluk tubuh Jeongguk hangat. Seolah membuat Jeongguk untuk tidak sedih karena mengingat hal buruk itu. "Aku minta maaf karena telah menyuruhmu bercerita." "Tidak ra-ya, aku tidak apa-apa" Hera melepaskan pelukannya, menatap wajah sang kekasih dengan senyuman. "Kau pasti rindu. Aku akan berdoa supaya Tuhan mempertemukan kalian secepatnya." katanya. "Terima kasih" Jeongguk amat bersyukur memiliki Hera dalam hidupnya. Bagaimana wanita itu tampak membuatnya lebih baik. Tentang ucapan Hera, Jeongguk juga mengamininya. Semoga saja Tuhan mau mengabulkan permintaan kekasih hatinya. "Kau harusnya melepas lelahmu ra-ya. Maaf menghentikanmu disini" ucap Jeongguk yang sudah mempersilahkan Hera untuk melewatinya sebab keduanya sudah sampai di depan pintu tempat Hera tinggal. Hera melambaikan tangannya pada kekasihnya setelah seharian membuat hari menyenangkan berdua. Punggung pria yang ditatapnya hampir menghilang di ujung tikungan membuat Hera harus segera berbalik ingin cepat-cepat memasuki apartemennya. Namun saat hendak membuka pintu dia menemukan wajah Taehyung tengah menatapnya. "Who him?" Hera menatap tak percaya, pria yang dibencinya kini kembali muncul di depannya dengan tatapan tidak suka. Hera lupa sungguh ternyata hari kebebasan dirinya dari Taehyung sudah lewat batas seharusnya, yang seperti dijanjikan Taehyung di kertas memo. Lidah Hera kelu ingin menjawab tetapi tidak bisa berkata-kata. "D-dia-" belum sempat dirinya menjawab dengan benar. Hera tidak mungkin mengatakan pada pria ini jika Jeongguk adalah kekasihnya, Hera tidak mau Jeongguk ikut campur pada masalahnya dengan saudara sepupunya. Karena kesal Taehyung menyeret lengannya kasar ke dalam apartemen. Menutup pintu itu keras dan menghasilkan bunyi dentuman kecil. ^^^ Semua orang di kampus ingin seperti dirinya, cantik, pintar dan sopan. Membuat siapa saja ingin berkenalan dengan Hera, bahkan profesor Ro juga mengagumi bakat dan kepintarannya. Namun kenyataannya, Hera kembali ke jurang yang paling dalam, seakan dirinya tidak diperbolehkan menatap masa depan yang indah dan penuh bahagia. Hera paham jika dirinya hanya menjadi jalang bagi seorang Gwan Taehyung. Seorang yang kotor dan penuh dosa, tidak pantas mendapat pujian dari seseorang atau siapapun. Ingin seperti dirinya? mereka saja tidak tau bagaimana kehidupannya yang rumit ini terjadi. Hera bahkan iri pada mereka yang tengah iri padanya. Kehidupan mereka yang benar-benar baik-baik saja. Hera mencengkam kuat meja didepannya, rasanya sakit sekali ketika pria di belakangnya menghentakan beberapa kali. Menghancurkan tiap impian Hera dalam hentakan kasar yang menyakitkan. Pria itu emosi, terlihat jelas saat dirinya memasuki tanpa penetrasi. Memang sengaja, sebab Taehyung ingin menyadarkan Hera agar tau siapa diri wanita itu yang sebenarnya. Tubuh Hera terhuyung ke depan ketika pria di belakangnya memutar tubuhnya kasar lalu mencium bibirnya rakus seolah tidak membiarkan Hera untuk bernafas barang sedetik pun. "Akh.." Hera mencoba melepaskan kedua tangan Taehyung yang tengah mencekik lehernya ditambah bagaimana pria itu kembali menggaulinya. Sakit sekali hingga menohok ke dalam ubun-ubunnya. "T-this is hurt p-please stop" pinta Hera dengan air mata yang bercucuran deras. Pria itu mendorong tubuhnya hingga terlentang diatas meja. Merusak pakaian yang Hera kenakan dengan sebelah tangan lainnya yang bebas, hingga kancing-kancing itu lepas. Tidak ada jawaban yang ada malah hentakan yang semakin menyakitkan. Mencumbu wanita dibawanya, menjilat bahkan meninggalkan tanda banyak di sekujur tubuh putih di bawahnya. Taehyung diselimuti kabut amarah disisi lain selain gairah yang tinggi. "K-kau itu milikku Hera-yaa" ucap Taehyung bersikeras mendorong pinggulnya keras-keras bahkan tempo yang dihasilkan sangat diluar batas. Menyebabkan bunyi kedua kulit yang saling berbenturan. "L-lalu eungh k-enapa kau me-mberikanku pada Jinmin-Taehh?" Hera bertanya meski terengah-engah, mencoba mengatakan dengan benar karena jalan nafasnya sangat sulit karena tercekik. Pria di atasnya melepas tangannya pada leher Hera, lalu menatapnya dengan seringai yang tak dapat diartikan. Menelusuri wajah Hera yang tampak manis dan dia dambakan selama sebulan ia pergi. "Karena aku terobsesi terhadapmu, maka aku mencoba bagaimana aku membayangkan kau disetubuhi oleh orang lain" ucapnya sambil memberikan sentuhan yang kelewatan lembut pada sisi tubuh lawannya. Membuat Hera bergidik ngeri. Dia takut setengah mati sebab Taehyung kini terobsesi padanya. "K-kau gila Tae" sarkas Hera tanpa takut. Taehyung terkekeh pelan sebelum dirinya kembali menghentak-hentakkan kasar miliknya kedalam. Seperti kesetanan. "Ya, aku gila karenamu, maka nikmati saja persetubuhan panas kita malam ini. Aku ingin menghancurkanmu lebih dari ini dan mencoba membuatmu gila sepertiku Hera-ya...." Bisik Taehyung sambil mendorong pusat tubuhnya kuat hingga di titik dimana tubuh Hera menggelinjang kuat karena pelepasan. Neraka Hera kini kembali menampakkan diri, mendedikasi jika dirinya hanya untuk si setan bernama Gwan Taehyung seorang. ^^^
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD