Three

1747 Words
Benar, setelah kejadian kemarin lalu kini lekuk setiap ruangan tengah kosong. Tidak ada tanda-tanda kehidupan dari seorang Gwan Taehyung di sekitarnya. Ini aman dan melegakan. Hera melangkahkan kaki ke dapur guna menyesap segelas air putih sebab tenggorokannya kering saat bangun dari tidur. Sekilas matanya menatap catatan kecil yang terpajang di dinding lemari pendingin. Sebuah memo berwarna kuning. [Aku pergi keluar kota beberapa hari ini, aku sudah memenuhi stok kebutuhanmu di lemari pendingin untuk beberapa hari kedepan. – Tae] Mendengus mengabaikan catatan yang tak terlalu penting baginya sebab pria itu memberitahu padanya jika sedang bepergian. Oh mengapa tidak sekalian saja Taehyung b******k itu tidak kembali atau mati sekalipun. Hera berharap seperti itu. Diremas gelas sebelum meneguk air putih dengan sangat rakus. Masa bodoh tidak ada Taehyung disini, itu membuatnya senang bisa berbuat apapun tanpa sosok pria yang selalu mengajaknya bergumul diatas ranjang. Sejujurnya Hera bosan, Hera tidak ingin dikekang olehnya. Tapi Hera tidak bisa memberontak pada pria itu. Jam berdetak, menunjukkan pukul 7 pagi dan kurang satu jam lagi Hera harus bersiap untuk ke kampus sebab kuliah pertama di hari Senin. Hera juga harus mempersiapkan segala cara untuk bisa konsultasi mengenai proposal karya ilmiahnya pada dosen Kim, itu pun jika Jeongguk dan Nara mau. Dengan santai, Hera melangkahkan kakinya ke kamar kembali untuk mempersiapkan keberangkatannya ke kampus. ^^^ Jeongguk, pria itu menatap Hera dari kejauhan dengan senyuman. Sejujurnya dia menyukai wanita itu, bukan hanya dari fisik tetapi dengan akal wanita itu yang terlampau sangat pintar. Jika mengira mungkin IQnya diatas rata-rata. Oh hanya Hera saja yang mampu membuatnya jatuh dan merasakan apa itu namanya cinta. Ngomong-ngomong penampilan Hera sangat memukau hari ini. Wanita itu berjalan kerahnya dengan mengenakan kemeja putih dan bawahan jeans yang serasi. Indah sekali. Sangat cocok memakai pakaian kasual seperti ini. "Ahn Jeongguk, What is it?" tanya Hera saat wanita itu sampai di depannya yang melamun. Jeongguk terlihat kelabakan sebelum menatap Hera dengan senyuman manis miliknya. "N-no. I'm look em.. You so beautiful" ucap pria itu lirih dan malu, membuat jantung Hera sedikit berkecamuk. Selama ini tidak ada yang mengatakan hal itu padanya "Thank you Jeon" ucap Hera sambil tersipu malu juga. Mereka seperti anak-anak pada masa sekolah menengah atas, saat salah satu mengatakan hal menawan pada lawannya, wajah malu mereka akan ditandai semburat merah muda jelas di kedua pipi. Dengan tiba-tiba Nara datang, membuat keduanya terkejut. "Hayo, kenapa muka kalian terlihat bersemu merah?" ledek Nara pada keduanya, memberikan penghakiman kecil ada kedua temannya. Hera dan Jeongguk saling memandang sejenak, lalu kembali memandang Nara dengan senyum simpul di wajah keduanya. "Ah tidak, ini anginnya um.. terasa dingin, um.. proposalnya sudah siap untuk dikumpulkan. Kalian kumpulkan ke dosen Kim sekarang" ucap pria manis itu acak sambil menyerahkan berkas proposal karya ilmiah mereka di tangan Hera. Wanita itu hanya mengedipkan matanya bingung sebab diberikan proposal ini. "Memangnya kau ingin kemana? Kau kan bisa mengumpulkan proposal ini tadi" ucap Nara tak setuju. Jeongguk bermain dengan rambutnya pelan mencoba menghalau poninya yang akan jatuh ke depan mata. "Aku ada urusan ke profesor Ro pagi ini, lagi pula dosen Kim belum datang pagi-pagi sekali. Ah sial aku datang pagi sekali untuk memberikan ini tapi beliau belum datang" jawab Jeongguk ringan, seakan tau kebiasaan salah dosen satu itu. Jeongguk melihat ke kanan dia melihat dosen Kim yang baru saja datang dan tersenyum ke arah ketiga mahasiswanya yang tengah menunggu di depan ruangan. "Aku duluan" ucap Jeongguk sambil melangkah pergi menghindari keduanya bahkan sempat menyapa dosen Kim dan membuat dosen itu sedikit bingung karena ulah Jeongguk. "Kemana anak itu?" tanya dosen Kim pada kedua mahasiswi di depannya, wajah tampan dan di pipinya terlihat dimple yang menggoda jika tersenyum. "Bertemu dengan profesor Ro" jelas Hera, itu membuat pria berpostur tegap itu meraih kenop pintu dan membukakan ruangannya sambil mempersilahkan kedua mahasiswanya memasuki ruangannya. "Masuklah, aku tahu kalian ingin berkonsultasi mengenai proposal kalian" ajaknya. ^^^ Kali ini Hera benar-benar pusing sebab sore ini hujan dan dirinya masih terperangkap di perpustakaan kampus dengan mengerjakan tugas skripsi yang tertunda setelah paginya dipenuhi oleh pekerjaan tugas karya ilmiah. Ditemani buku-buku tebal guna mencari beberapa literatur untuk objek kajian pustaka miliknya yang tebal, mungkin 30 lembar kertas karena memang membutuhkan banyak sekali literatur baru. Matanya lelah namun rasanya tinggal sedikit lagi tugas bab akhir skripsi Hera akan usai, hanya mengganti beberapa kata dan menambah literatur seperti yang diucapkan profesor Ro kemarin lalu. Perpustakaan kampus bisa saja buka sampai malam hari namun Hera tidak menyukai berlama-lama membaca di perpustakaan sebab perpustakaan tidak memperbolehkan membawa makanan. Tapi Hera juga tidak menyukai mengerjakan di apartemennya sebab dia akan bertemu dengan Taehyung. "Hera" seseorang menyapanya, membuat Hera mendongakkan kepala guna mencari siapa yang tengah menyapanya, akhirnya Hera menemukan pria berkacamata tengah membawa beberapa buku untuk dikembalikan ke rak-rak di dekatnya. "Ah, Annyeonghaseyo Profesor Ro" sapanya sambil menunduk sopan. Hera bertemu dosen pembimbingnya di perpustakaan. Yeah, acap kali Hera memang bertemu dengan dosen Ro di perpustakaan, sekedar mengobrol kecil atau berkonsultasi seputar skripsi yang Hera kerjakan ataupun karya ilmiah yang Hera dan timnya ambil. "Aku tadi lupa memberikan Jeongguk buku ini, dia bilang akan membacanya tapi kenyataannya dia juga lupa membawanya." ucap Yoongi sambil menyerahkan buku tebal berisi kan 300 halaman itu padanya. "Tolong berikan padanya. Aku juga menulis alamat rumahnya, jika kau tidak tau alamat dia tinggal." Hera mengangguk mengerti, "Ya, saya akan mengantarkan buku ini" ucapnya, dia melihat profesor Ro yang mengangguk padanya lalu berjalan menjauhi meja yang Hera pakai. Sedikit menghela nafas, sepertinya Hera akan mengerjakan tugas skripsinya kembali di apartment, ah dia juga baru ingat jika Taehyung tidak ada di rumah. Sebelumnya Hera harus mengantarkan buku titipan profesor Ro ke rumah Jeongguk dulu. ^^^ Tepat di depan pintu dengan nomor 1234, Hera sudah memencet tombol bel berulang kali, berharap si pemilik rumah segera membuka pintu sebab udara sangat dingin kala hujan melanda. Dan benar pintu terbuka menampilkan Jeongguk yang terkejut dengan kehadiran Hera saat ini. "Oh, masuklah Hera, di luar dingin" pinta Jeongguk, dan Hera menerima tawaran Jeongguk untuk masuk ke dalam. Tak disangka Jeongguk memiliki apartemen yang mewah, sama halnya dengan milik Taehyung tapi ini jauh lebih luas. Balkon yang langsung memperlihatkan keindahan gedung kota, lampu gantung, dapur bersih, sofa empuk, semuanya terasa nyaman, Hera bahkan hampir lupa tujuan awal saat kesini. Melirik ke buku yang dia bawa. "Jeon, ini buku dari profesor Ro" katanya sambil menyerahkan buku tebal yang sedari tadi Hera pegang. "Aish, aku lupa membawanya. Terimakasih sudah mengantarkannya. Oh ya.. kau ingin minum apa Hera-ya" tanya Jeongguk sambil melangkahkan kakinya ke arah dapur, membuka lemari pendingin untuk mendapatkan minuman kaleng. "Jeongguk, aku tadi memintamu mengambilkan pakaianku-- oh maaf" ucap seseorang pria yang baru saja keluar dari kamar lain dan menemui Jeongguk yang tengah mencari cola. Pria itu, sosok pria yang baru saja keluar dari kamar itu. Hera pernah melihatnya dan entah mengapa tubuhnya mendadak meremang. Dia pria yang kemarin kau, kalau tidak salah dia Jinmin teman Taehyung. Tapi kenapa pria itu ada disini? Kenapa sangat mengenal Jeongguk? "Akh, aku tidak menemukan cola sama sekali. Hera akan keluar membeli minuman, tunggu disini sebentar ya" ucap Jeongguk yang sudah bergegas mengambil jaket dan dompetnya. "T-tidak Jeon aku bisa minum air putih saja" meskipun Hera mengelak pada akhirnya Jeongguk benar-benar akan keluar. Hera tidak akan suka dengan keadaan ini. "Aku yang menghabiskan colamu Jeon. Belilah lagi.. Aku sangat ingin cola" sahut Jinmin dari dapur sambil menyalakan kompor seperti hendak membuat ramen. Hera melihat bagaimana Jinmin sedikit tertawa kecil, mungkin karena dia bertemu lagi dengannya. Ini menggelikan kenapa Hera bertemu pria b******k ini lagi disini. "Tidak akan enak meminum air putih saja ra-ya. Lagi pula aku hanya sebentar, tunggu ya" kata Jeongguk, dia ingin menahan Hera lebih lama di apartemen. Mau tidak mau Hera hanya mengangguk pasrah sembari melihat tubuh pria manis itu menghilang di pintu utama. Hera mengintai Jinmin, hatinya merasa kalut, sepertinya tadi Hera harus ikut Jeongguk saja, keluar sekalian pulang daripada disini dengan pria yang kemarin melecehkannya. "Jeongguk akan datang 10 menit lagi. Bisa temani aku sebentar" ucap pria yang tengah menatapnya. Hera mengalihkan pandangannya dari pintu yang benar-benar sudah tertutup, sekarang dia seolah menyesali sesuatu. Sial, Hera ketakutan. Jinmin mengumbar smirknya sambil melangkah ke arahnya lalu duduk di sebelahnya yang kosong menatapnya lebih sambil menyelusupkan sebagian poni Hera ke belakang telinga. "A quickly s*x" bisiknya. Bisikan yang lembut itu membuat tubuh Hera meremang. Bagaimana bisa pria ini sembarangan saja meminta. Hera tidak akan pernah mau. Namun sepertinya Hera telah lamban untuk memberi jarak hingga tubuh kecilnya kini dijatuhkan di atas sofa. Beberapa detik kemudian, lenguhan dan desahan terpendam memenuhi ruangan tamu ini. Di sofa yang menjadi saksi bisu dimana Hera kembali dilecehkan dengan orang yang sama. Hera mengeratkan pegangannya pada bahu pria di depannya. Gerakan mereka tidak teratur lebih dominan pada sang pria yang ingin cepat mendapatkan pelepasan, karena ini hanya Quickly s*x. Hanya butuh beberapa menit untuk mencapai kepuasan tersendiri di antara keduanya. Hera bergerak lamban karena pelepasan yang luar biasa, dan tubuhnya tak mampu kembali terangkat sebab sangat lelah. Sakit sekali, gaya bercinta seperti ini membuat milik pria itu melesat lebih dalam. "Are you tired?" tanya Jinmin sambil menyisipkan helaian rambut Hera yang menutupi sebagian muka. Wanita itu tidak bisa lagi, terlalu lelah dan sakit hingga air matanya keluar sebagai tanda kesakitan dihatinya. "I'm sorry" ucap Jinmin sambil mengecupi wajah cantik di depannya, mencoba menghilangkan bekas air mata yang jatuh di kedua pipi putih itu. Kurang dari sepuluh menit mereka mendapatkan kenikmatan yang mereka butuhkan, oh ralat pria itu butuhkan. Hera menggeser tubuhnya, kembali duduk di posisi ternyaman walaupun pusat tubuhnya terasa nyeri sekali. Sedikit membenahi pakaiannya sebelum Jeongguk akan datang. Sedangkan Jinmin, pria itu kembali ke dapur untuk menyelesaikan makanan miliknya, pria itu seakan tak acuh setelah melecehkannya. Seperti buah yang sepah dibuang begitu saja. Benar kata Jinmin sesi quickly hanya 10 menit dan Jeongguk datang tepat pada waktunya. Pintu apartemen itu terbuka, menampakkan Jeongguk yang tengah membawakan sekantong berisi cola dan beberapa camilan untuk tamunya. "Hera-ya, aku membawakan camilan, diluar hujan lagi jadi maaf aku agak lama" ucap Jeongguk sambil meletakkan kantong itu ke atas meja. "Jeon aku ingin pulang" ucap Hera sambil meraih tas setelah meremas ujung pakaian yang dia pakai. Mencoba menahan rasa sakit di pusat tubuhnya yang mulai menjadi-jadi. "Kau tidak apa-apa?" tanya pria itu dengan wajah khawatir sebab melihat wajah Hera pucat. "Tidak apa, aku hanya sedikit pusing" "Diluar hujan Hera-ya, jika kau pulang menunggu bis, kau bisa tambah sakit. Biarkan aku mengantarmu ya" tawar Jeongguk. Hera mengangguk, dia senang jika Jeongguk peduli dengannya. Dengan bantuan Jeongguk akhirnya Hera bisa meninggalkan Jinmin yang tengah melihatnya sedari tadi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD