Terjebak

1164 Words
#Sialan. Di mana sih Nicho. Awas saja kalau ketemu anak itu akan aku hukum# Maki Kings sembari menengok ke segala penjuru ruangan. Ruang yang remang karena penerangan yang minim, dentuman musik yang keras dan bertempo cepat. Membuat jantung Kings seakan mengalami senam jantung. Usia yang tak lagi muda serta banyaknya pekerjaan di kantor membuat Kings jarang lagi hangout ke klub malam. Merutuki nasibnya sebagai putra pertama dari tiga bersaudara yang saudaranya lelaki semua, membuat Kings diserahi tanggung jawab oleh papa untuk mengawasi tingkah laku adik-adiknya. Maka malam ini di sini Kings berada. Ditengah hiruk pikuk anak muda. "Permisi Sir. Memangnya situ patung Pancoran, berdiri di tengah ruangan. Tolong minggir," semprot seorang gadis muda yang terlihat masih di bawah umur membawa beberapa gelas bir dalam nampan. Dipicingkan matanya memandang tajam orang yang sudah berani menegur Kings padahal Kings sendiri merasa tidak melakukan kesalahan. #Rupanya seorang gadis muda# Kekeh Kings mencekal lengan gadis itu. Polesan tipis make up tidak bisa membuat gadis muda ini mengelabuhi penglihatan jeli seorang Kings. "Hei gadis belia. Di sini bukan tempatmu. Pulang sana kamu," tegur Kings masih mencengkeram lengan telanjang gadis muda itu. Dengan sekuat tenaga Maureen atau yang kerap disapa Mo, berusaha melepas lengannya yang tengah dicekal pria asing yang nampak marah. Ekspresi wajahnya yang tak bisa dilihat jelas oleh Mo membuat Mo berontak terus menerus. "Om jangan sok tahu ya. Aku sudah cukup umur untuk mengunjungi tempat ini. Lepaskan lenganku," bentak Mo. Beberapa pengunjung klub hanya menoleh sekilas melihat perdebatan Mo dengan Kings. Kings merutuki kebodohannya yang ikut campur dengan menegur gadis muda ini. Gadis yang ternyata tak muda yang dia kira. Dipandanginya gaun silver pendek yang gadis ini kenakan. Persis seperti gaun yang pernah Kings berikan untuk mantan tunangannya. Aroma parfum yang gadis ini pakai pun sama dengan wangi parfum kesukaan mantan tunangannya. Lalu matanya tertuju pada sepasang sepatu kets yang gadis ini kenakan. Benar-benar diluar dugaan Kings. Dia langsung melepas cengkeramannya di lengan gadis muda ini. "Lain kali jangan tidak sopan sama orang yan lebih tua darimu," tegur Kings sebelum berjalan menjauh dari Mo. Mo yang bingung dengan teguran pria asing itu, hanya mengibaskan rambut sebahunya dengan cuek. Melanjutkan langkahnya membawa baki berisi enam gelas bir masuk ke ruangan yang dipesan oleh teman SMA-nya. ***** Semakin malam, suasana klub semakin heboh. Lima teman Maureen semasa SMA mengajak Mo bermain permainan truth or dare. Mo yang risih dengan gaun silvernya kerap kali mengangkang secara tak sadar karena sudah terbiasa memakai celana. Nicholas, satu-satunya pria yang berada di dalam ruangan. Secara sembunyi, diam-diam mata Nicho kerap menatap penuh nafsu ke arah paha mulus Maureen. Yang ditatap pun tak sadar. Nicho bisa berada di dalam ruangan karena kekasihnya mengajaknya untuk ikut kumpul bersama teman semasa SMA. Karena bosan berada di luar ruangan tanpa ditemani, Nicho akhirnya bersedia ikut bersantai di dalam salah satu ruangan yang sudah booked oleh sang kekasih. *Sial. Kenapa Mo bisa semenggiurkan ini* Rutuk Nicho yang sudah berada dibawah pengaruh alkohol. Permainan berlanjut. Sebagai penonton, Nicho hanya menyaksikan Mo sibuk menegak minuman beralkhol gelas demi gelas. Mo yang menyukai tantangan lebih suka menerima tantangan daripada berbicara kejujuran pada teman sekolahnya. Blam ... Pintu ruangan seketika terbuka lebar dari arah luar ketika Nicho diam-diam memasukkan panadol ke dalam gelas bir yang berada di dekatnya. Sosok tubuh tinggi, kekar, dan berwibawa Kings melangkah masuk mendekati tempat duduk Nicho. "Kakak," sapa Nicho berpura-pura ramah. Setelah berputar-putar hampir satu jam di tempat laknat ini, pada akhirnya Kings berhasil menemukan Nicho atas informasi salah satu teman Nicho yang juga sering mengunjungi klub ini. "Ayo ikut kakak pulang," ujar Kings dengan tegas. Beberapa wanita yang berada di ruangan tertawa lepas mendengar ucapan Kings. Bahkan kekasih Nicho pun ikut meledek Nicho. "Duh anak mama, sudah disuruh pulang. Tapi aku belum selesai bersenang-senang dengan teman-temanku," ucap kekasih Nicho. Bergelayut manja dilengan Nicho. Kings memandangi satu per satu para penghuni ruangan dan tatapannya terhenti ketika melihat sosok gadis muda yang tadi menegurnya secara tak sopan. Gadis itu tampak mabuk dengan kaki mengangkang. Bahkan dari tempat Kings berdiri di sisi Nicho, dia bisa melihat warna pakaian dalam gadis muda itu. Putih. Nicho yang menyadari arah pandang kakak tertuanya yang terkenal sebagai perjaka tulen, merancang sebuah ide secara tiba-tiba. "Kak, kenapa tidak ikut kami bergabung sebentar. Di sini ada dua gadis yang masih jomlo. Jovanka dan Maureen. Barangkali Kakak mau ajak mereka berkenalan," ucap Nicho lalu terkekeh. Kings mendengus jijik mendengar cara bicara adik bungsunya itu. Dia menatap para gadis yang ditunjuk oleh Nicho. #Rupanya gadis itu namanya Maureen# Ucap Kings dalam hati. Tak ingin membuat adiknya semakin berbicara sembrono, Kings memilih duduk di samping adiknya. Kebetulan ada bagian kosong di samping Nicho. Sofa itu berbentuk melingkar. Dengan Maureen di ujung sofa, lalu Jovanka, gadis berambut pirang, lalu kekasih Nicho yang masih bergelayut manja, Nicho, dan Kings. Mereka semua mengitari sebuah meja persegi yang ukurannya cukup panjang. Merasa haus karena belum minum sedari tadi, tangan Kings meraih gelas bir yang masih terisi penuh. Menenggaknya dalam beberapa tegak hingga tandas tanpa sisa. Nicho tertawa dalam hatinya. Ternyata minuman yang akan dia berikan untuk Mo sudah diminum oleh kakaknya. "Sayang, kita pulang yuk. Ini sudah malam," ajak Nicho setelah beberapa menit. "Jo dan Yola ikut kita saja. Rumah mereka searah sama kita," ucap kekasih Nicho. Mo hanya bisa menunduk tapi tidak menyimak percakapan teman-temannya. Kepalanya terasa pening. Untung saja Mo belum pingsan saat ini. Jadi saat Nicho dan teman-temannya bangkit berdiri, Mo ikut berdiri tapi dia bergerak-gerak. Sementara Kings menegur adiknya sebelum Nicho menghilang di balik pintu, "Setelah antar mereka pulang, kamu segera pulang ke rumah." "Siap Kakak," teriak Nicho lalu tertawa terbahak-bahak ketika matanya melirik Mo yang terlihat susah payah untuk berdiri tegak. "Mo bisa pulang sendiri?" Tanya kekasih Nicho. "Hm ... bisa" Ucapan Mo masih terdengar jelas. Maka kekasih Nicho dan yang lainnya melangkah keluar ruangan meninggalkan Mo dan Kings di dalam ruangan. Mo mengambil tasnya di atas meja, melangkah susah payah menuju parkiran. Butuh usaha keras dari Mo untuk bisa mencapai parkiran. Berulangkali Mo memukul kepalanya agar dia tetap sadar. "Wow, bodi mobilmu keren ya," celutuk Kings yang ternyata sudah berdiri di belakang tubuh Mo. Mo enggan membalikkan badan. Dia merasa tidak ada tenaga lagi untuk sekadar melihat pada orang usil yang memuji tubuhnya. Padahal yang Kings puji adalah bodi mobil. "Kamu sudah tidak kuat berkendara," tanya Kings melihat tubuh lunglai Maureen. Gadis muda itu hanya tampak kuat di luar. Ternyata lemah terhadap alkohol. "No, jangan ganggu aku. Aku tidak mau tidur denganmu. Aku bukan jalang," cerocos Mo mulai berbicara ngawur. Takut terjadi apa-apa terhadap teman adiknya, Kings memegang pinggang Mo dan menghela Mo untuk berjalan. Kings membawa Mo masuk ke dalam sebuah hotel kecil. Lokasinya yang dekat dengan klub malam. Hanya berbeda tiga gedung saja. "Kamu mau bawa aku ke mana?" Tanya Maureen yang masih setengah sadar. "Sst. Kamu duduk saja di sini," bisik Kings menghela tubuh Mo agar duduk di sofa lobi hotel. Kings bergegas menuju lobi untuk memesan kamar. Setelah beberapa menit, urusan kamar pun beres. Kings kembali berjalan menuju sofa lobi hotel. *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD