EMPAT

567 Words
"Om, bisa ke apartemen aku sekarang?" "......." "Makasih, Om." Fara meletakkan ponsel di atas nakas dan menghela napas lelah setelah seharian berselancar di dunia maya, mencoba mencari identitas gadis yang dibawa suaminya kemarin sore. Sengaja ia memblokir nomor ponsel Andra agar tidak terus diganggu oleh lelaki tersebut. Ia tahu suaminya tidak terlalu aktif di dunia maya dan tidak memiliki banyak pengikut. Ia membuka profil follower Andra satu persatu dan menemukan profil seseorang bernama @Livia_Mahesa dengan fotonya menggunakan gaun pengantin. Untung saja akunnya tidak di private sehingga ia bisa dengan bebas melihat isinya. Fara terus men-scroll foto-foto di akun tersebut sampai kemudian mataya membulat melihat foto seorang lelaki yang menjabat tangan lelaki lain. Andra! 'Alhamdulillah, sah!' Caption foto tersebut. Netranya kembali berkaca-kaca. Dadanya sesak menahan perih. Ia mendongak menghalau airmata yang hendak turun tak terbendung. Kuat, Fara. Kuat! Kembali ia teruskan melihat foto-foto wanita tersebut dan mengambil beberapa screenshot lalu menyimpannya ke akun cloud pribadinya. Ting tong. Tidak lama kemudian, bel apartemennya berbunyi. Fara melangkah dengan malas untuk membuka pintu. Mau tidak mau harus ia buka, mengingat janjinya bertemu dengan Ben, pengacara keluarganya, sekaligus salah seorang sahabat ayahnya yang dahulu juga mengurus legalitas beberapa bisnisnya. Ceklek. "Hallo, Om." Sambutnya lalu mengambil tangan Ben dan menciumnya. Ben merangkulnya ke dalam pelukan dan mengecup puncak kepalanya. Pelukan seorang ayah, karena beliau selalu menganggapnya seperti anaknya sendiri. Tiba-tiba, ia merindukan almarhum ayahnya. "Tumben, Om sendiri yang turun tangan?" Ben mengendikkan bahunya. "Anak-anak sedang sibuk dan tidak ada yang kebetulan standby di kantor. Jadi om yang kesini. Apa kabar, Nak? Sudah lama kita tidak bertemu, ya?" Tutur Ben panjang lebar. Ben adalah salah satu sahabat ayahnya. Sewaktu masih kecil dulu, mereka bersaudara sering dibawa oleh Ben dan Diana, istrinya, hangout di mall dan bermain di Timezone sampai bosan. Ben sangat royal dan tidak segan-segan mengeluarkan banyak uang untuk mengikuti mereka kemana pergi. Mereka selalu dianggap berandalan-berandalan cilik kesayangannya. Ben hingga kini tidak punya anak kandung, hanya tiga orang anak adopsi, Hanif, Satya dan Kara. Lama tidak bertemu membuat suasana begitu hangat. Terakhir kali mereka bertemu lima tahun yang lalu saat pemakaman Ibra, sang ayah. Ben dan Diana yang memeluk dan menenangkannya saat terpuruk kehilangan cinta pertamanya itu. "Jadi, ada apa kamu meminta Om datang kesini?" Tanya Ben sambil menyesap teh hangat yang Fara hidangkan. Tatapannya setengah menyelidik melihat rupa Fara yang berantakan. Sembab dimata Fara belum sepenuhnya hilang, sementara wajahnya kuyu karena kurang tidur. "Ah, a – aku, tidak tahu harus mulai dari mana, Om." Matanya kembali berkaca-kaca sedangkan tenggorokannya sesak. Ben mengelus-elus kepalanya. "Sshh, kamu tenang dulu, ya!" Setelah beberapa menit menangis, Fara menyusut air matanya. Sebelumnya, Fara telah berjanji tak akan menangis lagi, tapi air mata sialan itu terus turun tak terhenti. "Fara mau minta tolong om, untuk menyelidiki seseorang." Fara memberikan ponselnya pada Ben yang menatapnya dengan kening berkerut. "I need to know everything about this woman. Her background, address, parents, education, her past, or anything, please?" Ben kemudian keluar menuju balkon apartemen untuk menelepon seseorang. Terdengar di telinga Fara, Ben menginstruksikan ini dan itu yang tidak ia mengerti. Tak lama setelah itu, Ben kembali duduk di sampingnya dan menyerahkan kembali ponselnya. "Kamu akan dapatkan informasi secepatnya." Fara mengangguk tipis. Ia berucap ‘terima kasih' lewat tatapan matanya dan Ben mengangguk tanda mengerti. Ia tahu, Ben menyimpan tanya dalam benaknya berharap Fara akan bercerita. Tetapi, Fara memilih bungkam. Esok atau lusa, sahabat ayahnya itu pasti menemukan sendiri jawabannya bukan?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD