Rencana Mulus Marghareta

1449 Words
Setiap kata – kata yang keluar dari mulut Raditya begitu sangat menyakitkan bagi Risma. Hatinya bagai diremas – remas. Laki – laki yang sangat diharapkan anak menjadi imam yang baik buatnya, ternyata melukai hatinya, bahkan menghinanya serta mencampakannya hingga titik terendah. “ Kamu akan membayar setiap penghinaan ini dengan rasa sakit dan rasa bersalah yang sangat besar, mas. Aku pastikan, kalau kamu akan menyesalinya nanti,” lirih Risma sambil berderai airmata menatap laki – laki yang sudah menggaulinya beberapa saat yang lalu, dan juga menjatuhkan talak padanya pergi meninggalkan Risma sendirian didalam kamar. Raditya meninggalkan rumah yang menjadi saksi telah diambilnya kesucian seorang gadis olehnya, dan kembali menuju rumah ibu tirinya Marghareta. Raditya merasa kalau dirinya sudah berhasil membuat Risma menderita dan merasa terhina serta sakit hatinya yang luar biasa akibat tuduhannya yang memang bermula dari permainan Marghareta sendiri, yang sama sekali tidak setuju kalau Raditya menikahi perempuan lain, karena keinginannya adalah menikahkan Raditya dengan keponakannya bernama Miranti. Marghareta adalah ibu tiri Raditya yang berusia empat puluh tahun, dan menikah dengan ayahnya Raditya Iqbal Setia Nalendra, setelah ibu Raditya meninggal dunia saat dirinya berusia lima tahun. Dalam pernikahannya selama dua puluh dua tahun, Marghareta tidak memiliki keturunan. Sehingga Marghareta sama sekali tidak memiliki hak atas kekayaan keluarga Nalendra. Dengan alasan itu, Marghareta ingin menikahkan Raditya dengan Miranti keponakannya, agar posisinya tetap aman. “ Bagaimana? Kamu sudah melakukan apa yang mamah suruh?” tanya Marghareta sesaat setelah Raditya tiba dirumahnya. Raditya tidak menjawab, dia hanya mengangguk saja. Hatinya tengah merasakan rasa sakit yang luar biasa. Bagaimana bisa, orang yang dicintainya berkhianat dan memanfaatkan dirinya karena kekayaan yang dimilik. “ Bagus, kini kita tinggal nunggu saja. Mamah yakin, kalau perempuan miskin itu akan datang padamu saat dia mengandung anakmu.” Raditya hanya menarik nafas dan memejamkan matanya, entah mengapa saat mendengar kata – kata itu hatinya semakin sakit. “ Tapi ingat pesan mamah, kamu jangan terbujuk lagi oleh perempuan itu, jangan ada perasaan kasihan. Kamu harus tega, karena dia juga tega mempermainkan hati kamu, yang tulus mencintainya,” “ Adit mau tanya satu hal, mamah dapat darimana rekaman itu? dan kenapa hanya dua puluh detik saja? kenapa tidak semuanya?” Marghareta terdiam mendengar pertanyaan Raditya. Marghareta memang sengaja memberikan rekaman itu hanya yang pentingnya saja. Sementara Rekaman awal yang mengatakan kalau Risma itu mencintai Raditya dengan tulus, sengaja dihapus. Karena dianggap akan menggagalkan rencananya. Drama Rekaman itu adalah memang kerjaan Marghareta Bersama dengan Yusuf teman Risma yang juga sama – sama mengajar di Yayasan Darussallam. Yayasan yang didanai oleh keluarga Nalendra dari dulu, dan juga keluarga Nalendra salah satu pendiri Yayasan tersebut. “ Mamah sengaja menghapus yang lain, karena mamah takut kamu makin sakit hati kalau mengerahui semuanya. Jadi mamah hanya memberikan yang pentingnya saja, sebagai bukti kalau perempuan itu tidak mencintai kamu dengan tulus, tapi sebaliknya dia hanya menginginkan harta kamu saja,” jelas Marghareta. “ Sebaiknya sekarang, kamu lebih focus kemasalah persiapan pernikahan kamu dengan Miranti. Karena mamah tahu betul, Miranti adalah gadis yang baik, dan sudah pasti akan mencintaimu dengan tulus. Mamah ingin kalian menikah dalam bulan – bulan ini,” terusnya. Raditya menoleh kearah Marghareta, lalu berkata. “ Mah, ada beberapa hal yang akan Adit katakan sama mamah,” ucapnya menjeda sejenak. “ Pertama, Adit baru saja cerai dengan Risma, dan tidak mungkin bisa menikah secepat itu. jadi, adit harus menunggu seratus hari baru bisa menikah lagi,” ucap Raditya kembali menjeda. “ Kedua, Adit juga tidak mau dijodoh – jodohkan, dan Adit akan menikah dengan pilihanku sendiri. Ketiga, Adit juga pingin melihat apa yang mamah katakan itu benar, jadi Adit akan menunggu kedatangan Risma dalam tiga bulan sesuai dengan apa yang mamah katakan, dan kalau dalam tiga bulan dia tidak kembali serta menghilang, maka ucapan mamah itu tidak benar. Dan Adit paling tidak suka dibohongi atau dibodohi.” Selesai bicara, Raditya berdiri dan berjalan menuju kekamarnya untuk istirahat, mengingat waktu masih menunjukan pukul 03:30 WIB. “ Sial, berani benar anak itu mengancamku. Ini tidak bisa dibiarkan, aku harus mencari cara agar anak itu mau menikah dengan Miranti,” umpat Marghareta terlihat begitu kesal. Marghareta pun berdiri dan berjalan menuju kamarnya untuk istirahat. Hingga membuat suasa kembali sunyi karena semua penghuni rumah mewah itu sudah tertidur lelap. ***** Satu tahun pun telah berlalu, namun Raditya masih menolak untuk menikah dengan Miranti. Hal ini membuat Marghareta begitu kesal, karena sampai saat ini keinginannya belum juga terwujud. Sementara Raditya terlihat mulai menghindarinya, setiap kali diajak bicara tetang pernikahannya dengan Miranti. “ Dit, Adit!, kamu mau kemana pagi – pagi begini?” teriak Marghareta saat melihat Raditya keluar dari rumah menuju mobilnya. “ Adit mau kerumah teman, mah,” “ Kamu gak bolek kaya gitu, mamah sudah janji sama Miranti, kalau kamu akan mengantarnya memilih baju pengantin untuk pernikahan kalian,” larang Marghareta. “ Berapa kali Adit bilang, Adit tidak mau dijodohkan, dan Adit tidak mencintai Miranti. Tolong mamah mengerti perasaan Adit,” “ Tapi Mamah sudah setuju kalau kamu menikah dengan Miranti, Adit.” Raditya tidak menjawab lagi hatinya semakin kesal dengan sikap mamahnya yang terus memaksanya untuk menikah dengan Miranti. Raditya memilih masuk kedalam mobil dan melajukan mobilnya meninggalkan Marghareta yang terus berteriak memanggil Raditya. Raditya menjalankan mobilnya keluar dari halaman rumah mamahnya, dengan tidak memperdulikan panggilan Marghareta yang terlihat begitu kesal, karena Raditya memilih pergi tanpa mau mendengar keinginan mamahnya untuk menemanin Miranti memilih gaun pengantin untuk pernikahan mereka berdua, namun lagi – lagi Raditya menolak dengan tegas. Mobil yang dikendarai Raditya pun sudah keluar dari rumah, dan menyusuri jalanan komplek mewah yang berada di Kawasan perumahan Elit yang ada di Jakarta. Hari ini Raditya berencana untuk menemui Fajar sahabatnya, yang dulu selalu mengantar Raditya Ketika bertemu dengan Risma di Yayasan. Bahkan Fajar menjadi saksi dalam pernikahan Raditya dengan Risma setahun yang lalu. Namun setelah apa yang dilakukannya pada Risma setahun yang lalu, Raditya tidak pernah lagi berkunjung ke Yayasan Darussalam, dan semua urusan pendanaan Yayasan tersebut diurus oleh Agung orang kepercayaan Raditya. Bukan tanpa Alasan kalau Raditya tidak kembali berkunjung ke Yayasan, karena pikirnya kalau Risma pasti kembali kesana untuk mengajar, Radiya pikir, mau nyari uang kemana lagi, karena Risma sendiri hanya punya kemampuan untuk mengajar ngaji bagi semua anak – anak panti asuhan, yang di gaji dari dana yang dikeluarkan oleh keluarga Nalendra, oleh Kharisma Grup. Dengan Alasan malas untuk bertemu Risma, Raditya pun memutuskan untuk tidak mengunjungi Yayasan lagi. Raditya menerobos macetnya Ibu Kota, karena memang jam – jam segini adalah jam sibuk. Hingga membuat jarak tempuh menuju tempat praktek Fajar sahabatnya yang berprofesi sebagai dokter spesialis kandungan itu sedikit lebih lama dari biasanya, jika ditempuh dalam keadaan malam hari, yang hanya membutuhkan waktu kurang dari empat puluh menit saja. Tapi karena suasana jalanan yang padat, Raditya pun membutuhkan waktu lebih dari satu setengah jam baru bisa sampai di tempat praktek Fajar. Sesampainya di tempat praktek Fajar, Raditya langsung diantar oleh asistennya menemui Fajar diruang periksa. Dan kebetulan memang waktu praktek Fajar sudah selesai, dan saatnya Fajar harus bertugas di Rumah Sakit. “ Kemana aja, lo? Menghilang seperti ditelan bumi,” sindir Fajar sambil duduk santai di ruang periksa tempat prakteknya. “ Sorry, gua lagi sibuk. Banyak kerjaan yang harus gua selesaikan,” jawab Adit santai. “ Sibuk karena kerjaan apa sibuk ngurusin anak dan istri?” sindir Fajar kembali sambil terkekekh. “ Apaan sih lo, Jar?” sungut Adit. “ Gak apa – apa sih, wajar saja, lo kan sudah punya istri,” ucapnya sambil menyeruput kopi yang baru saja dihidangkan. “ Ngomong – ngomong, anak lo cowok apa cewek?” tanya Fajar terlihat serius. “ Anak?” lirih Adit begitu pelan namun masih jelas bisa terdengar sayup oleh Fajar yang duduk dihadapannya. “ Iya anak, Bukankah sebulan setelah kalian menikah bini lo hamil?” Adit terlihat kebingungan. Jujur saja Adit memang tidak pernah tahu dan tidak mau tahu perkembangan Risma seteleha menjatuhkan talak padanya setahun yang lalu. Bahkan Adit sama sekali tidak pernah mau mencari tahu keberadaan Risma saat ini, karena Adit yakin kalau Risma masih tinggal di rumah yang dia berikan padanya setahun yang lalu, juga dengan kartu ATM yang berisi uang miliyaran untuk biaya hidup Risma. “ Kenapa lo diam? Benarkan kalau bini lo hamil? Dan tentu saja, saat ini anak lo sudah lahir dong,” “ Lo tahu darimana kalau bini gua hamil?” tanya Adit ingin memastikan. Sementara jantungnya mulai berdetak sedikit lebih kencang. “ Tentu saja gua tahu. Karena, sebelas bulan yang lalu, tepatnya sebulan setelah kalian menikah, bini Lo datang ke Rumah Sakit tempat gua kerja. Dan kebetulan dia datang ke tempat praktek gua untuk memeriksakan kehamilannya. Namun yang gua heran waktu itu, kenapa dia datang sendiri? Memangnya lo segitu sibuknya hingga tidak ada waktu untuk mengantar bini lo yang sedang hamil ke Rumah Sakit?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD