3. Perkenalan Resmi

1963 Words
Di sebuah rumah yang sangat sederhana, seorang pemuda berusia 18 tahun terlihat sedang berkutat di depan komputer. Dia sedang melaksanakan tugas yang baru saja diberikan seseorang padanya melalui sambungan telepon. Tugas dadakan yang harus dia selesaikan dengan cepat sebelum pemilik server melihatnya. Benar, pemuda itu adalah Mahesa. Seorang pelajar SMA yang pernah Fan tuduh sebagai pemilik kamera pengintai di rumah Leena, ibunya Gianna. Ketika itu Zein meminta Fan untuk melacak sumber yang terkoneksi dengan kamera pengintai itu, lalu Fan menemukan nama pemilik IP-nya, yaitu Mahesa Jenar Cassandra. Namun ternyata Mahesa sudah lama menjual laptopnya. Bahkan pemuda itu mengaku bahwa orang yang membeli laptopnya sudah menjualnya lagi, dan orang yang membelinya lagi kembali menjualnya lagi. Tentu hal itu membuat Fan kesulitan untuk menemukan siapa pembeli terakhirnya. Saat itu Fan hampir saja kehilangan klien yang mau membayar mahal jasa retasnya. Beruntung takdir baik berpihak padanya, Azzima sebagai suami korban sudah mengetahui siapa pelaku penembakan* istrinya. Hal itu membuat Zein kembali memberi Fan kesempatan untuk membantunya meretas CCTV Apartemen Gongsan, dan Zein tidak akan membatalkan untuk membayar jasa Fan. Kemudian, sepulangnya Fan dari meretas CCTV Apartemen Gongsan bersama Zein, Mahesa kembali mengunjungi rumah Fan. Itu adalah malam hari. Seharusnya Fan tidak membukakan pintu untuknya. Namun sebab ketukan yang terus-menerus terdengar, akhirnya Fan pun membukakan pintu untuk Mahesa. Pemuda itu memohon pada Fan untuk diajarkan meretas seperti dirinya. "Apa kau gila. Kau datang ke rumahku malam-malam hanya untuk memohon agar aku mengajarkanmu meretas sistem!" seru Fan yang saat itu sudah ingin memejamkan mata dan memimpikan gadis yang dia lihat di rumah Leena, besan pertama dari Mr. Alessandro. "Oh, ayolah, aku sudah menghabiskan waktu untuk berjalan kemari, dan aku sedang memohon padamu," kata Mahesa. Pemuda itu bahkan masih mengenakan seragam sekolahnya. "Tidak." Fan sudah hampir menutup pintu rumahnya. Namun Mahesa buru-buru menahan pintu itu. "Aku berjanji akan mengabdi padamu," ucap Mahesa meyakinkan. "Kau pikir aku tanah air negeri ini," sanggah Fan. "Aku tidak akan pulang sampai kau bersedia mengajarkanku." Tiba-tiba Mahesa menekuk kedua lutut untuk memeluk kaki Fan. Hal itu membuat Fan mengingat jika dirinya melakukan hal yang sama pada Mr. Alessandro siang tadi, dan Mr. Alessandro memberinya kesempatan. Fan menghembuskan napas panjang. "Baiklah, aku akan mengajarkanmu. Kembali besok," kata Fan. Tentu saja Mahesa sangat senang mendengarnya. Dia kembali bersemangat. "Yeah! Aku akan kembali besok setelah pulang sekolah." Kemudian tanpa disuruh, Mahesa akhirnya meninggalkan rumah Fan. Pintu rumah itu pun ditutup kembali oleh pemiliknya. Kini Fan siap untuk menjemput mimpi indah yang sudah menunggu. Esoknya, benar saja, setelah jam pulang sekolah, Mahesa langsung menuju ke rumah Fan dengan antusias. Sebelumnya dia tidak pernah terlihat sesemangat ini untuk belajar. Pengalaman pertamanya mungkin akan sangat mengasyikkan, pikirnya. Fan menerima kedatangan pemuda itu, dia memperkenalkan diri. Kemudian Fan menyarankan Mahesa untuk menggunakan nama Fon di dalam dunia peretasan. Tak ingin lama-lama, Mahesa pun menyetujui saran Fan. Dia langsung belajar dasar-dasar cara menggunakan bahasa pemrograman dengan Fan sebagai gurunya. Cukup mengagumkan, Fan melihat potensi yang dimiliki oleh Mahesa. Tampaknya pemuda itu memahaminya dengan baik. Fan pun meminta pada pemuda itu agar dia masuk ke dalam timnya, dalam tanda kutip, Fan ingin menjadikan Mahesa asistennya di dalam dunia peretasan. "Setuju." Tanpa berpikir lama, Mahesa langsung menyetujui ajakan Fan. Esoknya Mahesa kembali datang untuk belajar. Dia juga sudah mulai menjalankan aksi untuk meretas sistem informasi sekolah agar dirinya dipindahkan dari kelas olahraga yang diisi oleh anak-anak pelaku perundungan di sekolah. Mahesa yang sebelumnya berada di kelas D pun pindah ke kelas A. "Kau memilih kelasmu sendiri?" Mahesa yang ketahuan oleh Fan pun merasa malu. Dia menggaruk bagian belakang kepalanya dan memberitahu alasan dirinya ingin pindah dari kelas itu. Setelah mendengar tentang pelaku perundungan, akhirnya Fan pun membiarkan pemuda itu melakukannya. Mahesa berhasil. Di sekolah, akhirnya dia terpisah dari kelas olahraga yang berisi anak-anak nakal yang selalu mengganggunya. Hal itu sempat menimbulkan kecurigaan dari teman-teman yang lain, tapi tetap saja mereka tidak akan bisa membuat Fan kembali ke kelas itu. Setelah hampir satu minggu Mahesa belajar dengan Fan, akhirnya dia pun berada di tahap mahir dalam melakukan peretasan tanpa meninggalkan jejak di komputer server. Fan kembali mengaguminya. Hal itu membuat Mahesa jadi minta sesuatu yang lebih banyak darinya, seperti …. "Boleh aku tinggal di rumah mu untuk sementara waktu?" Kedua mata Mahesa membesar penuh harap saat mengatakannya, membuat Fan terang-terangan menolak. "Tidak." "Aku berjanji akan membantu menjalankan misimu. Bahkan aku akan melakukan pekerjaan rumah," tawar Mahesa, tidak menyerah untuk mendapatkan tempat di rumah sederhana milik Fan. "Apa kau tidak punya rumah?" tanya Fan serius. "Aku hanya tidak punya uang untuk membayar sewa," jawab Mahesa dengan raut sedih. Hal itu membuat Fan menghembuskan napas panjang, sedikit tidak tega jika harus mengusir Mahesa. Selain itu, Fan juga menyadari bahwa Mahesa tidak tinggal bersama orang tuanya. Akhirnya dia pun membiarkan pemuda itu tinggal di rumahnya. "Baiklah, terserah," kata Fan seraya meninggalkan meja kerja mereka. "Yeah!" Mahesa kembali bersemangat, bahkan raut sedihnya itu menghilang seketika. Apa dia sudah berbohong? Hingga tiba lah mereka pada hari ini, hari di mana Fan menyuruh Mahesa untuk menghapus rekaman CCTV di salah satu ruangan sebuah kampus. Mahesa sedang menjalankan programnya, dia hampir selesai. Kemudian terdengar suara mobil parkir di depan rumah, Fan dan Reyna sudah tiba di sana. "Oke, selesai!" Mahesa berhasil menyelesaikan tugasnya sebelum Fan membuka pintu rumah. "Kau sudah selesai?" Fan melangkah menghampiri pemuda itu dengan Reyna yang berjalan lambat di belakangnya. "Yep," jawab Mahesa. "Oke, aku sudah berhasil menghapus rekaman CCTV-nya," ucap Fan pada Reyna. "Aku," sanggah Mahesa. Dia merasa tidak setuju sebab Fan mengaku bahwa dia yang telah menghapusnya. Fan dan Reyna menoleh pada pemuda itu. "Baiklah, kau yang menghapusnya," kata Fan pada Mahesa. "Kau tidak lupa dengan perjanjian kita bukan?" Fan kembali menghadap ke arah Reyna. "Aku juga sudah menyelamatkanmu," tambahnya. Reyna melipat kedua tangan di depan perut. "Aku berjanji pada orang yang berhasil menghapus rekamannya," kata Reyna, seolah berkata bahwa dia akan menepati janji untuk orang yang telah menghapus rekaman itu. Fan terkesiap melihat Reyna melangkah ke arah meja kerja miliknya yang saat ini sedang dipakai oleh Mahesa. "A-apa! Kau tidak bisa melakukan hal itu," kata Fan. "Kenapa tidak bisa?" Reyna mengembalikan pertanyaan. Dia tidak lupa jika perjanjiannya adalah Fan akan menikahinya setelah berhasil menghapus rekaman CCTV itu. Bermaksud untuk mengelak dari perjanjian, Reyna pun mencari cara agar Fan merasa gagal. "Dia …!" Ucapan Fan tergantung sebab tidak sanggup untuk mengatakannya. "Masih SMA …," sambungnya dengan seluruh napas terhembus. Reyna pura-pura terkejut, dia menutup mulut dengan ujung jari, dilengkapi dengan kedua alis naik dan kening yang mengkerut. "Benarkah? Itu berarti perjanjiannya dibatalkan," kata Reyna dengan senyum kemenangan. Fan hendak mengangkal, tetapi dia tidak memiliki ide. Kemudian Mahesa ikut campur. "Perjanjian? Perjanjian seperti apa?" "Aku akan menikah dengannya setelah berhasil menghapus rekaman CCTV," jawab Fan. "Wow! Zupeer!" Mahesa menanggapi jawaban Fan dengan antusias, membuat Reyna khawatir dan benar saja. "Kalau begitu aku setuju bahwa Fan yang telah menghapus rekamannya," tambah pemuda bernama Mahesa itu. "Fan?" Reyna menautkan kedua alis, mengingat baik-baik nama itu. Dia kembali beralih menatap Fan, sebuah tatapan penuh selidik pun ia lepaskan. "Apa? Kau mengenal namaku?" tanya Fan pada gadis di depannya. Reyna melangkah mengitari pria pemeras yang dia kenal dengan nama Fan itu. Tidak pernah dia sangka jika pria yang tempo hari ada bersama papanya itu adalah pria yang sama dengan admin grup peretas yang dia hubungi. "Oh, jadi kau si pria pemeras uang mahasiswa itu?" kata Reyna, membuat Mahesa bahkan Fan sendiri terkejut. "Wuuu." Mahesa menggoda Fan akibat pertanyaan Reyna yang sesuai dengan fakta. "Hah! Haha, hei apa maksudmu?" Fan berkacak pinggang akibat senyum sinis yang diberikan Reyna. Dia masih belum menyadarinya. Sampai akhirnya Reyna mengangkat kedua bahu sambil memancarkan tatapan yang membuat Fan mengingat sesuatu. "Lima puluh juta," kata Reyna. Kedua mata Fan membulat sempurna. "Apa kau gadis berinisial RA?" tanya Fan dengan wajah polosnya. Reyna tertawa singkat. "Kau benar-benar seorang pemeras. Bagaimana mungkin kau meminta 50 juta hanya untuk memperbaiki data diri." "Hei, apa kau berpikir itu hal yang mudah? Kalau kau bisa melakukannya sendiri kenapa meminta bantua ku?" Fan mengembalikan perumpamaan pada gadis berinisial RA di depannya. Reyna merengut. "Lalu mengapa kau membuntuti ku ke kampus dan menawarkan bantuan padahal kau sudah menolak sebelumnya!" Fan diam membatu, kedua matanya mengerjap dua kali, jatuh cinta pada pandangan pertama telah membuatnya merasa sangat konyol. "Ehm, sepertinya hujan akan turun, aku harus mengangkat kain jemuran." Mahesa yang sudah mengerti alur cerita mereka pun memutuskan untuk mengundurkan diri. Reyna kembali melipat kedua tangan di depan perut. Dia masih menatap Fan dengan wajah merengut, menunggu jawaban dan maksud sebenarnya dari pria di depannya. Fan menggaruk belakang telinga. "Itu karena … aku … " Dia mendecak kecil, "tidak tau siapa gadis berinisial RA itu." Akhirnya Fan mengaku bahwa dia jatuh cinta pada Reyna setelah melihatnya sehingga dia sukarela menawarkan bantuan. Namun Reyna tidak berpikir seperti itu. Jawaban Fan barusan membuat Reyna berpikir bahwa Fan baik padanya sebab Fan mengetahui Mr. Alessandro adalah ayahnya. Entah mengapa Reyna berpikir bahwa Fan hanya ingin materialnya saja. "Kalau sebelumnya kau sudah tau bahwa gadis berinisial RA itu aku, apa kau juga akan menawarkan perjanjian yang sama?" tanya Reyna penuh selidik. "Tentu saja," jawab Fan tanpa meragukan pilihan hatinya. Berbeda dengan Reyna yang justru semakin berpikir bahwa Fan menginginkan ayahnya, dalam tanda kutip, menginginkan material ayahnya. "Memangnya ayahku membayar berapa atas jasamu?" tanya Reyna. Wajah Fan berkerut bingung. "Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?" Reyna menegakkan tubuh, mungkin dia terlalu kasar. "Oh, aku hanya ingin tau," jawabnya. Fan mengangkat kedua bahu, tidak menanggapi pertanyaan Reyna dengan serius. Dia pun menuju meja kerjanya dan duduk di sana. "Kenapa kau tidak langsung bertanya pada ayahmu," kata Fan. "Oke, tidak perlu dilanjutkan. Apa kau benar-benar sudah menghapus rekamannya?" Reyna melihat layar komputer milik Fan. "Ya, Mahesa sudah melakukannya," jawab Fan. "Kau tidak perlu khawatir, mereka tidak akan bisa menemukanmu." Reyna merasa lebih tenang sekarang. Namun tidak setenang itu, dia belum berhasil mengubah data dirinya dalam seleksi beasiswa di kampus impiannya. Dia pun mencoba mengambil kesempatan dalam kesempitan. "Apa kau bisa sekalian memperbaiki data diriku?" tanya Reyna hati-hati. Fan berhenti sejenak dan berpikir. Dia mengira bahwa Reyna akan menyetujui perjanjian mereka. Hal itu membuat Fan sedikit bersemangat. "Kenapa aku tidak bisa," jawabnya. Fan segera masuk ke server yang mengolah data seleksi beasiswa Universitas Burnei. Dia langsung mencari nama Reyna menggunakan nomor induk mahasiswa nasional. Reyna menunjuk namanya yang tampil di komputer, Fan pun berhasil mendapatkan berkas asli dalam bentuk spread sheet. Reyna langsung meminta Fan mengganti data sesuai dengan data diri aslinya. Mereka tampak bekerja sama. Sampai akhirnya pekerjaan yang membuka jalan untuk Fan meyakinkan Reyna itu selesai. Sekarang mereka sedang duduk sambil meminum teh di belakang rumah Fan. "Kenapa kau tidak ingin ayah dan ibumu tau tentang beasiswa yang kau ambil?" Fan bertanya setelah sebelumnya Reyna melarang Fan untuk memberitahu ayahnya tentang hal ini. Reyna memilih jawaban yang tepat. "Aku cuma mau memberikan surprise setelah diterima nanti." Fan tersenyum kecil mendengarnya. "Good girl," pujinya. Reyna menurunkan tatapannya dengan senyum palsu. Tiba-tiba saja raut wajahnya menjadi sendu. Dia telah mengambil kesempatan untuk kepentingan dirinya sendiri. Alasan sebenarnya Reyna ingin mendapatkan beasiswa itu adalah sebab Ryan, seorang pria yang sudah lama dia cintai. Reyna merahasiakan tentang pendaftaran beasiswa ini sebab ibu dan ayahnya sudah tau alasan dirinya ingin berkuliah di ibukota. Kedua orang tuanya sudah pasti melarang, jadi tidak mungkin Reyna memberitahunya. Selain itu, tidak mungkin juga Reyna menerima lamaran Fan. "Kau tidak akan keberatan dengan apapun jawaban ku bukan?" Reyna hanya ingin memastikan bahwa tidak akan ada dendam antara mereka setelah dirinya meminta waktu pada Fan untuk memikirkan jawaban. Fan merasa sangat egois jika hanya memutuskan seorang diri. Maka dari itu dia setuju untuk memberikan Reyna waktu sampai dia siap menjawabnya, kapan pun Reyna mau. ____________ Mulai 1 Agustus ini, novel Hacker's Marriage akan update setiap hari. Stay tune.... Info seputar update novel ada di : Ig : taci_fey FB : Taci Fey
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD