2 | kucing

1647 Words
Sybil merasa dirinya jadi yang paling terlihat kucel di antara kandidat-kandidat pelamar lainnya. Di saat mereka semua masih berpenampilan rapi dan berwajah segar, sebaliknya Sybil justru sedikit berantakan. Yah, walaupun penampilannya belum lah seburuk itu dan masih bisa dikategorikan presentable, tapi tetap saja ia jadi tidak semaksimal sebelumnya. Dan itu semua karena insiden penjambretan yang dialami oleh Sybil beberapa saat lalu sehingga membuatnya kehilangan ponsel berharganya, yang merupakan barang mewah terakhir yang dimilikinya sebelum keluarganya bangkrut. Karena itu Sybil benar-benar kalang kabut hingga sempat menangis. Pakaian Sybil memang masih rapi, namun sebagian make up-nya sudah luntur karena airmata, dan rambutnya juga sudah lepek karena ia berkeringat cukup banyak akibat sempat berlari karena berusaha mengejar pelaku yang telah menjambretnya. Yang mana hal itu tentu saja percuma karena mereka naik motor, sedangkan Sybil hanya menggunakan dua kaki. Orang-orang yang hendak membantu Sybil juga tidak bisa melakukan apa-apa selain menenangkannya dan menyuruh Sybil untuk ikhlas. Tapi Sybil mana bisa ikhlas! Dia tidak akan pernah ikhlas sama sekali dan memilih menyumpahi dua penjambret kurang ajar itu. Semoga mereka kecelakaan di jalan. Semoga ditangkap polisi. Semoga dapat gangguan pencernaan hebat sampai tidak bisa buang air besar satu bulan! Jahat? Iya, memang doa Sybil itu jahat. Namun Sybil sama sekali tidak peduli karena mereka lebih jahat. Merebut salah satu harta berharga Sybil di kondisinya yang sedang seperti ini. "Askana Sybil?" Sybil yang semula menundukkan kepala dan masih diliputi perasaan sedih serta kesal spontan menegakkan kepala begitu mendengar namanya dipanggil. Sudah gilirannya untuk masuk ke ruang interview. Sybil terlebih dahulu menghembuskan napas guna menyemangati dirinya sendiri dan berusaha untuk fokus sebelum bangkit berdiri dan mengikuti pegawai HRD yang memanggil namanya tadi masuk ke dalam ruangan interview diselenggarakan. Ia pun bertekad harus mendapat pekerjaan ini sebagai ganti dari ponselnya yang telah hilang. Dalam hati Sybil benar-benar berharap semoga saja sisa hari ini tidak sepenuhnya buruk. Namun, begitu masuk ke dalam ruang interview dan melihat jajaran orang-orang yang akan dihadapinya, Sybil langsung keringat dingin. Bagaimana tidak, dari semua jajaran itu, ada seorang pria yang dikenali Sybil sebagai David Almero Wicaksono alias bos besar dan pemilik dari W Entertainment. Sybil menelan ludah melihatnya. Gugup bukan main karena tidak menyangka akan langsung berhadapan dengan bos dari segala bos di perusahaan ini. Tapi tidak heran juga sih, mungkin karena pekerjaan yang dilamar oleh Sybil ini merupakan asisten sekretaris dari David Almero Wicaksono, jadi wajar saja jika beliau datang untuk mewawancarai kandidat calon pegawai yang akan bekerja secara langsung dengannya. Dengan sangat sopan Sybil berjalan menuju satu-satunya kursi kosong yang ada disana, namun tidak langsung duduk. "Silahkan duduk." Begitu dipersilahkan, barulah Sybil mengangguk dan tersenyum sopan, lantas duduk di kursi tersebut. Sesuai apa yang sudah ditanamkan oleh orang-orang di organisasinya saat SMA, sikap seperti itu merupakan sebuah sikap basic yang menunjukkan sebuah kesopanan. Terkesan sepele, tapi sebenarnya dinilai tinggi. "Oke, perkenalkan diri kamu terlebih dahulu." Kepala Sybil terangguk. "Nama saya Askana Sybil, sekarang usia saya dua puluh empat tahun. Saya lulusan Magister Manajemen dari Universitas Indonesia—" Seperti biasa, Sybil memperkenalkan dirinya seperti interview lain yang sudah dijalalaninya. Ia menyebutkan data diri, riwayat pendidikan, serta beberapa pengalamannya semasa kuliah. Setelah perkenalan, Sybil pun mendapat beberapa pertanyaan mendasar pada saat interview kerja dan ia bisa menjawab semuanya dengan lancar. Dari tiga orang yang kini berhadapan dengannya, hanya satu orang yang bertanya dan Sybil tebak orang itu merupakan staff personalia. Begitu David Almero Wicaksono yang duduk di tengah-tengah mulai membuka berkas CV Sybil yang ada di mejanya, kegugupan Sybil semakin bertambah. Rasanya betulan ketar-ketir karena bos besar langsung yang memeriksa data dirinya. Karena kegugupan ini, Sybil bahkan lupa dengan ponselnya yang tadi dijambret. Ruangan interview itu hening selama beberapa saat karena David yang masih sibuk membaca. Hingga pada akhirnya David menegakkan kepala dan menatap lurus pada Sybil, rasanya jantung Sybil mau copot. Enggak, bukan karena bapak ini berparas di atas rata-rata meski usianya sudah menginjak kepala tiga, tapi karena tatapannya mengintimidasi dan seolah bisa menguliti Sybil. Sybil menelan ludah. Begini ya rasanya ditatap oleh bos W Entertainment yang selama ini hanya bisa dilihatnya lewat **? Walau bukan artis, tapi David ini sangat terkenal dan memiliki pengikut yang banyak di akun media sosialnya, bahkan menyaingi artis-artisnya sendiri. "Kamu pernah jadi relawan di Stray-Cats Care Indonesia?" Pertanyaan yang diutarakan oleh David, sama sekali di luar dugaan Sybil. Tapi ia mengangguk guna menjawab pertanyaan itu. "Iya, Pak. Saya pernah jadi relawan disana tiga kali sewaktu kuliah." "Karena program organisasi di kampus kamu?" "Dua kali karena program organisasi, tapi satu kalinya karena keinginan pribadi, Pak." David manggut-manggut. "Di rumah punya kucing?" Hng? Satu lagi pertanyaan yang membuat Sybil bingung. Ia jadi curiga kalau sebenarnya ini adalah pertanyaan jebak yang menyangkut dengan psikologi atau semacamnya. Kalau memang iya, Sybil tidak tahu harus menjawab bagaimana selain jujur. "Dulu punya, tapi untuk sekarang belum punya lagi kucing yang dipelihara di rumah. Cuma sesekali saya suka ngerawat stray cats yang kebetulan mampir ke rumah." "Kenapa sekarang nggak pelihara kucing lagi?" "Satu tahun yang lalu, kucing peliharaan saya yang sudah dirawat tujuh tahun mati. Dan untuk sekarang memang belum merasa siap untuk melihara kucing lagi, Pak." "Mati karena?" "Kata vet, inflamatory bowel disease. Semacam gangguan pencernaan karena dipengaruhi sama usia tuanya." David manggut-manggut lagi. Ini mungkin terkesan terlalu percaya diri, tapi Sybil merasa kalau jawabannya membuat David puas. "Breed kucing kamu kemarin apa?" "Persian Peaknose." "Jantan atau betina?" "Jantan." "Oke." David menutup map berisi CV Sybil dan memberikannya kepada pegawai perempuan yang ada di sampingnya, yang sedaritadi hanya diam. Ia mengangguk pada Sybil. "Cukup." Staff personalia yang sebelumnya mewawancarai Sybil pun mengangguk. "Kamu boleh tunggu di luar sekarang, nanti dipanggil lagi untuk tes penentuan." "Baik. Terima kasih." Sybil sedikit menundukkan kepala sebelum bangkit dari duduknya dan berjalan keluar dengan sopan. Jujur, Sybil tidak mengerti yang disampaikan oleh staff personalia itu. Ia pikir hari ini hanya akan ada interview saja. Terus tadi katanya apa? Tes penentuan? Tes apa? Ingin sekali Sybil bertanya, namun dirinya keburu disuruh keluar dan ia juga takut jika pertanya justru akan membuat nilai jelek. Tapi Sybil benar-benar bingung, sumpah deh. Setelah beberapa kali menghadapi interview kerja belakangan ini, baru tadi Sybil ditanya-tanya tentang kucing. Rasanya aneh, namun Sybil tidak ingin terlalu memikirkannya. Mungkin saja itu hanya pertanyaan jebakan untuk mengetahui karakternya. Iya, kemungkinan besar begitu. *** Satu jam kemudian, Sybil yang sudah menunggu dipanggil lagi oleh staff personalia yang memanggilnya saat interview tadi. Kali ini, Sybil tidak sendirian, melainkan bersama dua orang lain. Mereka tidak dibawa ke ruangan tadi, tetapi diajak untuk pergi menuju lantai paling atas gedung ini. Di perjalanan menuju ruang tes penentuan itu, jantung Sybil jumpalitan. Ia sama sekali tidak ada bayangan seperti apa tes yang akan dihadapi. Dan sepertinya, dua orang bersamanya juga merasakan hal yang sama, terlihat dari raut wajah tegang mereka. Terlebih lagi begitu tahu kalau mereka dibawa menuju ruangan David Almero Wicaksono, pimpinan perusahaan ini, Sybil langsung keringat dingin. Akibat kegugupannya, ia bahkan tidak sempat lagi mengagumi interior ruang kerja David yang bagus dan didominasi oleh marbel berwarna hitam dan putih. Begitu masuk, fokus semua orang langsung tertuju pada David yang sedang duduk di atas sofa panjang yang membelakangi jendela besar yang mejadi sumber cahaya di ruangan itu. David duduk santai sembari mengelus dua kucing di pangkuannya. Dua kucing di pangkuan David sangat menggemaskan. Sybil mengenali jenis mereka sebagai ragdoll dan british shorthair. Bulu-bulu mereka sangat cantik, wajahnya imut, dan mereka gembul-gembul. Melihat mereka, batin Sybil berkata, "Mau pegaaanggg!!!" Sybil dan dua orang lainnya dipersilahkan untuk duduk di sofa panjang yang ada di depan David. Sekarang mereka jadi duduk terpisahkan oleh meja kaca. Staff personalia tadi berdiri di samping David. "Mungkin kalian kaget sama tes penentuan ini karena sebelumnya memang nggak diumumkan. Tapi, tes ini penting untuk menentukan siapa yang dapat lowongan pekerjaan di perusahaan ini." Usai David bilang begitu, semuanya jadi kembali tegang. Menyadari raut tiga kandidat calon pegawainya, David jadi tertawa, melunturkan image mengintimidasinya tadi karena well...suara tawanya sedikit melengking dan terkesan cukup annoying. "Nggak perlu tegang begitu," ujar David. "Kalian cuma perlu diam disana aja, terus nanti biar mereka yang menentukan." Hah??? Tidak salah? Mereka yang dimaksudkan oleh David tadi adalah kucing-kucingnya. Terdengar sangat konyol, tapi memang begitu kok! Jelas sekali tadi David menunjuk kucingnya. Yang semakin membuat bingung, David meletakkan begitu saja keduanya ke atas meja kaca yang memisahkan tempat duduk mereka. Kedua kucing gembul itu menatap Sybil dan dua calon pegawai lain dengan sepasang matanya yang membola. Lalu, seperti kucing-kucing pada umumnya, mereka mulai mengendus-endus karena kehadiran orang-orang baru di sekitar mereka. Di meja itu mereka berjalan berkeliling, sementara David membiarkannya saja. Sybil semakin tidak mengerti, namun ia hanya bisa diam di tempat duduknya. Hingga kemudian ia dibuat terkesiap ketika kucing berjenis ragdoll milik David loncat ke pangkuannya dan dengan nyaman meringkuk disana. Sybil sungguh terheran-heran, namun secara otomatis tersenyum dan mengelus kepala kucing itu. Sama sekali tidak sadar jika pandangan David kini tertuju padanya. Tidak lama kemudian, kucing yang satunya turun dari meja dan berjalan mendekati kaki Sybil. Sama seperti si ragdoll, si british shorthair juga meringkuk dan mengusap-usap wajahnya ke kaki Sybil. "Oke. Selesai." David bertepuk tangan, menarik perhatian semua yang ada di ruangan itu. Ia memberi kode pada staff yang berdiri di sebelahnya. Mengerti akan kode dari David, dengan sopan staff tersebut membawa dua kandidat lain keluar, sehingga meninggalkan Sybil seorang disana bersama David dan kucing-kucingnya. Seolah belum cukup, kebingungan Sybil ditambah oleh David yang mengulurkan tangan padanya. Ragu-ragu, Sybil menerimanya dan membiarkan David menjabat tangannya dengan mantap. Pria itu tersenyum lebar pada Sybil seraya berujar, "Selamat ya, Askana Sybil. Kamu diterima." Sepasang mata Sybil otomatis membola, persis seperti mata kucing ketika sedang merasa senang. Meski situasi ini membingungkan dan Sybil masih belum bisa menemukan apa korelasi antara kucing-kucing ini dengan dirinya yang diterima bekerja, namun dia senang sekali. Akhirnya, Sybil dapat pekerjaan! Di perusahaan bergengsi pula! "Pak, terima kasih banyak." Sybil memegang tangan David dengan kedua tangannya. Mata Sybil hampir berkaca-kaca. "Pokoknya terima kasih banyak." David tersenyum saja. "Jadi, kamu udah siap kerja?" "Siap!" "Mulai besok kamu sudah bisa mulai bekerja." Sybil mengangguk senang. Berkali-kali ia mengucapkan terima kasih pada David juga diam-diam pada kucing-kucing David yang entah kenapa jadi penentu dalam penerimaan pekerjaan ini. Ternyata hari ini tidak berjalan begitu buruk. Meski kehilangan sesuatu, tapi pada akhirnya Sybil mendapatkan sesuatu yang setimpal. Untuk itu, Sybil merasa bersyukur.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD