Andra menempelkan keningnya di atas meja. Kepalan tangannya memukul-mukul dadanya yang sesak oleh penyesalan. Jika dulu ia mendengarkan Fara dan tidak bertindak bodoh, hidupnya tidak akan berantakan seperti ini. Bukan hanya Fara yang sakit disini. Tetapi juga dirinya sebagai pihak yang mengkhianati. Ia tidak menampik bahwa dulu Fara memberikan kesempatan untuk memilihnya dan meninggalkan Livia. Nyatanya kesempatan itu tidak digunakan dengan baik. Malah ia pernah serakah ingin memiliki keduanya. Memiliki Fara sebagai isteri dan juga Livia sebagai ibu dari anak-anaknya. Dan Fara, bukan wanita bodoh yang bisa dibohongi. Terlambat sudah. Langkah yang ia ambil menjerumuskan hidupnya ke dalam jurang penyesalan tak berakhir. Air matanya tidak berhenti mengalir. Gulungan rasa mual bergejolak da

