1. Janji.

1231 Words
Semua orang mudah bicara janji dalam berteori, tapi tak semua orang mampu mempraktikkannya. -My Kayang- MALAM hari dengan ribuan bintang masih setia menemani Ali yang sedang duduk seorang diri di tepian kolam renang yang terdapat di bagian belakang rumah. Ia menurunkan kedua kakinya, membiarkan air yang cukup dingin itu menyentuh kulit kakinya. Ali sangat menyukai suasana sepi seperti ini. Ia tampak memejamkan mata, menikmati sejuknya angin malam itu. Ketika ia sudah terjun ke dalam dunia lamunan tiba-tiba ada sepasang tangan mungil yang menyentuh punggungnya, hingga sang empu terlonjak kaget. Dorrr!! Jantung Ali berdegup lebih kencang dan ia bernapas dengan tidak beraturan. "Ih! Prilly! Jantung Kakak hampir copot tau!" Ali memekik hebat, membalikkan badan dengan ekspresi kesal. "Hehe, maafin Prilly yah, Kak." Prilly tampak cengengesan. "Coba deh kamu bayangin kalo tadi itu, Kakak jatuh ke kolam, terus tenggelam, terus Kakak nggak hidup lagi, ninggalin kamu selamanya. Gimana? mau?" semprot Ali membuat Prilly tergeming. "Aduh, aku lupa. Kenapa baru ingat sih! Kak Ali kan nggak bisa berenang. Terus kalo tadi beneran jatuh gimana, ya?" batin Prilly termenung. "Nggak mau, Kak. Aku minta maaf. Bercanda aku berlebihan yah?" Tanpa ia sadari cairan bening telah lolos dari mata indahnya. "Hey, kok nangis? Kakak nggak nyalahin kamu kok." Ali menyeka air mata di pipi Prilly. "Udah jangan cengeng. Sini duduk di samping Kakak," tawar Ali lembut. Prilly pun ikut duduk di samping Ali. Ia juga ikut mecelupkan kedua kakinya ke dalam kolam. Kepalanya ia sandarkan di pundak Ali. Sandaran ternyaman bagi Prilly. "Kak Ali marah yah sama Prilly?" tanya Prilly dengan kepolosannya. Ali membelai rambut Prilly dari samping. "Kakak nggak marah, hanya kesal. Mungkin tadi. Sekarang nggak, Sayang." "Ini udah malam. Kenapa betah banget di kolam? Kakak nggak ngantuk?" Ali tertawa ringan. Siapa juga yang mengira ini masih siang? "Justru malam-malam gini. Sepi. Itu kenikmatan hakiki, Prill. Bikin hati Kakak tenang." Prilly mengangguk-angguk paham setelah Ali menjelaskan. "Prilly betah sih di sini, tapi kalo ditemani Kakak. Kalo sendiri Prilly nggak berani." Lagi dan lagi Ali terkekeh mendengar celotehan Prilly yang menurutnya lucu. Terkadang Prilly masih memberikan julukan nama pada dirinya sendiri. "Huuu, dasar penakut! terus kapan beraninya? kalo Kakak nggak ada gimana?" Ali masih tertawa ringan. "Kakak kok ngomongnya begitu sih?" protes Prilly atas ucapan Ali. "Begitu gimana?" Ali balik bertanya. Bibir Prilly mengerucut sebal. "Ya gitu, seakan mau ninggalin Prilly." "Hahaha itu sih kamunya terbawa perasaan." Ali menarik hidung runcing Prilly dengan gemas. Sejenak Ali terdiam. Memangnya ingin ke mana? "Kak, boleh nggak Prilly minta sesuatu?" Prilly mendongak menatap wajah Ali yang menurutnya sangat tampan. Wajah polos yang Prilly tunjukan membuat Ali berpikir Prilly ingin dibelikan sesuatu. "Boleh, Sayang. Memang kamu mau minta apa sih? Cokelat? Permen? atau Ice cream?" oceh Ali yang kemudian terkekeh. "Ihh, Kakak! Memang Kakak pikir Prilly anak kecil seumuran TK yang minta begituan," gerutu Prilly kesal. "Lah, kamu memang masih kecil, 'kan, Sayang?" Tangan Ali beralih mengacak pelan rambut Prilly. "Kak! Prilly serius!" Kekehan Ali memudar saat wanitanya terlihat serius. "Hehe, iyaa. Kamu minta apa sih? Selagi Kakak bisa, akan Kakak penuhi keinginanmu." Mata Prilly menatap Ali ragu. "Kakak mau nggak janjiin Prilly sesuatu?" "Janji soal apa, Sayang?" "Aku nggak mau kehilangan Kakak. Aku nggak punya siapa-siapa lagi selain Kakak. Saudara pun aku nggak punya. Cuma Kak Ali yang aku punya sekarang. Kalo Kak Ali pergi juga aku udah nggak punya siapa-siapa lagi." Penuturan Prilly mampu membuat Ali tersentuh saat mendengarnya Ali meraih kedua lengan Prilly. "Hey, yang mau ninggalin kamu siapa?" "Prilly cuma takut kehilangan Kakak." "Sayang, kamu nggak perlu takut. Kakak nggak akan ke mana-mana. Kakak akan terus bersama kamu selamanya!" tekan Ali meyakinkan Prilly. "Kakak janji ya, jangan tinggalin Prilly?" Wanita ini menuntut jawaban. "Kakak akan membuktikannya, Sayang," tutur Ali tulus. Tangannya menyentuh sekilas hidung mancung Prilly. "Percaya sama Kakak, yah. Buanglah keraguanmu itu, Sayang." sambung Ali mencium punggung tangan Prilly. "Makasih banyak, My Kayang." Prilly memeluk pinggang Ali dari samping. "Kembali kasih, Prillyku." Ali mencium puncak kepala Prilly penuh dengan kehangatan. "Bentar! Tadi kamu bilang apa? Ka ... Kay...." Ali tanpak kesulitan menyebutkan apa yang Prilly sebutkan tadi. "Kayang, Kak. Hihi." Prilly membantu membenarkan, diakhiri dengan kekehan lucu khas Prilly. Kening Ali berkerut bingung. "Maksudnya apa, Sayang? Kakak nggak paham." "Hahaha, mulai sekarang aku akan panggil Kakak dengan sebutan Kayang yang artinya Kakak Sayang." Prilly mengulum senyum penuh arti. Sesaat kemudian Ali tertawa kecil kala mendengar jawaban dari Prilly. "Hahaha! kamu bisa aja, Sayang." Ali menguyel pipi berisi milik istri kecilnya itu dengan gemas. "Itu panggilan khusus buat Kakak yah?" sambung Ali dengan tangan yang masih betah di pipi Prilly. "Hehe, Kak Ali suka?" Prilly menjauhkan tangan Ali yang menurutnya sangat risi. "Kamu kok pinter banget sih? Tapi ... Ah! Palingan juga kamu dapet nyontek dari sosmed atau coppas dari sinetron yaa? Hahaha! iya, 'kan? Ngaku aja kali, Prill!" Tampak Ali tertawa mengejek. "Ihh, enak aja! aku mikir sendiri kali, Kak! nggak kreatif banget aku jiplak dari sinetron atau sosmed. Kak Ali mah begitu selalu meremehkan aku!" Prilly menggerutu kesal. "Hehe, jangan ngambek dong, Sayang. Iya deh, Kakak percaya kalo kamu memang kreatif." Akhirnya Ali mengakui bila istrinya memang cerdas. "Tau ah! aku sebal sama Kakak!" Prilly memalingkan muka. "Hey, kok jadi ngambek beneran sih? Kakak cuma bercanda, Sayang," rayu Ali. "Aku bete sama Kakak!" "Ya udah maafin Kakak yah. Udah dong Prill ngambeknya, malu kayak anak kecil tau," bujuk Ali tiada henti. "Biarin! Aku kan memang selalu dianggap anak kecil sama Kakak," kata Prilly seadanya. "Hehe, kenyataannya kan kamu memang masih kecil, sikap kamu lucu kayak anak kecil. Kamu adalah istri kecil Kakak." Prilly terdiam saat Ali menjelaskan. Walau Ali tahu Prilly kekanakkan, ia tak mempermasalahkan. Justru ia menjadikan sikap Prilly yang polos untuk bahan ledekkannya setiap saat. Seperti tadi yang berujung istrinya dibuat kesal, namun hebatnya Ali di sini, ia selalu bisa menempatkan posisinya untuk mengembalikan situasi seperti semula. "Sayang, udah malem ah. Tidur yuk," ajak Ali. Prilly menggeleng kepala lucu. "Nggak mau ah! aku belum ngantuk." "Udara malam nggak baik lama-lama buat kamu, Sayang," bujuk Ali selembut mungkin. "Aku belum ngantuk, Kak. Kalo Kakak mau tidur, duluan aja. Aku masih mau di sini." "Masih marah yah sama Kakak?" Ali menyentuh bahu Prilly, namun Prilly malah memunggungi Ali. "Tadi katanya nggak berani kalo sendiri di sini, kecuali kalo ditemani sama Kakak. Sekarang Kakak mau tidur, yakin mau Kakak tinggal sendirian di sini?" Ali mengingatkan apa yang pernah Prilly katakan. Prilly terdiam sesaat. Ia menatap Ali dengan pandangan bingung. Sementara Ali tersenyum menang melihat Prilly kebingungan. "Ya udah Kakak duluan ya, Prill." Ali beranjak dari tepi kolam renang dan melangkah pergi. Ali sengaja memperlambat langkahnya menunggu panggilan yang ia harapkan. "Kak Ali!" Benar saja baru 3 kali Ali melangkah, langkahnya otomatis terhenti. Ali membalikkan badannya. Rupanya ia tampak senang karena ia merasa menang. "Kenapa?" tanya Ali pura-pura tidak tahu. "Aku takut ditinggal sendiri," lirihnya sudah ada dihadapan Ali. "Kamu sih belagak berani, nyuruh Kakak pergi," batin Ali. "Sekarang nggak usah takut lagi yah, kan udah ada Kakak di depan kamu." Ali merapikan rambut Prilly yang kini menutupi matanya karena angin malam yang semakin kencang. Prilly terseyum manis pada pria yang kini ada di hadapannya. "Udah yuk, masuk. Makin besar anginnya. Kakak nggak mau kamu sampe masuk angin nanti." Ali merangkul bahu Prilly beranjak memasuki rumah. "Aku nggak bakal masuk angin, aku kan kuat, Kak." Prilly memeluk pinggang Ali dari samping. "Iya deh terserah kamu aja, Sayang." Ali seperti mengabaikan omongan anak kecil yang sedang mengoceh.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD