Bab 5 - Perdebatan Di Aula Kaisar

2429 Words
Dewa Bruno segera berlutut, memandang Kaisar Agung Brylee. “Ampun Yang Mulia Kaisar Agung.” Ujarnya ketakutan, “Hamba tiada berani memberi perintah itu ke Prajurit-Prajurit itu. Hamba hanya menyuruh Mereka menemukan dan menangkap Peri kecil itu. Ternyata Peri kecil itu di Ruang Es, dan dilindungin Dewa Channing.” “Tentu saja Aku melindunginnya, Bruno!” seru Dewa Channing menatap kesal Dewa Bruno, “Prajuritmu begitu kurangajar berani masuk ke Ruang Es tanpa izin Tuanku Imam Bentley, dan apa tidak mungkin Mereka pun akan melakukan hal kurangajar ke Dewi kecil itu sebelum menyerahkan ke Kamu?” “Hei para Prajuritku tidak berotak m***m, Channing!” seru Dewa Bruno membantah perkataan Dewa Channing, “Mereka hanya menjalankan tugas dariku, sehingga tanpa sengaja masuk ke dalam Ruang Es. Tapi Anda, mendadak hidup kembali, lalu menyembunyikan Peri kecil itu yang sangat mungkin Siluman atau Jelmaan Raja Arthur karena bisa membuka Segel Pemasung Bravee. Bravee pun melarikan Peri itu.” “Six Sense Kamu tumpul kah, Bruno? Tidak bisa lagi melihat jelas siapa yang Kamu temuin? Kamu hanya melihat dengan mata Raga Dewamu, bahwa siapa yang Kamu temui semisal tanpa sengaja melepas Segel Bravee, langsung mengatakan Dia itu Siluman atau Jelmaan Raja Arthur.” “Jangan sembarangan mengatakan Six Senseku tumpul, Channing! Selama Kamu meninggal, Aku yang menjaga Kerajaan ini. Six Senseku tajam, bisa melihat jelas siapa yang kutemui!” “Dewa Bruno,” sela Lord Raphael, “Gadis itu murni Dewi muda. Wujudnya Rubah Merah berekor 6. Tuanku Imam Bentley sudah memastikan hal itu.” “Sudah!” seru Kaisar Agung lantang, lalu mengelus d**a sebab para Dewa yang berdebat memusingkannya. “Bentley!” dipanggilnya Imam Bentley yang menghela nafas melihat peristiwa ini, dimana di masa lalu selalu terjadi. Dewa Channing atau Lord Raphel berseteru debat pendapat. “Hamba, Yang Mulia.” Sahut Imam Bentley berdiri dari duduknya. “Minta Dante membawa kemari Dewi kecil itu.” Kaisar Agung memberi perintah agar Imam Bentley menghadirkan Stellina di Ruang Singsana ini, “Biar Aku sendiri yang menyelidiki siapa Dewi kecil ini.” “Baik Yang Mulia.” Imam Bentley paham, “Kasim Hotman, persilahkan Panglima Dante membawa Dewi kecil itu ke Aula ini!” serunya ke Kasim Hotman. “Baik Tuanku!” sahut Kasim Hotman yang entah berada di mana di Aula ini. “Bawa kemari Dewi Peri Kecil yang cantik itu!” serunya menyebut Stellina dengan Dewi Peri kecil. Sebab sedari tadi mendengar para Dewa ini ada yang menyebut Dewi atau menyebut Peri ke Stellina. Dewa Bruno mendengus mendengar ini. Dia kesal sebab Panglima Dante cepat mengambil Stellina darinya. Kehadiran Stellina di mata Divisi Pasukan Kerajaan Dewa 13 Alam yang dipimpin Panglima Dante, begitu mempesona. Semua menilai Stellina cantik. Stellina juga ramah, dan murah senyum. Stellina pun jujur menjawab pertanyaan Panglima Dante mengenai Dia yang membuka Segel Bravee. Lalu datang Panglima Dante membawa membawa Stellina. Dewa Channing langsung lega, sebab Stellina tidak terlihat dilukai sedikit pun. Dewa Channing segera pula melihat ke Kaisar Agung, yang melihatnya juga. Bibirnya pelan bicara ke Kaisar Agung, “Terima kasih Yang Mulia menolong Gadis ini.” Kaisar Agung tersenyum mendengar ini. Beliau tahu ada tujuan tertentu Dewa Channing menyelamatkan Stellina di Ruang Es, selain mungkin hati Dewa Channing tersentuh dengan aura baik dalam diri Stellina. Makanya Dia cepat mengambil Stellina dari Dewa Bruno. Panglima Dante dan Stellina lalu berlutut, memberi salam ke Kaisar Agung. “Salam Yang Mulia Kaisar Agung Brylee Salvador. Hamba datang menghadap Yang Mulia.” “Berdirilah.” Panglima Dante dan Stellina berdiri. “Siapa namamu, Dewi kecil?” Kaisar Agung bertanya ke Stellina. “Hamba, Yang Mulia Kaisar Agung,” sahut Stellina, “Nama hamba adalah Stellina.” Dijawab pertanyaan Kaisar Agung dengan sopan. Kaisar Agung diam-diam mengarahkan mata Stellina ke Dewa Channing yang terus mengamati Stellina dengan pandangan lega dan terpesona. JLEBB.. Stellina terkesiap melihat Dewa Channing, menjadi kecut lagi, ‘Astaga!’ desaunya dalam hati, ‘Habislah Aku. Ada Dewa Channing di sini.’ Dewa Channing tersenyum geli melihat Stellina ciut melihatnya. ‘Jadi namamu, Stellina?’ bisik hatinya, ‘Kamu tenang ya. Aku pasti membela dan melindungimu. Tidak akan kubiarkan kamu celaka.’ Stellina mendengar suara Dewa Channing itu, hanya bisa memandang Sang Dewa sambil menelan Salivanya. “Stellina, Kamu berasal dari mana?” Kaisar Agung mengembalikan pandangan Stellina ke Dia. Stellina terkesiap mendengar ini. ‘Gawat ini kalo kubilang dari Hutan Mawar Rubah Merah. Niang bisa kena getah.’ “Stellina.” “Yang Mulia, semua yang terjadi kesalahan Hamba.” Stellina berinisiatif melimpahkan semua kesalahan ke dirinya, “Hamba begitu ceroboh, menyenggol Pohon itu yang ternyata Segel Hewan bernama Bravee. Membuat Bravee bebas, dan mengacau Tempat Ujian.” “Stellina.” Dewa Channing bicara ke Stellina, “Bisa Kamu jelaskan kejadian sebenernya ke Kami semua?” “Hamba, Yang Mulia.” Sahut Stellina, “Bisa, Yang Mulia.” “Kalo begitu jelaskan sekarang.” “Baik, Yang Mulia.” Stellina menganggukan kepala, “Kejadiannya adalah dimana Hamba tidak sabar menunggu Kakak hamba yang bekerja di Istana ini untuk menyerahkan Pakaian yang disulam Niang Hamba untuk Dewi Iryana istri dari Dewa Erwin. Hamba terpaksa masuk ke Istana diam-diam tanpa diketahui Pengawal Gerbang Barat. Saat itu Hamba mencari-cari di mana bisa bertemu Dewi Iryana, sebab Hamba sama sekali belum pernah bertemu Beliau.” Kaisar Agung, Dewa Channing, Dewa Bruno, dan semua yang hadir menyimak cerita Stellina ini. “Hamba sampai ke Tempat Ujian, dimana ada Dewa Bruno yang bersiap mengikutin Ujian. Hamba pun menonton Ujian saat itu. Lalu saat Dewa Bruno melepas Six Sense, entah kenapa melesat ke Hamba. Hamba pun menghindar, sehingga menyenggol pohon yang ternyata Segel Bravee. Tidak lama Hamba melihat Bravee, dan Bravee mengamuk. Hamba lalu dituduh Dewa Bruno sudah lancang membuka Segel, dan mengataka Hamba ini Jelmaan Iblis.” Stellina melanjutkan penjelasannya, “Padahal Hamba ini Rubah Merah. Asli Rubah Merah.” Stellina lalu memutar sekali badannya di tempat, lalu muncul wujud aslinya yang Rubah Merah dengan 6 ekor. Dewa Channing dan semua yang hadir, kecuali Dewa Bruno, tersenyum geli dengan kepolosan Stellina. Mereka pun menilai wujud Rubah Stellina sangat cantik seperti wujud Rubah Dewi Liu Sha Lang putri bungsu Kaisar Liu Xing. Stellina lalu memutar kembali badannya, wujudnya menjadi Dewi. “Tapi,” Stellina melanjutka bicara, “Dewa Bruno tetap tidak percaya.” Ditunjuknya Dewa Bruno. “Tentu saja Aku tidak percaya!” tukas Dewa Bruno berdiri, memandang Stellina dengan galak. Dewa Channing segera berdiri, mendekati Stellina, seolah menjadi pelindung Stellina. Dibalas tatapan galak Dewa Bruno dengan menatap galak Dewa Bruno. “Aku tahu Kamu bukan Rubah Merah!” Dewa Bruno tidak gentar ditatap galak Dewa Channing, “Karena disenggol kamu, Segel Bravee bisa lepas. Lalu juga kenapa Bravee melarikanmu” “Yang Mulia,” Stellina memandang Dewa Bruno dengan gemas, “Bravee tahu amukannya membuat Hamba bisa celaka ditangan Anda, jadi Dia melarikan Hamba.” “Berarti Kalian saling mengenal?” “Hamba dan Dia tidak saling mengenal. Hamba hanya tahu Dia Hewan yang baik, Dia tahu Hamba dalam bahaya.” “Kamu bilang Bravee hewan baik?” “Iya Yang Mulia. Tidak seperti Anda.” “Apa maksudmu?” “Anda tidak punya hati nurani. Saat Ujian, main lepas Six Sense seenaknya. Sehingga bukan hanya Saya yang nyaris terkena Six Sense Anda. Lalu Anda main menuduh Saya Jelmaan Raja Arthur Raja Iblis hanya karena Saya tidak sengaja menyenggol Segel Bravee. Anda pun mengejar Saya dengan membawa banyak Prajurit.” Kaisar Agung, Dewa Channing, Imam Bentley, Lord Raphael, dan semua Dewa Dewi tersenyum, tampak kagum dengan keberanian Stellina mengeritik Dewa Bruno. “Sudah cukup!” hardik Dewa Bruno naik pitam, mau turun dari Podiumnya, namun tertahan sebab Dewa Channing cepat menarik Stellina ke belakang Dewa Channing. “Jangan melindungin Iblis kecil ini, Dewa Channing.” “Kenapa memangnya?” tanya Dewa Channing, “Dewa Bruno, Gadis ini bukan Iblis kecil. Bukan pula Peri kecil. Dia Dewi Rubah Merah sebab memiliki 6 Ekor. Peri kecil hanya memiliki 2 atau 3 ekor saja.” “Izinkan Hamba masuk!” Terdengar suara lantang Dewi Estella dari luar Aula. “Izinkan Hamba masuk!” Lalu muncul Dewi Estella bersama Dewa Jian Ming. “Niang?” desis Stellina tidak percaya melihat Dewi Estella, “Jian Keke?” desisnya lagi tidak percaya lagi melihat Dewa Jian Ming. Dewi Estella segera ke batas Dewa, berlutut. Dewa Jian Ming menghampiri Stellina, diusrek sayang kepala Stellina, seolah mengatakan Dia dan Dewi Estella akan menolong Stellina, lalu segera ke sisi Dewi Estella, setengah berlutut. “Salam Yang Mulia Kaisar Agung Brylee.” Dewi Estella dan Dewa Jian Ming memberi salam. “Berdirilah.” Kaisar Agung menyuruh keduanya berdiri, “Ada apa Dewi Estella?” “Yang Mulia,” Dewi Estella bicara, tidak berdiri sesuai titah Kaisar Agung, “Kami Suku Rubah Putih dan Merah bukan Jelmaan Iblis atau Bangsa Black. Kami juga memerangin mereka.” Ujarnya. “Akibat Peperangan di Menara Barat dan Gunung Kramat, setengah Suku kami meninggal, termasuk suami saya. Dan Saya hanya punya Stellina seorang.” Ditunjuk Stellina yang masih didampingin Dewa Channing. “Jadi Stellina anakmu?” “Betul Yang Mulia.” sahut Dewi Estella, “Putri hamba ini baru berusia 50 ribu tahun, masih muda, dan selalu pengen tahu. Hari ini Dia nakal tidak menunggu Jian Ming putra angkat Saya ini.” Ditunjuk Dewa Jian Ming, “Lalu Dia seenaknya plesiran di Kerajaan ini, tanpa ada Identitasnya dari Yang Mulia. Hamba mohon kemurahan hati Yang Mulia mengampuninnya. Izinkan hamba mendidiknya lebih keras dan tegas.” Kaisar Agung tersenyum, “Dewi Estella, sebelumnya Saya tidak mengetahui Stellina adalah Putrimu. Belum tahu pula penyebabnya kemari. Sekarang Saya sudah tahu, maka Saya mengampuninnya.” “Terima kasih Yang Mulia.” Dewi Estella lega, lalu bergegas menarik Stellina, dibawanya berlutut bersamanya dan Dewa Jian Ming, “Ayo lekas bilang terima kasih ke Yang Mulia.” Stellina tersenyum, lalu sedikit membungkukan badan ke depan, “Hamba Stellina, mengucapkan terima kasih atas kemurahan hati Yang Mulia.” “Berdirilah.” Kaisar Agung menyuruh Stellina berdiri. “Tunggu Yang Mulia!” seru Dewa Bruno, “Dewi Estella, jangan senang dulu.” Ditegurnya Dewi Estella yang tampak geram ke Dia. “Putrimu dan Bravee sangat dekat. Bagaimana Ada menjelaskan soal itu ke Yang Mulia?” “Benarkah itu?” tanya Dewi Estella sambil memuter otaknya agar bisa membuat Stellina terbebas dari tuduhan Dewa Bruno, “Putriku masih muda, cantik, dan lincah.” Dipujinya Stellina putri terkasihnya ini, “Seluruh Dewa di Kerajaan Dewa 13 Alam, kecuali Kamu, mengakui hal itu, dan jatuh cinta ke Putriku.” Stellina tersenyum haru dipuji Dewi Estella. Dewa Channing dan semua yang hadir tersenyum geli mendengarnya. “Bravee makhluk hidup,” Dewi Estella melanjutkan, “Punya naluri, tahu Putriku muda, cantik, dan lincah. Tidak heran Bravee menyukai Putriku.” Kaisar Agung dan semua yang hadir di sini, tersenyum mendengar perkataan Dewi Estella yang ada kebenaran. Bravee adalah Makhluk hidup, punya naluri, merasakan Stellina bukan hanya cantik, tapi penuh kasih sayang tulus. Tentu Bravee jadi menyayangin Stellina. “Putrimu bilang Bravee hewan baik, apa maksudnya?” “Benarkah?” Dewi Estella kembali memutar otak untuk menangkis serangan Dewa Bruno, “Semua Hewan sebenarnya baik, selama diperlakukan dengan baik dan penuh kasih sayang. Putriku hatinya baik, menyayangin semua Makhluk, dan Bravee merasakan itu. Apa itu salah? Apa pantas menuduh Putriku jelmaan Iblis? Anda waras kah, Dewa Bruno?” di dekatin Dewa Bruno, dipandangnya dengan galak. Dewa Bruno tersentak mendengar pertanyaan Dewi Estella, tampak menahan geram ke Dewi Estella yang adalah adik Kandung Ratu Qiao Feng. Pangeran Qian Cheng adik sepupu Ratu Qiao Feng. “Anda sendiri yang tidak punya nurani.” Dewi Estella kembali bicara dengan pandangan masih galak ke Dewa Bruno. “Apa maksudmu?” Dewa Bruno tercekat mendengar perkataan Dewi Estella. “Demi menunjukan diri Anda hebat dan layak mendapatkan posisi sebagai Perdana Menteri, Anda main melepas Six Sense seenaknya dalam Ujian itu. Six Sense Anda nyaris mengenai semua yang hadir di Ujian tersebut, termasuk Putriku. Itu menunjukan Anda tidak punya nurani.” “Sudah cukup!” Dewa Bruno naik pitam, “Kita tidak pernah bertemu selama 50 ribu tahun, Kamu masih saja bicara seenaknya.” “Kamu pun tidak berubah, tetap Dewa tua keras kepala yang tidak punya Nurani.” “Sudah!” sergah Kaisar Agung menghentikan keributan ini, “Dewa Bruno.” Dipanggilnya Dewa Bruno, “Masalah Stellina cukup sampai di sini. Saya membebaskan Stellina, sebab Saya tahu Stellina Dewi Rubah Merah. Stellina memiliki 6 ekor seperti Dewi Estella dan Dewa Jian Ming.” Dewa Bruno menghela nafas dengan kasar, tidak rela Kaisar Agung melepas Stellina. “Yang Mulia!” Dewa Channing bicara, “Izinkan Hamba mengajukan Permohonan.” “Chan Keke?!” Dewi Estella terkesiap melihat Dewa Channing. Sedari tadi Dia tidak menyadari ada Dewa Channing disisi Stellina. “Anda?” Dia mendekati Dewa Channing, “Bukannya hari itu, seperti kabar, sudah meninggal setelah menyegel Raja Arthur? Mengapa bisa hidup sekarang?” “Nanti Kamu akan tahu mengapanya.” Dewa Channing tersenyum, “Yang Mulia, mohon mengizinkan hamba memohon ke Yang Mulia.” Dia segera membawa Stellina ke Garis Batas, berlutut bersamanya menghadap Kaisar Agung. “Silahkan.” “Hamba baru bangun dari kematian panjang, kondisi hamba masih tidak stabil. Boleh kah Hamba meminta Stellina bekerja untuk Hamba? Hamba ingin Stellina mengurus dan merawat Hamba sampai pulih.” “Ooo tidak bisa Chan Keke!” sergah Dewi Estella cepat, “Stellina masih muda, seorang Dewi pula yang masih suci, tidak pantas bekerja untuk Anda yang Bujangan sebagai Perawat. Anda silahkan cari Peri untuk merawat Anda.” “Saya menjamin kesuciannya selama merawat Saya, Yue Memey.” Dewa Channing menyebut Dewi Estella dengan Yue Memey diambil dari nama asli Dewi Estella yaitu Qiao Yue. “Stellina tidak berpengalaman menjadi Perawat. Stellina hanya bisa menyulam.” Dewi Estella memberi alasan lain agar Dewa Channing batal memohon ke Kaisar Agung meminta Stellina bersama Dewa Channing di Istana Timur milik Sang Dewa. “Tidak masalah.” “Stellina kalo tidur suka mendengkur dan berisik sekali.” “Tidak masalah.” “Stellina anak manja, kalo malam suka menangis.” “Tidak masalah.” Dewa Channing tersenyum geli mendengar semua ocehan Dewi Estella, “Kamu tenang saja, Saya menjamin penuh Stellina nyaman selama bekerja sama Saya.” Kaisar Agung tersenyum melihat semua ini, feeling Dewa Channing kesemsem sama Stellina. Tidak masalah, sebab Stellina adalah Dewi Rubah Merah Dewi Level A. Boleh dinikahin Dewa Channing. “Yang Mulia.” Dewa Channing bicara ke Kaisar Agung. Wajahnya tampak berharap permohonannya dikabulkan Kaisar Agung. “Stellina.” Kaisar Agung memanggil Stellina, “Apa kamu bersedia merawat Dewa Channing?” Stellina melihat ke Dewi Estella. Tampak ibunya menggelengkan kepala pelan, artinya jangan mau kerja sama Dewa Channing. + TO BE CONTINUE +
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD