Bab 3 - Bangkitnya Dewa Channing

2327 Words
Stellina melepas ciumannya, diseka air matanya, seolah merasa lega sudah mengucapkan belasungkawa ke Dewa Channing. Ditarik pula tangannya dari wajah Dewa Channing. Lalu sedikit menjauh dari Dewa Channing, matanya menyisiri sosok Dewa ini, lalu melihat ada seuntai Kalung tergeletak di atas paha kanan sang Dewa. Stellina mengambil Kalung tersebut, diamatin Liontinnya. “Rasanya,” Stellina bicara sendirian, “Aku pernah melihat bentuk Liontin kalung ini.” Dicoba mengingat dimana mengenal bentuk Liontin tersebut yang adalah Lambang Kerajaan Rubah Putih dan Merah. Saat itu pula terjadi sesuatu, Sinar Pelindung Jazat yang melingkarin Jenasah Dewa Channing menghilang, tidak lama kedua mata Sang Dewa terbuka, dan memandang heran ke Stellina yang entah kenapa mengalihkan pandangan ke Dia. DEG..Mereka berdua saling bertatapa sejenak, lalu Stellina terkesiap melihat Dewa Channing bangun, disembunyikan kalung ke dalam telapak tangannya, segera melarikan diri karena ketakutan. Dewa Channing melihat ini bertambah heran, lalu merasa permukaan bibirnya basah, diusap bibirnya, lalu melihat ke tangannya, tampak oleh six sensenya, air yang membasahin bibirnya berasal dari air mata Stellina. Dewa Channing segera melihat ke Stellina yang berlari ketakutan sambil melihat dirinya, sehingga Stellina menabrak satu Jenasah Dewa, “Astaga!!” jerit Stellina kaget. “Akhh!” jeritnya lagi sebab Jazat yang ditabraknya rubuh hendak menimpa Jenasah lainnya. Dewa Channing cepat sling terbang, SIUTTT.. Dia mendarat tepat di belakang Jenasah, ditahan Jenasah itu sambil ditegakan kembali, lalu memandang Stellina sambil menghela nafas. Dia tidak menyalahkan Stellina yang dilihatnya berhati polos dan masih muda. Stellina melihat ini mau melarikan diri lagi, namun cepat tangannya dipegang tangan Dewa Channing. “Lepasin Aku!” jerit Stellina panik, berusaha melepaskan tangan Dewa Channing, “Lepasin!” rengeknya memandang Dewa Channing yang mengamatinnya serius banget. Membuat bulu kuduknya berdiri. Stellina lalu sedikit memukul-mukul tangan Dewa Channing yang memegang erat tangannya. “Yang Mulia, tolong lepasin Aku.” Dia hampir mau menangis saat ini. Dewa Channing terpaksa memeluk pinggang Stellina agar tidak memukulin tangannya, dibikin Stellina melihatnya. Mereka pun bertatapan, tanpa sadar cinta merasuki hati dan pikiran mereka. ‘Cantiknya Gadis ini,’ bisik hati Dewa Channing menilai Stellina cantik, ‘Kenapa Dia bisa ada di tempat ini? Tempat ini bukan tempat yang layak didatangin Gadis ini.” Dia mencoba mencari tahu mengapa Stellina berada di sini, “Siapa Gadis ini? Kenapa setelah Dia menangisiku, Soul Dewaku bisa kembali ke ragaku, dan Aku bangkit dari kematianku?’ Lain dengan yang dipikirkan Stellina, ‘Siapa Dewa ini? Apa Dewa Perang? Tapi menurut Buku yang k****a, Dewa Perang bukan yang ini. Dewa Perang yang mengejarku tadi.’ +++ Istana Utama Kerajaan Dewa 13 Alam Kaisar Agung Brylee yang duduk di Singsananya tampak cemas, Dia tidak menyangka Stellina yang tidak dikenalnya, bisa membuka Segel Bravee, sehingga Hewan itu bebas, dan kini melarikan diri bersama Stellina. Di sekitarnya ada Imam Bentley dan beberapa Dewa Dewi Pejabat Kerajaan Dewa 13 Alam. “Bentley!” Kaisar Agung Brylee memanggil Imam Bentley. Imam Bentley berdiri, kedua telapak tangannya ditumpuk jadi satu di arahkan beberapa sentimeter di depan dadanya, “Hamba, Yang Mulia Kaisar Agung.” “Apa sudah Kamu utus Dante untuk menyusul Dewa Bruno yang mengeja Bravee dan Dewi kecil itu?” “Sudah Yang Mulia.” “Sudah Kamu pesan ke Dante, agar mengambil Dewi kecil itu dari tangan Dewa Bruno? Aku tidak mau Dewa Bruno menyiksa Dewi kecil itu demi tahu kenapa Dewi kecil itu bisa membuka Segel Bravee, dan dilarikan Bravee.” “Sudah Yang Mulia.” “Yang Mulia!” Dewa Zhao Yang berdiri, melakukan gerakan seperti yang dilakukan Imam Bentley, “Izinkan Hamba menyusul Panglima Dante.” “Untuk apa?” tanya Kaisar Agung Brylee heran memandang Dewa Zhao Yang. “Hamba feeling Panglima Dante akan kesulitan mengambil Peri kecil itu dari tangan Dewa Bruno. Jadi biar Hamba bantu Beliau. Hamba tahu Peri kecil itu tidak bersalah apa pun. Dia ke Istana ini untuk bertemu seseorang, sebab membawa sebuah Kotak.” “Membawa sebuah Kotak?” “Betul Yang Mulia. Setelah Saya lihat isi kotak itu, ternyata Baju Pesta untuk seorang Dewi yang tinggal di Istana Kerajaan Dewa 13 Alam. Hal lain, Hamba saksi nyata bahwa Peri itu tidak ada niat sama sekali membuka Segel Bravee, sebab tampak baru pertama kali ke Istana ini.” “Baiknya Kamu pergi bersama Saya menyusul Dante.” Sela Imam Bentley, “Bruno keras kepala soalnya. Hal lain, hanya Saya yang bisa menjinakkan Bravee, sebab Channing sudah meninggal.” +++ Gunung Kramat Kerajaan Dewa 13 Alam “Di mana Gadis itu?” “Tadi Aku melihatnya menuju ke tempat ini.” “Apa mungkin Dia masuk ke dalam Ruang Es?” Dari luar Ruang Es terdengar suara Dua Pria yang pastinya Prajurit dari Pasukan Kerajaan Dewa 13 Alam. Mereka mencari Stellina masih atas perintah Dewa Bruno. Dewa Channing dan Stellina mendengar suara-suara tersebut. Dewa Channing segera memandang Stellina, tampak olehnya Stellina ketakutan sehingga tanpa sadar merapat di badannya. Dewa Channing menghela nafas pelan, ‘Apa Gadis ini yang dicari para Prajurit di luar Ruangan ini? Kenapa Mereka mencari Gadis ini? Gadis ini tidak seperti berbuat kesalahan.’ “Apa Kita baiknya masuk ke dalam Ruang Es?” “Tapi Kita tidak diperbolehkan masuk. Yang diperbolehkan masuk hanya Tuanku Imam Bentley Imam Kepala Kerajaan Dewa 13 Alam.” “Kita kan disuruh Dewa Bruno menemukan Gadis itu untuk dibawa menghadap Yang Mulia Kaisar Agung di Kerajaan Dewa 13 Alam.” Terdengar lagi oleh Dewa Channing dan Stellina, kedua Prajurit itu berbicara mengenai Stellina. ‘Gawat ini,’ bisik hati Dewa Channing sambil kembali memandang Stellina. Stellina semakin ketakutan, kian merapat dibadannya. ‘Aku harus menolong Gadis ini. Dia sudah membangunkanku. Dia Dewi Penyelamatku.’ Dewa Channing mengulurkan satu tangannya, dibikin tangan itu mengangkat wajah Stellina, ditatapnya Stellina yang sangat ketakutan. “Kamu sembunyi dulu di sana.” Dewa Channing merasa hatinya tersentuh iba melihat Stellina seperti ini. Lalu ditunjuk deretan Jazat yang berada sedikit jauh dari mereka berdiri. “Jangan takut untuk bersembunyi di sana.” Dia melanjutkan sebab Stellina melihat yang ditunjuknya, lalu segera menatapnya dengan ketakutan. “Mereka semua tidak akan mengganggumu.” Dilepas pelukannya dari pinggang Stellina, lalu memutar badan Stellina ke arah deretan Jazat itu, didorongnya pelan agar Stellina berjalan ke sana. Stellina tidak punya pilihan, segera mendekati deretan Jazat itu, bersembunyi di balik salah satu Jazat, tapi masih bisa mengintip untuk melihat apa yang terjadi kemudian. Dewa Channing memutar kedua tangannya di udara, lalu dilepas Perisai Penutup Penglihatan ke Stellina, agar keberadaan gadis ini tidak dilihat Kedua Prajurit tersebut. Dia lalu tersenyum ke Stellina, kemudian menggerakan satu tangannya sambil bicara pelan ke Stellina, “Kamu tenang ya di sana. Aku masih menemanimu di sini.” Stellina mendengar yang dikatakan Dewa Channing, lalu menganggukan kepala, percaya ke Dewa Channing. Karena Dewa Channing justru menyembunyikannya, tidak mengejarnya seperti yang dilakukan Dewa Bruno atasnya. Tidak lama Kedua Prajurit masuk ke dalam Ruang Es, dan terkejut melihat Dewa Channing. “Astaga!” Kedua Prajurit menjadi gemetaran, “De..Dewa Channing! Di..Dia..Dia bangkit?” segera Mereka setengah berlutut di hadapan Dewa Channing. “Sa..Salam Yang Mulia Dewa Channing, Perdana Menteri Kerajaan Dewa 13 Alam.” Diucapkan salam menyapa Dewa Channing. Stellina yang melihat semua ini, juga mendengar perkataan kedua prajurit itu tercenung. ‘Dewa ini bernama Dewa Channing, dan adalah Perdana Menteri Kerajaan Dewa 13 Alam?’ Matanya mengamatin Dewa Channing yang ternyata melihat ke Dia. Tampak Dewa Channing tersenyum, membuat ketampanannya tampak indah dimata Stellina. Tapi kemudian Stellina tersadar, menepuk keningnya, ‘Mati Aku. Lepas dari Dewa Bruno, ditangkap Dewa Channing. Bisa-bisa Aku pulang sudah tidak bernyawa.’ Raut wajahnya berubah menjadi kecut cemas. Dewa Channing tersenyum geli mendengar suara hati Stellina. ‘Mana mungkin Aku membunuhmu, Dewi Penyelamatku? Mana mungkin pula kulepas Kamu pulang ke rumahmu, Aku harus tahu siapa Kamu, kenapa bisa membangunkanku dari kematian.’ Dewa Channing lalu dengan tenang bicara kepada Kedua Prajurit di depannya. “Kalian berdirilah.” Kedua Prajurit itu pelan berdiri, lalu kembali mengamatin Dewa Channing, penasaran kenapa Sang Dewa bisa bangkit saat ini. “Apa yang terjadi di luar?” Dewa Channing tidak memperdulika rasa penasaran Kedua Prajurit itu, “Lalu kenapa Kalian berani masuk ke dalam Ruang Es ini? Apa Kalian melupakan Peraturan yang dibikin Yang Mulia Kaisar Agung Brylee, bahwa hanya Tuanku Imam Bentley yang boleh masuk kemari?” Kedua Prajurit itu terkesiap, segera berlutut, “Ampun Yang Mulia. Kami terpaksa masuk kemari sebab diperintahkan Yang Mulia Dewa Bruno mencari Gadis muda yang membebaskan Bravee Hewan tunggangan Raja Arthur Raja Iblis. Bahkan Bravee membawa lari Gadis itu hingga ke Gunung Kramat ini.” Dewa Channing terkesiap mendengar semua ini, segera melihat ke Stellina, ‘Kamu membebaskan Bravee, dan Bravee yang membawamu ke Gunung Kramat ini? Siapa Kamu sebenarnya? Tidak mungkin Kamu dari Bangsa Black itu. Sosokmu sangat bersih dan cantik. Auramu itu Aura Dewi muda.’ Stellina menjadi kecut lagi melihat Dewa Channing memandangnya penuh tanya. Terbayang kembali akan dibunuh Dewa Channing. “Ooo begitu?” Dewa Channing kembali ke para Prajurit ini, menyadari pandangan matanya ke Stellina membuat Gadis itu ketakutan akan dibunuh olehnya, “Gadis yang Kalian cari tidak ada di sini. Dan tidak mungkin masuk kemari.” Ujarnya membohongi Kedua Prajurit itu. Kedua Prajurit ini menghela nafas. “Sekarang,” Dewa Channing bicara lagi, “Kalian kembali ke Dewa Bruno. Sampaikan ke Dia, tidak usah mencari lagi Gadis itu. Urus saja Bravee. Kalian dengar ini?” “Kami dengar Yang Mulia.” “Pergilah.” Kedua Prajurit itu berdiri, mundur tiga langkah, kemudian keluar dari Ruang Es. Dewa Channing menghembuskan nafas merasa lega. Lalu segera dia menarik Perisai yang melindungin Stellina dengan Six Sense di tangannya, segera mendekati Stellina, main dipeluk pinggang Stellina dari belakang, dan bicara ke Stellina. “Ayo ikut Aku. Kamu sementara di Istanaku di Kerajaan Dewa 13 Alam.” Lalu membawa Stellina keluar dari Ruang Es sebelum Stellina bicara apa pun. Begitu berada di luar, mereka mendengar suara Bravee yang melengking, dan melihat Bravee mengamuk. Hewan itu menyembur-semburkan Api ke Dewa Bruno dan Pasukan Kerajaan Dewa 13 Alam. Bahkan menyerudukkan Tanduknya ke para Dewa dan Pasukan tersebut. Lalu tampak Dewa Bruno terbang ke sana kemari sambil melepas Six Sensenya ke Bravee. Ada yang kena, ada yang meleset. Saat kena, Bravee terpelanting ke sembarang arah. Namun Bravee pantang menyerah. Bravee harus menghabisi Mereka yang membuatnya kehilangan Stellina yang disayanginnya. Air mata Stellina menitik melihat Bravee babak belur melawan para Dewa dan Pasukan ini. Stellina sangat menyayangin semua Hewan, kecuali Reptil. Dia tahu Bravee kehilangannya sehingga mengamuk seperti ini. Dewa Channing melihat Stellina menangisin Bravee. Satu sisi hatinya tahu bahwa Stellina tidak tega melihat Bravee babak belur mengamuk. Sisi lain Dia semakin penasaran kenapa Bravee bisa bertemu dan saling menyayangin sama Stellina. Bravee merasakan ada Stellina tidak jauh darinya, matanya menyisirin sekitar, berusaha menemukan Stellina. Dewa Channing tahu hal ini, cepat menjentikan jari tangan kanannya ke Udara, dan sekejap mereka berada di tempat lain yang masih bagian Gunung Kramat. “Kamu di sini dulu.” Dewa Channing bicara ke Stellina sambil satu jarinya menyeka air mata di kedua sudut mata Stellina yang indah ini. “Tidak boleh kemana-mana pun sampai Aku menjemputmu. Paham?” diberi instruksi agar Stellina menunggunya di sini. Stellina menganggukan kepala, membiarkan Dewa Channing pergi. Dewa Channing berhenti tidak jauh dari arena duel Bravee, diulurkan satu tangannya ke udara, lalu tampak angin bertiup kencang, disertain suara gemuruh. Kemudian terlihat Kilat melesat cepat menuju Gunung Kramat tempat penyimpanan semua Senjata dan Six Sense dari Dewa Dewi yang disemayamkan di Gunung Kramat. Kilat lalu masuk ke ujung sebilah Pedang Emas Putih yang bersinar merah menyala seperti Api, membuat Pedang itu bergerak, kemudian melesat terbang keluar dari Gunung Kramat. Kejadian itu dilihat Kaisar Agung Brylee dan semua Dewa Dewi di Kerajaan Dewa 13 Alam. Mereka saling pandang, sebab Pedang itu milik Dewa Channing. Bagaimana bisa Pedang itu aktif kembali sedangkan Pemiliknya sudah meninggal 50 Ribu Tahun lalu dalam Pertempuran Bangsa Dewa dengan Bangsa Black, di Menara Barat dan Gunung Kramat. Imam Bentley dan Dewa Zhao Yang yang baru tiba di Gunung Kramat, juga melihat kejadian aktif kembali Pedang milik Dewa Channing. Keduanya saling memandang, ‘Bagaimana bisa itu terjadi?’ lalu melihat ke arah depan Dewa Bruno dan Pasukan Kerajaan Dewa 13 Alam yang mengepung Bravee. Pedang yang melesat itu tiba di hadapan Bravee, lalu mengeluarkan Sinar Biru yang langsung mengurung Bravee, dan mengirim Hewan malang ini ke Kolam Neraka tempat menyegel Hewan seperti Bravee. Setelah itu tampak Dewa Channing memegang gagang Pedang tersebut. “Dewa Channing?” Dewa Bruno menatap tidak percaya Dewa Channing di hadapannya. “Yang Mulia Dewa Channing?” Dewa Zhao Yang tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, “Tuanku Imam Bentley.” Ditegurnya Imam Bentley yang sama sepertinya merasa tidak percaya melihat Dewa Channing yang sudah meninggal bisa hidup kembali, “Itu Yang Mulia Dewa Channing kan?” Imam Bentley menghela nafas pelan, “Demi Alam Semesta. Ada hal yang belum diselesaikan Channing, sehingga dibangkitkan dari kematian.” Sementara di tempat lain, Stellina resah sebab Dewa Channing tidak kunjung menjemputnya. Dia pun keluar dari tempatnya bersembunyi ini. “Sudah lah tidak usah Aku tunggu lagi Dewa Channing.” Stellina menghela nafas, “Baiknya Aku kembali ke..” perkataannya terhenti sebab Tiga Prajurit Kerajaan Dewa 13 Alam berdiri di depannya. Dan belum lagi Dia sempat melarikan diri, Dua Prajurit langsung mencengkram kedua lengannya, ditarik pergi. Saat bersamaan Dewa Channing tidak berminat menyapa Dewa Bruno dan Pasukan Kerajaan Dewa 13 Alam, segera pergi dimana Pedang miliknya sudah tersimpan di dalam Telapak Tangan kanannya. Dia segera ke tempatnya menyembunyikan Stellina. “Astaga!” desaunya melihat Stellina digiring Dua Prajurit dan Satu Prajurit lainnya, “Hayah kenapa Gadis ini tidak patuh ke Aku? Lihat Dia ditangkap Pasukan Kerajaan Dewa 13 Alam.” Desaunya lagi melihat penyebab kenapa Stellina tertangkap juga. Dia mau menolong, namun matanya melihat Panglima Dante menghadang Ketiga Prajurit itu, mengeluarkan Token Perintah dari Imam Bentley dimana para Prajurit itu memberikan Stellina ke Panglima Dante dan Pasukan Istana Kerajaan Dewa 13 Alam. “Syukurlah Dante datang menolong Gadis itu.” Dia merasa lega, “Pasti Dante diutus Tuanku Bentley yang bijaksana itu. Tuanku Bentley tahu Gadis itu tidak bersalah.” + TO BE CONTINUE +
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD