Ruang kantor itu tampak sunyi. Hanya ada pendingin udara yang terdengar menjadi saksi ketika sesosok tubuh tampak berjalan mondar-mandir di dalam ruangan.
Ia adalah Andini.
Seharian ini di kantor Andini uring-uringan.
Mejanya tampak berantakan oleh berkas yang tampaknya tak ia sentuh sama sekali.
Andini beruntung pekerjaannya tak begitu banyak hari ini.
Sehingga ia bisa memfokuskan pada masalah yang kini menderanya.
Ia gemas luar biasa. Tak percaya semua mimpinya selama lima tahun ini berhasil dirampas oleh wanita yang ia pikir hanya sebatas tukang dekor.
Ya Tuhan, aku pikir sainganku wanita papan atas, ini hanya tukang dekor acara ultah anak-anak. Benar-benar memalukan!
Andini mulai mengumpulkan potongan pertemuan antara Dayan dan Nazla. Bak sebuah puzzle , otaknya mulai merapat
