awal yang baik

562 Words
setelah tuan rumah menyambut kami & bapak juga sudah datang dari masjid. " loh ada tamu?" wajahnya fokus tertuju ke arahku, beliau menyalami kami semua & kembali fokus padaku. "ustad Askari Baihaqi?" tanyanya mencoba memastikan. deg.. sejenak hatiku mulai kembali tak terkontrol, bapaknya tau namaku? "injih leres pak" ku anggukan kepala membenarkan pertanyaat beliau. " wah suatu kehormatan bagi saya & istri bisa kedatangan tamu ustad muda kondang seperti anda" jawabannya begitu ramah, tapi sedikit berlebihan terdengar di telingaku. " saya tidak sehebat itu pak, karna alloh yg sudah berbaik hati menutup aib saya" " iya ya, kalau begitu pertama izinkan saya mengenalkan keluarga saya. ini istri saya aisyah, saya sendiri ahmad nawawi" "salam kenal kembali saya Askari Baihaqi, ini mas ipar saya Aji Purnomo, & sodara kami Pak Leman" kami berbincang panjang lebar, mashaalloh sekali karna saya di buat takjub dengan cara mereka menyambut tamu, mereka tidak to the poin menanyakan tujuan kami, tapi lebih banyak membuat kami berbicang santai melepas lelah, setelah ibu menjamu kami semua makan baru bapak bertanya tentang apa tujuan kami datang. " jadi nak Baihaqi, apa yg membawa orang sibuk seperti panjenengan, rela meluangkan waktu, datang ke plosok desa & singgah di gubuk kami ini?" deg. aku terus saja di buat kagum dengan laki2 yang guratan wajahnya penuh dengan kewibawaan itu. "ekhem" aku berdehem sejenak untuk memperbaiki suasana hatiku yg kembali gugup. "saya dan kaka saya datang kesini, untuk melamar putri bapak, GENDIS FARADIBA DEVINA" ucapku tegas. "panjenengan kenal Gendisku?" " belum kenal pak, hanya kami kemarin di pertemukan di satu sajelis" " subhanalloh walhamdulillah" terlihat senyum kebahagiaan di wajah beliau, sementara ibu hanya diam dan jadi pendengar. "apa yg membuat panjenengan yakin ingin menghitbah putri saya?" "saya sudah mencatat semua di CV saya pak, bapak boleh periksa dulu" "CV??? apa begini cara ulama besar meminang putri orang? tanyanya heran. "anu, saya tidak tau harus mulai dari mana. jadi saya menuliskannya saja" senyum kembali mengembang di bbir lelaki paruh baya itu, bahkan lebih lebar dari sebelumnya. "saya hanya bercanda nak", ungkapnya seraya menepuk bahuku, mas aji yg sedari tadi bisu cuma ikut menimpali tawa yg terdengar mengejekku. "pake cv segala loh buk lengkap dan seperti sudah sangat di persiapkan" beliau menunjukan kertas yg berisis biofata kepada istrinya. " mashaalloh nak, panjenengan itu orang penting, orang terpandang, apa panjenengan yakin ingin menghitbah putri kami yang sikapnya saja suka pencila'an?" kuhela nafasku pelan kemudian menghembuskannya. " saya bukan siapa2, saya tidak memandang jodoh saya dari segi tertentu, jikapun dia bukan orang baik maka akan menjadi kewajiban saya untuk membimbingnya" terangku tanpa ragu sedikitpun. " kami sebagai orang tua mendukung dan menerima lamaran ini, tapi bagaimana dengan ibu & bapak panjenengan?" "insyaalloh bapak & ibu saya akan setuju, tapi bagai mana dengan Gendisnya sendiri?" lagi2 bapak menyunggingkan senyum yang menenangkan. "Gendis urusan kami nak, insyaalloh jika kalian benar berjodoh alloh akan permudah. bawalah ibu dan bapakmu kemari kita akan bicarakan bagaimana nanti selanjutnya" kini senyumku mengembang sempurna ku jawab permintaan abah dengan anggukan mantap. " insyaalloh secepatnya bah" " tapi mohon maaf, Gendis kami sedang tidak ada di rumah, dia sedang ada jadwal mengisi acara di luar kota & kemungkinan besok baru pulang". "tidak apa2 pak, segini saja sudah cuku, kami mau pamit pulang dulu" karna hari sudah semakin malam kami pamit undur diri, peraaaanku saat ini tidak bisa ku jelaskan dengan apapun.hanya alhamdulillah yg tak henti2nya ku ucapkan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD