BAB 3

1177 Words
Kerumunan yang tadi gaduh mulai berbisik-bisik menyebalkan, telingaku panas. Aku semakin meremas wajahku frustasi seiring dengan dadaku yang semakin sesak. Sebenarnya apa yang terjadi, apa! Aku merasa orang yang paling bodoh disini. Hey, aku tak pernah memikirkan sekolah akan se asik ini. Telingaku mendengar derap kaki mendekati kami, saat melihat sepasang sepatu yang aku kenali dan si empunya berjongkok di sampingku, aku memukul kakinya dengan keras sebagai ucapan selamat datang. Oy, darimana saja kau! Sebagian nampak semakin meringis histeris, bagian lain geram namun tak dapat berbuat banyak, dan sisanya yang aku benci. Mereka tertawa puas dan malah menyemangati si Miskin membuatnya semakin besar kepala saja. "Gapapa ko, Mey. Lo tenang dulu, ya." Bisiknya lirih mengejutkanku tepat di telinga kiri, kemudian kepalanya mendongak kembali mencari seseorang. "Fa, nitip adek gue ya. Bawa ke UKS," pintanya dengan satu tangan melambai dan lainnya masih mengusap rambutku lembut. Alfa memapahku hati-hati, seakan dia takut tulangku lepas saat ia angkat, kerumunan menyingkir memberi jalan. Kejadian selanjutnya aku tidak tahu, aku hanya mendengar suara benturan sangat keras, dan tawa Aji kemudian. Jarak yang hanya 100 meter menuju lantai bawah seakan memanjang dan berkali kali lipat sejauh mata memandang, beberapa melirikku namun tak sampai 3 detik kembali berdesak desakan menonton kejadian di dalam kelas, tempat ia sebelumnya sudah ditempati orang lain dan harus dia dapatkan kembali.  Tidak ada yang istimewa sebenarnya, Nopal bukan termasuk anak yang famous di sekolah, begitupun beberapa temanku yang lain, wajahnya tidak ada yang mencolok. Enggak ganteng ganteng amat apalagi masuk most wanted, jauh. Tapi pengecualian untuk Alfa, sebagai wakil PMR 1 dia cukup dikenal, wajahnya juga bersih meskipun gak putih putih amat. Tidak banyak juga anak olimpiade disana, memang ada yang cantik dan satu angkatan pasti mengenalinya, cantik, pintar, humoris. Bukan cuma satu, tapi beberapa. Namun tidak termasuk aku pastinya, tapi yang harus kamu tau, kebanyakan senior paskibra dari kelas kami. Mental mereka cukup kuat baik itu seorang perempuan.  Pandanganku memburam saat langkah ke 15, aku sudah menahannya hingga melotot habis habisan agar tetap fokus, namun nihil. Kakiku sudah tak tau caranya menopang berat badanku sendiri, aku limbung, hanya melihat remang remang wajah Alfa dan Naswa yang khawatir. Lalu, semuanya gelap. Hari mulai terik saat aku terbangun, cahaya matahari tidak lagi menembus gorden, mataku mengerjap beberapa kali untuk menetralisir pembiasan cahaya lampu yang menyilaukan, seperti halnya orang lain melihat ruangan berbeda. Akupun mencari orang lain untuk menanyakan keberadaanku saat ini, mataku melirik dan belum berani menoleh sepenuhnya, masih sedikit pusing.  Yang aku lihat hanya Nopal yang sedang asik memainkan ponselnya, Naswa yang sibuk memasukkan keripik balado ke mulutnya, dua pengurus UKS, dan tiga gadis yang baru datang dengan salah satu yang mengoceh dan dua di antaranya hanya mengiyakan. Aku tak bergerak sama sekali saat sayup sayup alunan musik terdengar mengalun membuat mataku kembali terpejam. Segala cara telah kucoba Agar aku bisa tanpa dirimu Namun semua, berbeda Sulitku menghapus kenangan bersamamu♪♪ Aku mengingat seseorang yang telah menjadi bagian dari diriku sendiri dengan hitungan satu kali melahirkan. Cukup lama dia bisa bertahan dengan gadis buta menyebalkan sepertiku. Ku ingin saat ini, engkau ada di disini Tertawa bersamaku, seperti dulu lagi Walau hanya sebentar, Tuhan tolong kabulkanlah Bukan diri ini tak terima kenyataan Hati ini hanya rindu Hanya rindu Aku rindu kamu, Hil. -♪♪ Seperti halnya langit kemarau merindukan hujan. Aku merindukanmu juga. Apa kamu baik saja? Aku, aku harus pergi kemana lagi untuk mengeluh. Aku takut, kenapa semua orang terasa menyebalkan di sekali waktu padahal mereka tidak melakukan apapun. Hey, kembalikan duniaku yang gelap. Dan kemarilah sebagai pengganti mataku menceritakan dunia yang kamu sebut sangat menyenangkan ini. Saat tiba tiba aku merasakan ada yang menyeka air mataku, aku pun mulai sadar. Sejak kapan mata b*****h ini berair, lagi? Aku memalingkan wajah tanpa membuka mataku sedikitpun, menghindari tatapan bingung Nopal. Namun tiba-tiba mulutku terbuka begitu saja setelah hening satu dua menit berkutat dengan pemikiran kita masing masing, "Sehila dimana, Pal? Padahal baru sehari, tapi rasanya gue mau nyerah sekarang juga. Capek." Dia terkejut bukan main, kursi yang dia duduki berdecit mundur. Ekspresinya yang gugup berusaha mencari jawaban sekenanya, namun nihil. Ia hanya menjawab pertanyaanku dengan berdehem sebelum air matanya-pun ikut jatuh, segera Nopal mengusapnya kasar. Dia fikir aku tidak lihat dia menangis seperti itu? Bodoh. "Sehila akan pulang, dia akan pulang dan memperbaiki semua hal yang udah dia mulai. Semua bakal baik-baik aja. Nanti keluarga kita bisa kumpul lagi, tinggal sama-sama seperti dulu. Bisa merayakan ulang tahun dengan kembang api di halaman rumah sama-sama." "Janji? Nopal gak akan bohong kan?' "Janji." Nopal bangkit dan meninggalkan aku tanpa membahas apapun lagi, ujung mataku mengikuti punggungnya yang menjauh dan menyibak tirai pembatas perempuan tanpa ekspresi, Naswa yang tersadar langsung menghampiriku dengan segala pertanyaan anti mainstreamnya. "Aman." Interupsi Naswa tiba tiba membuatku bingung, ada 3 perempuan di sana. Berjajar di antara kusen pintu, hingga akhirnya mereka masuk dan membuat ramai UKS, beruntung tidak ada pasien lain. Tiga siswi tadi hanya mengambil ponselnya yang tertinggal dan kembali menyusuri koridor siap berebut makanan di kantin. Beruntung sudah bukan pasien. Mereka membahas banyak hal, yang menjawab keadaanku sekarang juga Naswa karena aku malas berbicara sedikitpun. Bosan memandang tembok putih, aku menoleh ke arah pintu berharap angin tiba tiba datang cukup besar dan membuat segar ruangan. Saat itulah aku melihatnya, saat kami berbincang. Dia melewati pintu UKS yang masih terbuka, menatapku dengan memamerkan smirk puasanya.  Oh, si miskin i***t lagi ternyata. Dia mengikutiku? Heh! Tapi dengan hansaplas di ujung bibir dan pojok kiri dekat pelipis itu, sepertinya aku tau siapa yang kalah tadi.  Teman temanku melihat ke arah pandanganku, semua kosong. Aku mimpi? Tentu tidak, dia saja yang mungkin sejenis jin. Bisa muncul dimana saja. Telapak tangan Anisa tiba tiba mengayun dan mengelus pipiku perlahan dengan senyum lembut seakan mengerti dan membuatku tetap tenang. Aku kembali berkaca kaca karena tersentuh atas perilakunya. Perempuan yang kami panggil umi itu memang punya kepribadian kalem kalem nenangin, udah cocoklah jadi mama mama beneran. Berbanding terbalik dengan Naswa. -------------- Aku masih menunggu di ruang kelas, menunggu pintu sedikit lenggang. Aku yang memaksa ke kelas, kan lumayan bisa ikut KBM walau gak full, setidaknya masih tetap belajar meski gak produktif. Nopal bilang dia ada latihan paskibra sore ini, dan aku hanya dia izinkan menonton di tepi lapang, tidak boleh pergi kemanapun. Dasar aki aki pemaksa. Aku membereskan buku yang berserakan, satu kertas di antaranya milik Naswa, doodle dengan tulisan Naswa Kyung-soo.  Heh? Pulpenku dimana? Aku kembali panik dan berjongkok disamping meja, takut takut terjatuh dibawah kursi. Astaga, sudah hilang lagi saja. Kan baru, padahal. Pandanganku terangkat saat mendengar seseorang memanggilku, kembali aku menolak ajakan Sinta, membayangkan reaksi Si Nopal membuatku meringis sendiri. Dalam situasi seperti ini jangankan bertanya, melirikku saja dia jijik sepertinya. Aku bangkit keluar dengan malas setelah pamit kepada beberapa cleaning service di dalam kelas. Tanganku melambai ramah untuk kesekian kalinya saat seseorang menyapaku, perutku lapar. Dan di paksakan berjalan membuatnya semakin berisik saja, sekolah juga sudah mulai sepi. Hanya di isi anak organisasi dan beberapa siswa yang piket kelas. Mau ke kantin harus putar balik, males banget. Jauh. Walaupun Hanya 50 meter dari tempatku berdiri, namanya malas ya tetep saja malas.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD