2 Message in The Bottle

1071 Words
"Selamat! Kau terpilih menjadi temanku"  ******  "Selamat pagi, semuanya", sapa Ms. Charlotte, si kepala pelayan yang merangkap sebagai tangan kanan Mr. Shone, manajer Le Paradis.   "Selamat pagi, Ms. Charlotte",ucap seluruh pelayan.   "Ok. Good, pagi ini kita akan menyiapkan cafe ini seperti biasa. Semua harus sempurna agar para pelanggan puas dengan cafe ini. Perhatikan kebersihan setiap sudut cafe ini, pukul 13.30 kita berkumpul kembali",ucap Ms. Charlotte   "Baik, Ms. Charlotte",ucap seluruh pelayan Le Paradis.   "Good. Sekarang mulailah bekerja",ucap Ms. Charlotte yang kemudian jalan berbalik menuju ruang kepala pelayan.   Seluruh pelayan mulai mempersiapkan cafe sedemikian rupa. Ya. Cafe ini sangat perfectionist, sedikit saja table cloth tidak terpasang dengan simetris, maka Mr. Shone akan menyinggung kinerja seluruh pelayan. Sadis memang. Tapi itulah yang membuat Le Paradis menjadi tempat yang indah.   "Huft! Aku sangat gugup, Am!",bisik Rossy.   Amy terkikik melihat keringat yang mengalir di dahi Rossy. Rossy adalah tipe gadis yang mudah gugup, apabila ia sedang gugup maka keringat dingin akan mengalir deras di dahinya. Sedangkan Amy adalah tipe gadis yang menanggapi segalanya dengan tenang, sehingga keringat yang ia keluarkan saat ini normal akibat aktifitasnya.   "Tenang, Rose. Semua akan baik-baik saja. Lihat, bisa-bisa make up-mu nanti luntur",ucap Amy seraya memberikan tissue yang selalu ia bawa di kantung roknya.   "Tapi ini benar-benar membuatku gugup, Am. Bagaimana kalau pelanggan tidak menyukai cara kerjaku nanti? Apa penampilanku sangat buruk dengan keringat sialan ini, Am?"ujar Rossy panik.   Amy tersenyum menarik lengan Rossy ke depan kaca yang terpasang indah di dinding dengan ukiran khas eropa sehingga membuat cafe itu terlihat sangat artistik. Ia berdiri di belakang Rossy, tubuhnya yang hanya setinggi pundak Rossy membuat Amy sedikit berjinjit.   "Look at you. Kau itu sungguh cantik, Rose. Hampir mendekati sempurna kurasa. Jadi tak ada yang perlu kau risaukan, aku yakin seyakin-yakinnya para pelanggan akan menyukaimu. Berhentilah rendah diri seperti itu, Rose",jelas Amy.   Rossy menghela nafasnya menatap dirinya lalu bergantian menatap Amy dari cermin.   "Aku tidak sepertimu yang pandai berbaur dengan orang baru, Am. Buktinya hanya kau satu-satunya sahabat yang kupunya. Kau juga terlihat menarik dengan kulit eksotis itu",ucap Rossy.   "Kau mengigau ya? Lihat aku. Tubuhku gempal, tinggiku hanya rata-rata yang hampir mendekati pendek. Kulitku coklat karena terlalu sering main di pantai. Apa yang kau sebut eksotis, Rose",balas Amy   "No, Am. Lihat, matamu yang berwarna coklat madu itu membuat siapapun tidak akan bisa mengalihkan pandangannya. Dan rambutmu yang sebagu dengan warna kemerahan akibat sinar matahari sungguh keren",bisik Rossy.   "Sudahlah, intinya kau tidak perlu gugup. Semua akan baik-baik saja. Jadi ayo kita lanjut bekerja",ucap Amy yang menarik lengan Roasy untuk kembali ke meja yang tengah mereka persiapkan masing-masing.   *****   Seluruh pelayan telah berkumpul kembali, waktu menunjukan pukul 13.30, Ms. Charlotte tengah berkeliling memeriksa hasil pekerjaan para pelayan Le Paradis. Bibirnya sedikit tertarik melihat karya anak buahnya. Memuaskan.   "Baik, kurang dari 2 jam lagi cafe akan buka. Kalian kuberi waktu satu jam untuk beristirahat sebelum melayani para tamu",ucap Ms. Charlotte.   Amy dan Rossy mengembangkan senyum mereka. Mereka berjalan ke arah pantai yang berada di wilayah pribadi milik Le Paradis. Pantai yang dipenuhi batu-batu besar dengan pasir putih yang berkilat bagai taburan berlian di bawah paparan sinar matahari. Mereka tengah melihat pemandangan perumahan elit yang berada di kotanya. Salah satu keunikan Le Paradis adalah posisinya yang lebih tinggi dari kota, sehingga terlihat pemandangan kota yang indah menurut Amy dan Rossy.   "Yang mana rumah impianmu, Rose?",tanya Amy.   "Yang itu, mansion mewah dengan pilar-pilar kokoh akan menjadi rumah impianku"   Amy ikut melihat rumah yang di tunjuk oleh Rossy. Sebuah mansion mewah yang sangat besar. Amy kurang menyukainya. Menurutnya itu terlalu 'wah'.   "Hmm… seleramu sungguh nyentrik",ujar Amy   "Kalau kau, yang mana rumah impianmu?"   Amy tersenyum. Menunjuk rumah yang lebih sederhana bergaya klasik dengan menara kecil di atasnya.   "Yang itu. Rumah dengan menara kecil, dan menara itu akan menjadi galeri lukisanku"    Rumah dengan menara kecil, dan menara itu akan menjadi galeri lukisanku" Ya. Amy sangat suka melukis. Ia selalu bermimpi bisa sekolah di SODA (School Of Design and Art). Tapi melukis hanya bisa menjadi hobinya. Kenyataannya, ia kuliah di salah satu universitas swasta di kotanya dengan jurusan public relations.   "Wow, rumah yang indah",ujar Rossy.   "Yup! Sangat indah"   "Now. wake up, Am. Back to the earth, waktunya upik abu kembali menjadi pelayan",ujar Rossy seraya menarik lengan Amy.   Amy menghela nafasnya.   "Baru segini saja sudah cukup melelahkan ya Rose, apalagi nanti saat melayani para tamu itu",keluh Amy   "Hei, kita mendapatkan pekerjaan ini dengan susah payah, kita tidak boleh menyerah. Ini baru permulaan, Am",ujar Rossy. Amy tersenyum memeluk lengan sahabatnya   "Oh, Rossy. You're my everything!",pekik Amy   "Aiiih, Am. Apa-apaan kau ini, lepaskaaan",seru Rossy.   Mereka tertawa seraya berlari sepanjang pantai. Tiba-tiba kaki Amy terkatuk sesuatu disertai bunyi kaca yang membentur bebatuan. Amy menghentikan kakinya, ia mengernyit melihat bekas botol anggur tebal berwarna buram. Ia menghela nafasnya dengan kesal. Ia membungkuk mengambil botol anggur tersebut.   "Apa itu, Am?",tanya Rossy yang berdiri dibelakangnya.   "Sampah laut, seseorang membuang botol anggur ini kelaut dan hampir saja aku tersandung karena botol minuman mahal ini",jawab Amy. Ketika Amy mengangkat tangannya hendak membuang botol tersebut kembali ke laut Rossy mengernyitkan dahinya saat melihat benda di dalam botol tersebut.   "Tunggu, Am. Sepertinya ada sesuatu di dalam botor anggur itu"   Sontak Amy menghentikan gerakannya. Ia memperhatikan botol itu dengan seksama. Tutupnya disumpat oleh gabus tebal, dan benar saja. Ada sebuah kertas tergulung di dalam botol anggur tersebut. Amy berusaha membuka gabus tersebut tapi ternyata sangat sulit. Ia mengambil penjepit tutup botol yang selalu berada di dalam kantung apron-nya. Seketika gabus tersebut terbuka dan hancur karena jepitan pembuka tutup botol yang kuat.   Amy membalikan botol tersebut dan gulungan kertas jatuh di atas telapak tangannya. Senyum Amy merekah menatap Rossy.   "Ini surat Rose!",seru Amy   "Cepat baca",ucap Rossy.   Dengan sigap Amy membuka gulungan kertas tersebut.   Selamat! Kau terpilih menjadi temanku..   Namaku Daniel D. Stanley VI. Aku seorang laki-laki berumur 7 tahun. Entahlah, aku tidak memiliki teman. Aku harus terus berpindah-pindah negara karena mengikuti orang tuaku. Karena itu aku menulis surat ini, dan kau adalah orang yang beruntung mendapat teman pena sepertiku. Jika kau menemukan surat ini, aku berharap kau membalas suratku.   Daniel D. Stanley VI Rosewood Street 57 London, United Kingdom   Amy merasa sedih membaca surat dari bocah tersebut.   "Benar-benar anak yang manis. Kau harus membalas suratnya, Am",saut Rossy.   "Pasti",ucap Amy. Ia membayangkan seorang bocah laki-laki kesepian menulis surat ini , memasukan surat ke dalam botol anggur dan membuang botol berisi suratnya ke laut.   Amy memasukan kembali surat itu dalam botol, lalu mereka kembali melanjutkan langkah untuk ke Le Paradis. Memulai hari pertama mereka.   *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD