3 Le Paradis

1376 Words
"Inilah yang dikatakan takdir" ******  Hari mulai malam, pengunjung Le Paradis semakin malam justru semakin ramai. Jujur saja, Amy sangat menikmati hari pertamanya bekerja. Semua begitu sempurna tanpa ada kendala. Faktor terbesar yang melancarkan pekerjaannya malam ini adalah tamu-tamu Le Paradis yang terdiri dari pria dan wanita paruh baya dari klub elit kapal pesiar di kotanya.   "Am, bisakah kau mengantar ini ke meja 19? Aku dipanggil Ms. Charlotte ke ruangannya",pinta Erik, rekannya.   "Ok, serahkan padaku",ujar Amy.   Ia menerima baki dengan 5 gelas kristal berisi cocktail dan mocktail di atasnya. Dengan gerakan yang luwes ia melenggang di tengah keramaian Le Paradis. Tapi tiba-tiba langkahnya membeku melihat sekumpulan anak muda bergaya borjuis sedang menertawai hal yang mereka bicarakan.   Gawat, bisakah aku? Pikir Amy. Tubuhnya gemetar terbukti dari baki yang dibawanya bergetar.   "Jangan takut, mereka tidak akan menerkammu. Yah.. walaupun laki-laki berambut pirang itu sepertinya akan sedikit menggigit"   Sontak Amy berputar dan hampir menumpahkan bakinya. Ia tercengang melihat seorang pria yang... sangat tampan dengan sigapnya memegangi baki yang dibawanya.   "Woah! Tenang jangan panik, kau bisa menjatuhkan gelas-gelas ini",ucap pria itu sedikit panik.   "Itu adalah mimpi buruk! Bayangkan wajah Ms. Charlotte dan Mr. Shone jika sampai hal itu terjadi",jawab Amy otomatis.   "Oke. Aku tak mengerti yang kau bicarakan, nona",jawab pria itu   "Kau tampan", Amy membelalak mendengar omongannya yang terlontar begitu saja.   Pria itu mengernyit menatap Amy yang pucat dengan bingung.   "Kau bilang aku apa?",tanya pria itu.   Amy memejamkan matanya dengan geram.   "Tembak aku sekarang!",ucapnya dengan suara tertahan. Sontak pria tampan tersebut tertawa terbahak-bahak melihat tingkah konyol pelayan dihadapannya. Amy melihat pemandangan tersebut dengan tak berkedip.   Mata coklat. Rambut sedikit coklat kemerahan akibat sering terjemur matahari. Kulit yang hampir menyerupai warna tembaga. Bibirnya yang penuh. Dan alisnya yang tertata rapi menyempurnakan wajahnya.   "Kau sangat menarik",ujar pria tersebut dengan senyum yang membuat siapapun meleleh melihatnya.   Amy tersipu mendengar pujiannya.   "Well, aku saja yang membawa baki ini. Kemana nona?",tanyanya.   Amy terkikik melihat pria itu. Ia sedikit berdeham mengangkat dagunya bak nyonya besar.   "Ke meja 19, dan ingat! Jika kau sampai menjatuhkan gelas-gelas itu, kau berurusan dengan Mr. Shone",ancaman Amy membuat pria itu terkekeh.   "Aku akan berhati-hati nona",balasnya dan berjalan dengan langkah tegap ke arah meja yang dituju.   "Silahkan",ucap pria tersebut seraya membagikan minuman tersebut.   Setelahnya pria itu berdiri tegap dengan posisi tangan kebelakang membawa baki.   "Ekhem.. perhatian semuanya. Malam ini, saya ingin mengenalkan pada pelayan terbaik di cafe ini. Dia bernama... Amy. Jadi tolong perlakukan nona Amy dengan baik",ujarnya seraya mengintip name id milik Amy sebelum melanjutkan omongannya.   Amy tersipu mendengar ucapan dari tamu tampan dihadapannya. Suara bisikan terdengar dari meja sekitar yang mendengar ucapan .   "Aw dia manis",saut salah seorang gadis yang duduk di samping meja tempat berkumpul lelaki muda borjuis itu.   Setelahnya pria itu berpamitan dengan Amy ketika para tamu tersebut mulai memesan menu kepadanya.   Selesai mencatat pesanan pelanggan, dengan langkah tergesa ia pergi ke loket kitchen dan meneriakan pesanan. Setelahnya ia masuk ke dalam ruangan para pelayan.   "Itu dia! Itu dia! Itu dia!!!",seru Amy seraya melumpat di tempat.   "Apanya yang itu dia?",tanya Rossy   "Cowok impianku, Rose",jawab Amy bersemangat.   "Yang mana?",saut Kevin, rekan Amy dan Rossy yang kata para pelayan terkenal sebagai biang gossip di Le Paradis. Amy mengedarkan pandangannya melalui kaca bulat di tengah-tengah pintu yang diikuti oleh Rossy dan Kevin. Mereka terlihat seperti pengintip. Amy menemukan sosok dash di salah satu meja Le Paradis.    Amy menemukan sosok dash di salah satu meja Le Paradis "Itu.. pria tampan beralis tebal dengan kulit berwarna tembaga yang seksi yang duduk di meja nomor 58. Itu cowok impianku",jelas Amy bersemangat.   "Hmm.. sebagai sesama pria aku mengakui laki-laki itu cukup menarik",ucap Kevin   Amy mendengar suara helaan nafas dari Rossy.   "Kenapa Rose?",tanya Amy.   "Kau lihat pria tinggi berkulit putih yang duduk di sebrang cowok impianmu?",tanya Rossy. Amy dan Kevin mengangguk menatap Rossy.   "Itu cowok impianku",ucap Rossy seraya memperlihatkan deretan gigi putihnya. Amy memandangnya dengan penuh semangat.   "Astagaa, selamat datang di dunia cowok impian para cewek",erang Kevin. Amy terkekeh menepuk bahu Kevin.   "Kau juga, carilah cewek impianmu, Kev",ujar Amy.   "Gadis rambut hitam berkacamata dengan choker dilehernya cantik dan sepertinya cocok untukmu",saut Rossy menunjuk salah seorang gadis di meja pria tampan yang disukai Amy.   Kevin mendengus melihat wanita yang dipilih oleh Rossy.   "Tiiidak, berhubungan dengan wanita seperti itu membuat pegal. Lihat saja gayanya yang glamor, bisa-bisa aku bangkrut. Kaliankan wanita, kami para lelaki punya beban tersendiri saat mendekati wanita yang status sosialnya di atas kami. Lagipula, sudah pasti ia anak dari anggota club kapal pesiar yang borjuis itu",jelas Kevin.   "Oh, Kev.. tak kusangka biang gossip sepertimu memikirkan hal seperti itu!",seru Amy   Kevin berdecak, "aku bukan biang gossip, Am. Hanya mencari fakta isu yang beredar",balasnya   "Itu sama saja, bodoh",saut Rossy yang disertai tawa dari ketiganya.   "Aku mendengar kata-kata cowok impian disini"   Amy, Rossy, dan Kevin tersentak kaget saat tertangkap basah sedang mengintip oleh Ms. Charlotte.   "Ehm.. itu Miss, Amy dan Rossy ingin mengetahui nama cowok impian mereka yang duduk di meja 58",saut Kevin yang mengundang pelototan dari Amy dan Rossy.   "Oh ya? Coba kulihat",ujar Ms. Charlotte yang tak disangka tiba-tiba ikut mengintip dari balik kaca pintu.   "Hmm.. kalian tertarik dengannya?",tanya Ms. Charlotte.   Amy dan Rossy mengangguk dengan wajah merona.   "Ok. Let's see",ujar Ms. Charlotte yang tanpa diduga keluar dan berjalan menuju meja para cowok impian.   Amy, Rossy, dan Kevin kembali mengintip dengan penuh minat. Tampak Ms. Charlotte berbincang dengan lihai kepada kawula muda tersebut.   Tring!   "Table number 19 ready!",seru chef dari dalam kitchen.   Bel dari kitchen sudah berbunyi, artinya pesanan sudah siap diantar. Amy mengambil baki dan mengambil pesanan tamunya. Ketika membuka pintu tempat ia dan teman-temannya mengintip, Amy kehilangan keseimbangan dan hampir saja menjatuhkan piring yang dibawanya. Pria yang menjadi cowok impiannya terkekeh melihat dirinya kehilangan keseimbangan untuk yang kedua kalinya.   Dengan langkah hati-hati Amy mengantarkan pesanan tersebut. Setelahnya ia melihat meja 58 memanggilnya. Dengan menekan rasa gugupnya ia berjalan dengan memasang senyum terbaik yang ia punya.   "Well, nice dance",goda pria tampan tersebut.   "Hei, tidak baik berbicara seperti itu dengan pelayan",ujar gadis cantik berambut blonde yang duduk di samping cowok impian Amy.   Wow, dia sangat cantik! Apa dia kekasih cowok impianku ini? Ah bodohnya kau, Am. Kau lupa mengenai kemungkinan pria ini sudah memiliki kekasih, pikir Amy.   "Tenang, Prill. Aku dan Amy teman lama, iya kan, Am",ujar pria tersebut seraya mengedipkan matanya kepada Amy.   Amy tersenyum dan mengangguk kecil.   Oke. Teman lama, ingatnya dalam hati.   "Apa ada yang ingin dipesan?",tanya Amy.   "Segelas coke, dan lasagna bolognaise a la Paradis",ucap cowok impiannya.   "Kau mau apa, Priscilla?", tanya gadis cantik berkacamata dengan choker yang tadi ia omongkan di dapur.   Oke, namanya Priscilla, ujar Amy dalam hati.   "Aku tak ingin makan berat, aku kan sedang diet, blink",jawab Priscilla.   Blink, ingat Amy lagi.   "Ehm.. Caisar Salad dan diet coke",ujarnya sedikit angkuh.   "Kau apa Nick?",tanya Blink.   Oke, cowok impian Rose bernama Nick, pikir Amy bersemangat.   "Aku nanti saja, masih malas",ujar pria bernama Nick tadi.   "Kalau begitu, sudah itu saja",ujar Blink pada Amy.   Amy tersenyum dan mengangguk, ia mengulangi pesanan tamunya sekali lagi dan segera bergegas kembali ke kitchen.   "Order table 58!",seru Amy yang disauti oleh orang-orang kitchen.   "Bagaimana, Am?",tanya Rossy.   "Cowok impianmu bernama Nick, lalu gadis cantik berambut pirang itu bernama Priscilla, dipanggil Prill. Lalu gadis cantik berkacamata yang agak kikuk itu bernama Blink",jawab Amy.   "Lalu, siapa nama cowok impianmu?",tanya Kevin.   "Aku tak tau, tidak ada yang memanggil namanya",ujar Amy lemah.   "Ms. Charlotte belum kembali kesini, ia masih berbincang dengan tamu yang lainnya",ujar Rossy yang dijawab dengan anggukan oleh Amy.   Tring!   "Table 58, ready to serve!",seru Roy, chef Le Paradis.   Amy mengambil baki dan menata pesanan dengan baik lalu membawanya keluar tepat saat Ms. Charlotte hendak masuk. Ia tersenyum saat Ms. Charlotte membisikan nama yang ia cari. Ia mengucapkan terima kasih tanpa suara yang dibalas dengan kedipan oleh Ms. Charlotte.   Ia berjalan dengan langkah pasti, menuju meja 58. Dengan senyum merekah ia membagikan pesanan di meja tersebut. Dan yang terakhir adalah pesanan pria tampan tersebut.   "Silahkan, selamat menikmati, Dash",ujar Amy.   Pria bernama Dash itu tercengang menatap Amy yang mengetahui namanya. Amy tersenyum lalu mengedipkan matanya pada Dash sama seperti yang pria itu lakukan padanya. Amy berbalik dan berjalan dengan penuh kemenangan, ia merasa Dash masih menatap punggungnya dari balik meja. Amy menoleh lagi saat hendak membuka pintu kitchen dan melihat Dash mulai mengembangkan senyumnya.   Oh, Le Paradis. Kau benar-benar surga! Pekik Amy dalam hati.   *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD