Pacar

1250 Words
“Bi…!” Seorang gadis memanggil namanya dengan lembut, Abimanyu yang sedang berbincang dengan teman di meja belakangnya seketika kembali menghadap ke depan di mana sumber suara itu berasal. Abimanyu tersenyum seketika mendapati sosok gadis yang sudah tiga bulan ini dipacarinya. “Ini!” Lintang menyodorkan sekotak lunch box kepada Abimanyu. Abimanyu menerima pemberian Lintang tanpa melepas tatapan penuh dambanya kepada gadis itu. Diberinya akses gadis berambut panjang dengan ujung sedikit ombak itu untuk duduk di sampingnya. Tanpa sungkan Lintang segera menempati akses dari sang kekasih dengan senyum bahagianya. “Terima kasih,” balas Abimanyu singkat. Cowok berambut cepak itu segera membuka lunch box pemberian kekasihnya itu. Matanya berbinar indah begitu tahu isi lunch box dari Lintang. “Sushi.” Girang Abimanyu. Segera diraihnya sumpit yang sudah disediakan Lintang. Dicicipinya sedikit masakan dari Lintang tersebut. Lidah Abimanyu seketika menari dengan lincah menikmati setiap kunyahannya. Yang awalnya hanya ingin mencicipi akhirnya habis sepotong. "Enak banget, Beb.” Tanpa menghentikan kunyahannya bibir Abimanyu nyerocos memuji masakan Lintang. “Ak…!” Abimanyu menyodorkan sepotong sushi ke mulut Lintang. Lintang dengan sedikit tersipu membuka mulutnya, Abimanyu tampak tersenyum puas dengan sikap kekasihnya yang tidak menolak suapannya. Beberapa pasang mata menatap mereka berdua dengan iri. Terutama para cewek seisi kelas Abimanyu. “Idih, cewek gatel. Sampai ngapelin cowok ke kelasnya,” bisik beberapa cewek. “Ya… kesepian kale. Udah habis stok cowok ganteng di OSIS sampe nyariin si Abi.” Celetuk yang lain. “Kalian tuh, ya gak bisa diem apa? Suka-suka merekalah. Mau suka ama siapa. Pacaran ama siapa. Mana bisa hati dipaksa, dodol!” seru yang lain. “Jangan dengerin mereka, ya!” bisik Abimanyu ke telinga kekasihnya dengan lembut dan senyum khasnya. Lintang hanya tersenyum tipis, karena memang tidak sekali ini saja dirinya mendapat cibiran seperti itu. Abimanyu Bachtiar bukanlah sosok popular di sekolah, wajahnya standart. Kulitnya sawo, hobinya main sepak bola. Mungkin karena hobinya ini membuat warna pigmen kulitnya lebih gelap. Dia juga bukan termasuk jajaran siswa dengan deretan nilai tertinggi. Intinya ia benar-benar standart. Satu-satunya kelebihan cowok jangkung itu hanya karena terkenal ramah dan proaktif. Satu lagi Abimanyu seorang atlit sepak bola di SMA Jingga. Walaupun posisinya hanya sebagai sweeper. Posisi yang tidak biasa dan terkesan sulit. Harus berada di depan keeper dan terkadang di belakang barisan pertahanan. Namun, lebih sering berada di belakang pemain lain. Posisi yang tidak pernah diperhitungkan. Sedangkan Lintang Kamila Laurenzo, ia termasuk jajaran siswi popular karena kecantikannya yang tidak biasa. Wajah yang blasteran membuatnya selalu jadi perhatian. Belum lagi posisi sebagai sekretaris OSIS membuatnya banyak dikenal warga sekolah. Namun, jangan tanya soal akademik. Dia sama seperti Abimanyu. Siswi standart dalam nilai. Kecuali pelajaran PJOK – Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Lintang selalu mendapat nilai terbaik mengalahkan siswa putra sekelasnya. Siapapun tidak ada yang menyangka bagaimana seorang Abimanyu bisa dekat dengan Lintang. Bahkan sampai jadian. Netizen mengatakan hal ini seperti mendapat durian runtuh. Belum lagi plesetan tentang perbedaan warna kulit mereka yang banyak disebut bagai gula dan kopi tapi kalau menyatu bikin penikmatnya puas. Entah, masih ada berapa banyak lagi komen dan sindiran atau nyinyiran yang sering terlontar untuk mereka berdua. Seakan banyak yang tidak rela dengan kedekatan keduanya. Siapa sih Abimanyu? Apa coba istimewanya cowok jangkung itu? Sampai seorang Lintang Laurenzo begitu terpedaya olehnya. Namun, bagi keduanya apalah arti suara netizen. Walaupun tidak sedikit yang mendukung. Tetap saja suara-suara sumbang terdengar dengan santunnya di belakang mereka. Bagi seorang Abimanyu mendapatkan perhatian seorang Lintang si populer tidaklah mudah. Cukup usaha untuk membuktikan cintanya. Tanpa butuh bagaimana reaksi orang. Perjuangannya dipenuhi peluh dan menentang jutaan rasa mindernya kepada gadis itu. Karakter unik yang tidak pernah ia temui pada gadis manapun itulah yang membuatnya sanggup berjuang sampai sejauh sekarang. Sedangkan bagi Lintang kehadiran Abimanyu adalah anugerah terindahnya. Bersama cowok manis itu, Lintang bisa menjadi sosok lain yang belum pernah ia hadirkan kepada siapa pun. Pribadinya yang selama ini tomboy, tetiba berubah menjadi lebih feminim. Tingkahnya yang seringkali semau gue berangsur bisa mulai teredam tidak ada lagi sosok meledak-ledak seperti sebelumnya. Bagi Lintang bersama Abimanyu adalah keindahan dan kebahagiaan. Cowok tanpa prestasi itu sangat mudah membuatnya tersenyum dalam keadaan apapun. “Ntar pulang sekolah, tunggu aku ya!” ucap Abimanyu sambil mengelus rambut Lintang lembut. Tepat lima menit sebelum jam istirahat berakhir. Setelah keduanya menghabiskan sushi dan sebotol air mineral milik Abimanyu. “okay!” jawab Lintang dengan senyum. Bel panjang memekakkan telinga akhirnya memisahkan kedua insan yang sedang dilanda kasmaran tersebut. Kiss bye dari Abimanyu mengantar Lintang kembali ke kelasnya. Terasa berat bagi keduanya harus berpisah dengan paksa begini. Namun, apalah daya mereka masih terikat dengan jam sekolah. Apapun aturannya harus mereka jalani. Lintang membalas kiss bye dari kekasihnya dengan senyum lebar dan tangan melambai. Sorot matanya memancarkan keenganan beranjak dari bangku kekasihnya. Andai saja mereka sekelas, mungkin takkan seperti ini ceritanya. Itulah yang dipikirkan Lintang. Ia akan memilih duduk di sebelah Abimanyu. Mengerjakan tugas bersama dari guru. Takkan menahan rindu berjam-jam menunggu guru selesai mengajar, jam kosong, waktu istirahat atau jam pulang. Belum lagi jika keduanya sibuk karena aktivitas yang berbeda. Dirinya dengan segudang agenda OSIS dan Abimanyu dengan latihan sepak bolanya. Akan semakin sulit bagi keduanya untuk bertemu. *** “Bi, kok mau-maunya sih Lintang ama elo?” tanya Revan teman sebangku Abimanyu. “Secara elo gosong gini dan dia bak bidadari dari kahyangan?” sambung Revan. Abimanyu hanya tersenyum lebar mendengar ucapan teman sebangkunya itu. “Gue pelet dia!” kelakar Abimanyu dengan nada kocak. “Gue juga mau dong. Sapa tau kalo si Lintang udah bosen ama elo dia mau ama gue!” ucap Revan dengan entengnya seakan tidak ada dosa baginya mengucap kalimat tersebut. “Somplak lo. Gue santet dari dekat elo entar biar cepet end!” maki Abimanyu. “Gile aje lo. Santet pake ngomong gue!” ledek Revan. “Auk ah… jangan ganggu Lintang apapun yang terjadi!” ancam Abimanyu masih tidak terima temannya juga menginginkan kekasihnya. “Uluh.. uluh… sampe segitunya, Bang!” goda Revan yang masih belum puas dengan cara Abimanyu mencemburuinya, tetapi terpaksa harus berhenti karena mendengar salam seseorang. “Selamat siang, semua!” sebuah suara bernada barito masuk ke kelas tanpa permisi, siapa lagi kalau bukan guru mereka yang siap mengajar. Mana ada orang yang berani masuk tanpa permisi jika bukan kelasnya sendirinya. “Siang, Pak!” jawab kompak seisi kelas. *** Di kelas lain. “Dari mana?” tanya cewek berwajah kearab-araban kepada Lintang. “Dari kelas ayang bebeb Abimanyu,” jawab Lintang tanpa risi menyebut Abimanyu dengan ayang bebeb kepada temannya itu. “Dia lagi? Huuu… apa sih yang elo suka dari dia?” protes Dira si gadis keArab-Araban pada Lintang. “He is a special boy in my deep heart, Beib!” sahut Lintang dengan berbinar. Dira hanya bisa menggeleng mendengar pengakuan sahabatnya itu. “Oh, ya hape elo dari tadi bunyi terus. Kayaknya Sakti nelponin terus tuh!” seru Dira mengingat sejak jam istirahat tadi ponsel sahabatnya itu berdering tanpa henti. Begitu ia memberanikan diri mengintip id pemanggil, ternyata nama Sakti tertera dengan gagahnya. “Astaga! Gue lupa!” Lintang tepuk jidat mengingat janjinya pada Sakti tadi pagi. Wajah cerah Lintang seketika berubah menjadi bingung. Tanpa suara segera ia mencari ponsel yang ia letakkan di dalam tas. Setelah menemukan benda pipih tersebut, segera ia menuliskan sederet kalimat maaf kepada sahabat masa sepanjang masanya itu. Setelah terkirim. Notif di monitornya masih centang dua. Buru-buru ia meletakkan kembali ponselnya ke dalam tas, karena Pak Ridwan sudah siap menggelar bahasan matriksnya. Sejenak ia melupakan pesannya untuk sakti. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD