Tagihan Rindu

1294 Words
Senin pagi-pagi, Abimanyu sudah mendatangi Lintang di kelasnya. “Beb!” panggil Abimanyu sambil duduk di sebelah bangku Lintang. Gadis itu hanya tersenyum melihat kedatangan kekasihnya. Suara sorak sontak membahana seisi kelas menyoraki Abimanyu yang sudah ngapel pagi-pagi. Namun, kedua mengabaikan sorakan tersebut seolah suara gaduh tersebut bukan sesuatu yang patut dikhawatirkan. Walaupun menyebalkan dan bikin heboh sepagi ini. “Hai, Bi. Baru datang?” tanya Lintang karena sewaktu ia datang ke kelas pacarnya itu, Abimanyu belum ada di tempat. “Iya dan langsung ke sini. Mau nagih yang kemarin,” alibi Abimanyu padahal yang benar ia sudah merindukan pacarnya itu. “kangen,” bisik Abimanyu lirih setelah berhasil mengusir Dira dari samping Lintang. Mendengar kata rindu dari Abimanyu, Lintang tersipu sambil menutup bibirnya dengan telapak tangannya. Lintang meraih paper bag dari kertas semen yang ia bawa dari rumah, begitu sadar tujuan kekasihnya itu datang. Lalu ia serahkan pada Abimanyu. “Nih, abisin ya!” pinta Lintang. Abimanyu tersenyum penuh arti menerima paper bag dari Lintang, “Makasi ya, beb.” Lintang mengangguk pelan. Cowok bertas ransel elger itu membuka paper bag dari Lintang dengan penuh antusias. Diambilnya lunch box dari plastik bening. Segera ia buka tutup kotak berbentuk persegi panjang itu dengan hati-hati. Seketika aroma harum dari lunch box Abimanyu menguar ke ruangan kelas Lintang. Menggugah perut untuk menikmatinya. “Harum banget, Beb,” puji Abimanyu semabri mengendus aroma nasi goring sosis requestnya kemarin. “Lin, bawa apaan sih? Baunya sedap sekali?” seru salah satu kawan Lintang yang ikut mencium aroma nasi goreng yang dipegang Abimanyu. “Nasi goreng kayaknya,” sahut yang lain. “Yupzzz … nasi goreng special buat Ayang Bebebnya Lintang,” balas Abimanyu, sedangkan Lintang hanya tersenyum lebar mendengarnya. “Wah, curang kamu. Kok cuma si Abimanyu aja yang dapat, kita-kita juga mau loooh,” tukas yang lain. “Lha memang siapa kalian? Minta dibuatkan nasi goreng ama Bebeb Lintang?” kesal Abimanyu. “Teman sekelasnyalah, Bi!” seru seseorang dari pojok. “Woles aja deh, kita gak bakalan ngerebut Lintang dari elo. Kecuali, elo ninggalin dia!” timpal seorang cowok bermata sipit teman sekelas Lintang yang ia tahu bernama Liu Han. “Yang ngantri banyak kalo dia jomblo,” ledek Liu han dengan puasnya. Abimanyu mendadak melotot mendengarnya. “Gak udah dimasukkan ke hati kali. Mereka juga cuma bercanda. Udah makan gih! Keburu masuk!” Lintang menenangkan kekasihnya dengan menyerahkan sendok plastik yang sengaja sudah ia siapkan dari rumah. Abimanyu menerima sendok dari Lintang dan mulai menikmati nasi goreng requestnya perlahan. Lintang menyiapkan sebotol air mineral di samping Abimanyu agar cowok itu tidak bingung mencari minum jika sudah selesai makan. “Beb, nanti istirahat kita ke kantin, ya!” bisik Abimanyu setelah menghabiskan nasi goreng buatan Lintang. “Gak kenyang, Bi? Abis makan nasi istirahat ngajak ke kantin?” seru Lintang mengingat bagaimana kemarin kekasihnya itu kekenyangan. “Ke kantin gak harus makan, kan?” tegas Abimanyu. “Serah,deh!” Lintang menyerah pada jawaban Abimanyu. “Tunggu, nanti aku jemput!” bisik Abimanyu sembari mengacak rambut Lintang. Lintang hanya nyengir diperlakukan seperti itu. Rasa hati ingin memberontak karena kekasihnya itu sukses mambuat rambutnya berantakan. Namun, karena terlanjur sayang diabaikan tatanan rambut rapinya. Lintang hanya perlu mneyisirnya ulang sebelum guru masuk. *** Istirahat pertama di kantin. Lintang dan Abimanyu duduk berhadapan menikmati siomay dan es teh yang dipesan. Tentu saja yang makan Lintang, sedangkan Abimanyu sudah puas dengan segelas es dawet. Abimanyu kapok kelebihan memasukkan makanan ke perut yang volumenya terbatas, beda dengan Lintang. Kekasihnya itu memiliki kelebihan volume perut sehingga bisa bebas memasukkan makanan ke lambungnya. “Bi, enak lho!” iming-iming Lintang sengaja agar Abimanyu terbujuk mencicipi siomaynya. “Biarin. Aku ikhlas, buat kamu aja, Beb.” Abimanyu menatap lembut Lintang sesekali dirapikannya rambut kekasihnya yang mengganggu pandangannya. “Cantik,” gumam Abimanyu lirih membelai rambut panjang Lintang. Modus tuh, kayaknya kali ini Abimanyu. Sambil merapikan sekaligus membelai rambut keemasan milik kekasihnya itu. “Ngomong apa sih, Bi? Aku gak denger, nih?” ucap Lintang membalas tatapan Abimanyu. “Ngomongin kamulah, Beb.” Senyum Abimanyu tanpa melepas tatapannya. Seolah Lintang hanya boleh untuknya. Hanya boleh dipandanginya seorang. Karena, ia akan menyeringai buas saat ada teman lain yang ikut memandang atau melirik kekasihnya itu. “Bi!” Tiba-tiba seseorang menepuk bahunya. “Eh, Pung!” Abimanyu membalas tepukan Ipung dengan adu jotos ala lelaki. “Pacaran mulu,” sindir Ipung sembari melirik Lintang. “Terus kamu inginnya aku bagaimana?” balas Abimanyu dengna Bahasa Jawa khas Suroboyoan. “Merekam kamu dan Lintang pas berdua asyik kali, ya?” goda Ipung dengan kocak tanpa mempedulikan pertanyaan Abimanyu “Hadeeh, seenakmu dewe. Privacy, rek!” bantah Abimanyu. Ipung terkekeh mendengar Abimanyu sedikit emosi menanggapi guyonannya. “Nggaplek-i kok, koen iki!” umpat Abimanyu. Lintang yang sejak tadi terdiam karena tidak seberapa paham Bahasa Jawa, tetapi begitu mendengar umpatan Abimanyu seketika ngakak. Benar, meskipun tidak begitu paham Bahasa Jawa tetapi kalau menyangkut kata-kata umpatan dan makian Lintang sangat mengerti. Apalagi umpatan khas Suroboyoan yang termasyhur ke seantero dunia. Bukan rahasia lagi, Lintang termasuk warga yang sering memakai umpatan tersebut. Saat kondisinya sedang sangat labil. Ah, ternyata benar kata orang. Sesuatu yang buruk itu lebih mudah ditiru daripada sesuatu yang baik. Namun, menggunakan kata-kata ini termasuk melestarikan budaya lokal, lho. Benar, kan? Karena Bahasa lokal Surabaya merupakan budaya yang patut dilestarikan. Ngakak so hard, kan? kalau yang ini sih, bisa-bisanya author saja. “Sadis dirimu, Tang. Masa ketawa cuma karena aku ngumpat,” celoteh Ipung beralih ke arah Lintang. “Udah deh, gak usah pake acara aneh-aneh dan sok dekat sama Lintang” ancam Abimanyu auto ia merasa terancam dengan kehadiran Ipung yang langung akrab dengan kekasihnya. Tak rela rasanya. “Astaghfirulloh. aku gak ngapa-ngapain, cuk!” bantah Ipung dengan mengeluarkan Bahasa khass Suroboyoannya yang lebih kasar daripada Abimanyu. kembali Lintang tertawa, tetapi ia juga menatap iba ke arah Ipung yang diancam kekasihnya itu. “Sudahlah, Bi. Toh, Ipung juga ndak ngapa-ngapain sama aku,” Lintang menggenggam tangan Abimanyu. “Ada perlu apa kamu, Pung? Tumben, nyariin Abimanyu sampe segitunya?” tanya Lintang tanpa mempedulikan raut wajah Abimanyu yang masih belum tenang. “Ngingetin dia aja, kalo nanti siang pulang sekolah ada latihan, biar gak kabur dan pacaran mulu ama elo,” jawab Ipung dengan ketus khawatir Abimanyu cemburu lagi padanya dengan bahasa khas Suroboyonya. “Okay. Makasih ya, Pung.” Lintang mengacungkan jempolnya. “Balik dulu ya, Tang!” pamit Ipung dan dijawab anggukan oleh Lintang. "Untung Lintangnya baik. Coba kalo enggak, udah aku kepret dia," maki Ipung sambil berlalu dari hadapan pasangan tersebut. “Bi, kenapa sih? Kamu segitunya dengan Ipung?” tanya Lintang dengan nada sedikit tidak sabar. “Toh, dia juga teman kamu. Bukan orang lain?” beber Lintang. Ditatapnya Abimanyu dengan wajah yang sedikit tidak menyenangkan agar kekasihnya itu tahu bahwa dirinya marah. “Aku gak suka ada orang lain deket-deket kamu,” jawab Abimnayu jujur. “Bi, mau ada orang ngomong sama aku kayak apapun. Kalo hati aku udah di kamu, mereka tidak akan ada artinya,” urai Lintang. Gadis itu mencurahkan seluruh isi hatinya. “Inget aku juga punya Sakti. Apa kamu juga tidak suka melihat kami dekat?” Lintang teringat sahabat sepanjang masanya itu. “Iya,” jawab Abimanyu jujur. “Bi – “ “Iya … iya … aku gak akan ngulangi lagi,” Abimanyu memilih mengalah karena tahu diri jika Sakti memang orang penting bagi Lintang. “Bi, untuk saat ini aku minta maaf jika prioritasku sering berganti-ganti. Karena ada masanya aku dengan kamu dan ada timing tertentu untuk Sakti,” jelas Lintang dengan suara memelas. Karena ia juga percaya Abimanyu kecewa dengan semua yang ia lakukan selama ini. “Sampai kapan?” tanya Abimanyu tegas. “Sampai aku benar-benar jadi milik kamu,” jawab Lintang membuat Abimanyu kicep seketika. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD