bc

ONLY EVER YOURS (INDONESIA)

book_age16+
374
FOLLOW
1.9K
READ
possessive
playboy
arrogant
manipulative
badboy
goodgirl
badgirl
bitch
CEO
like
intro-logo
Blurb

Sabrina, dikenal sebagai playgirl -bermulut dan berotak kotor sekotor toilet- yang memiliki pergaulan terlalu bebas semenjak dia pindah ke city of light, ibukota Jakarta. Teman-temannya sudah tidak heran jika Sabrina mengatakan akan mengencani salah satu om-om pejabat kaya raya di malam akhir pekan. Harta berlimpah, cantik dan pintar menjadi sorotan di lingkungan sekitarnya tetapi hanya dirinya sendiri yang mengetahui rahasia tergelap yang tidak boleh ia katakan pada siapapun. Termasuk Reihan, kekasihnya.

chap-preview
Free preview
My Name is Sabrina
Semua orang menginginkan momen special saat hari ulang tahunnya. Tidak terkecuali aku. Tapi apa yang aku lakukan hari ini? Meringkuk diatas kasur kesayanganku dan baru saja terbangun setelah tidur seharian. Bukan karena aku depresi pacarku tidak ada disini untuk merayakan ulang tahunku, walaupun aku akan senang sekali jika dia mau menyempatkan satu malam saja untuk ulang tahunku, tapi alasan sebenarnya adalah aku tidur seharian karena tiga hari berturut-turut mataku tetap terjaga demi deadline yang diberikan atasanku. Reihan, pacarku, mewanti-wanti agar seharian ini aku tidak pergi kemanapun dan menghabiskan waktu seharian untuk beristirahat menebus waktu tidurku yang telah terampas dengan kejamnya beberapa hari belakangan.         “Ga usah pergi kemana-mana. Kamu dirumah aja istirahat. Aku ga mau ya kamu drop gara-gara kurang tidur. Kan kemaren udah party juga.” Kata Rei saat mengucapkan ulang tahun lewat telepon tadi pagi. Dia meminta maaf karena masih berada di singapura untuk mengurus pekerjaannya. Yang membuatku kesal seharian dan menumpahkannya pada tidur. Party yang dimaksud Rei adalah surprise kecil-kecilan yang diadakan teman-teman sekantorku tepat pada tengah malam. Mereka bekerja sama dengan si bos yang menyuruhku bermalam dikantor dengan beberapa karyawan hingga pekerjaan selesai. Untung saja si bos dengan baik hati menawarkan kartu kreditnya untuk digunakan malam itu. Sekaligus merayakan deadline yang telah berakhir, katanya. Setelah memanjakan diriku dengan bubble bath dan hair mask tubuhku terasa seperti baru saja di re-charge.  Itu salah satu momen saat perempuan merasa dirinya terlahir kembali dengan wajah yang lebih cantik. Walaupun sebenarnya tidak ada bedanya, selain sedikit terlihat lebih manusiawi. Aku mencari ponselku di meja samping kasurku dan baru saja ingat aku kehabisan baterai setelah menerima telepon dari Rei tadi pagi. Aku menyambungkan dengan pengisi daya lalu menunggu ponsel itu nyala dengan sendirinya sambil mengeringkan rambutku. Bunyi notifikasi tidak berhenti selama beberapa menit sejak ponselku menyala. Setelah puas dengan rambutku aku menghampiri ponselku dan mulai membalas satu persatu pesan dari teman-teman yang mengucapkan selamat ulang tahun. Sengaja melewati pesan masuk tentang pekerjaan. ‘Met ultah ya, Sab. Semoga panjang umur dan …..’ Aku mengamini dalam hati sambil mengcopy-paste text untuk membalas semua ucapan dari teman-temanku. Karena rata-rata pesan dari mereka pun hampir sama semua. Ucapan semoga yang terbaik untukku dan semoga aku mendapatkan jodoh lalu segera menikah. Hampir setiap tahun aku mendapatkan ucapan yang sama dari orang yang berbeda-beda. Well, sebagian orang yang mendoakanku agar cepat menikah adalah rata-rata temanku yang sudah mendapatkan kebahagiannya melalui pernikahan. Tanpa ingin menyinggung siapapun, tetapi mungkin sesekali aku harus ingatkan pada mereka bahwa prioritas utamaku dan mereka sama sekali berbeda arah dan tujuan. Kebahagiaanku tidak bergantung dari penemuan sepasang jiwa yang membutuhkan kasih-sayang. Yah, walaupun tentu saja aku senang saat memiliki kekasih karena aku memiliki seseorang yang memanjakanku dan menyayangiku tetapi tanpa adanya mereka pun aku masih bisa hidup dan mendapatkan gantinya dari orangtua dan teman-teman terdekat. Asal tahu saja, orangtuaku memanjakanku layaknya aku putri dari Albania, walaupun aku tidak tahu Albania memiliki kerajaan atau tidak, tapi ya itulah intinya. Pernikahan mungkin akan menjadi suatu isu yang krusial untuk sebagian wanita. Dan aku sepertinya bukan salah satu dari bagian itu, jadi ketika ada seseorang yang menyuruhku menikah, blah, apa mereka akan menjamin kebahagiaanku juga? Oh, bagaimana jika aku menawarkan setengah harga, dengan cara mereka membayar seluruh biaya pernikahanku dan aku yang akan berusaha untuk kebahagiaanku sendiri. Aku rasa tidak akan ada yang berani menyuruhku menikah lagi bila aku mengatakan itu pada mereka. Oke, cukup mengenai bahasan tentang pernikahan ini, sebelum aku mual dan menenggak satu botol baygon. Aku membuka grup chat yang berisikan kedua teman terbaikku. Selia dan Najla. Selia Tanu : ‘k*****t, keluar kandang dong lo. Masa ulang tahun tenggelem sih.’ Najla Azrina: ‘Tau nih lagi di treatment special kali sama yayangnya.’ Shrily Tanu : ‘Gitu ya, ada yayang teman terlupakan.’ Najla Azrina : ‘Awas aja tar kalo nebeng-nebeng ke kantor.’ Selia Tanu: ‘Ga usah angkat telepon, Naj kalo ada yang mau nebeng.’ Najla Azrina: ‘Ogah lah, males gue.’ Aku senyum-senyum sendiri saat membacanya. Sabrina Andyra : ‘Boro-boro treatment special. Doi lagi di Sg dan ultah gue diabaikan. Sorry, gue baru bangun. Abis dikejar deadline pa bos botak.’ Kurang dari dua menit ponselku kembali berbunyi. Najla Azrina : ‘Nah, nongol. Keluar yuk, birthday girl!’ Baru saja ingin mengetikkan jawaban untuk menolak, Selia sudah lebih dulu mengaktifkan fitur video call grup. “Heh, bokek ya lo ulang tahun ga mau nraktir kita keluar?” Serbu Selia begitu aku menerima panggilan itu. Aku tertawa menanggapi. “Gue ga boleh keluar, disuruh istirahat Rei.” “Dari tadi seharian ngapain aja, bu? Bukannya molor, lo?” Tanya Najla. “Iya sih.” “Buruan mandi, gue jemput sekarang.” Titah Selia “Gue udah mandi, oke deh.” Jawabku setelah bepikir sebentar. “Yes!” Pekik Najla. “Jemput gue juga ya, Sel.” Selia menghela napas. “Gue muter dong, ya udah deh. Gue cabs sekarang.” Ujarnya sambil mematikan sambungan. Aku dan Najla menyusul setelahnya. Aku membiarkan pintu terbuka untuk menunggu Selia agar aku bisa mendengar mobilnya datang dan mereka tidak perlu repot-repot masuk. Sambil menunggu aku membuat sereal kesukaanku untuk menahan lapar karena seharian belum makan. Saat itulah terdengar ketukan di pintu. Sudah pasti bukan mereka berdua karena tidak ada satupun dari kami bertiga yang bertingkah sopan dengan mengetuk pintu sebelum masuk ke rumah masing-masing diantara kita. Bahkan aku pernah melempar sisir pada Selia karena telah masuk ke kamarku tanpa permisi dan mengetuk pintu lalu mengganggu tidurku ketika aku dalam mimpi indah dengan prince of Persia. Untung saja sisir yang aku lempar adalah sisir kayu ibuku yang kebetulan sering kupakai, jadi setidaknya Selia dapat pelajaran berharga dari ketidaksopanannya memasuki kamar tanpa mengetuk. Aku melongokkan kepala melihat satpam perumahan, pak Anto, berdiri diluar pintu. Dia tersenyum mengangguk saat melihat aku bejalan ke arahnya. “Ini mba, saya dapet titipan dari kurir. Tadi kurirnya kesini tapi sepertinya rumah kosong.” Lalu si bapak menyerahkan sebuah bingkisan kecil yang terbungkus cantik dan sebuket bunga mawar merah segar yang harum. “Makasih, ya, pak.” Pak Anto mengangguk lalu pamit undur diri. Aku tersenyum saat memikirkan Rei yang mengatur pengiriman hadiah walaupun ia berada di Singapura. Namun senyumku hilang saat membaca kartu ucapan yang terselip di antara bunga mawar itu. Tristan Alexander. Dia bukan mantan pacarku, apalagi selingkuhan, amit-amit. Dia hanya cowok bebal yang tidak tahu malu setelah aku tolak sejak dua tahun lalu. Aku sempat magang di perusahaannya saat menyelesaikan kuliah dulu. Tristan pernah menawarkan pekerjaan tetap setelah magangku selesai. Walaupun perusahaannya bagus dan posisiku akan menjanjikan tetapi aku berpikir dua kali untuk memiliki atasan seperti dia. Thanks, but no, thanks. Happy birthday, my love. Dinner, tonight? Nggak usah berterima kasih tentang hadiahnya. You deserve it. Nggak ada yang lebih cantik dari kamu saat mengenakan hadiah itu. Lalu aku membuka bungkusan itu dengan kesal. Isinya benar-benar membuatku terpana. Sebuah kalung dari Tiffany and Co. yang tidak akan ditolak oleh wanita manapun terlihat dibalik kotak beludru mewah berwarna hijau kebiruan itu. Yah, well,kecuali aku. Tentu saja aku akan menolak. Bunyi klakson terdengar diluar rumahku. Aku meremas kartu ucapan itu menjadi bentuk bola dan melemparnya asal ke lantai. Lalu menyimpan kotak dan bunga itu di atas meja.  Supaya aku ingat untuk mengembalikannya besok pagi.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

JODOH SPESIAL CEO JUDES

read
288.9K
bc

Over Protective Doctor

read
474.9K
bc

Perfect Honeymoon (Indonesia)

read
29.6M
bc

Guru BK Itu Suamiku (Bahasa Indonesia)

read
2.5M
bc

Sekretarisku Canduku

read
6.6M
bc

Cici BenCi Uncle (Benar-benar Cinta)

read
200.2K
bc

My Soulmate Sweet Duda (18+)

read
1.0M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook