Hari itu hujan mengguyur Seoul cukup deras. Tampak seorang gadis berlari kecil sembari berlindung dari hujan yang turun di bawah payungnya. Gadis itu menghentikan langkahnya ketika ponsel di dalam saku jaketnya berdering.
Mom's Calling.
“Halo, eomma? Wae?” kata gadis itu setelah menempelkan ponselnya ke telinga tak lama setelah benda itu berdering.
“Oh... Sean kau sudah melakukan registrasi ke kampusmu?” tanya sang ibu di seberang telepon.
“Ya, sudah aku lakukan. Sekarang aku dalam perjalanan pulang, sebentar lagi sampai di halte dekat universitas,” jawab gadis bernama Sean itu dengan senyum mengembang di wajahnya.
Yoo Sean gadis berusia 19 tahun itu berhasil masuk ke universitas impiannya, Seoul National University dan dia berhasil masuk sebagai mahasiswa penerima beasiswa. Sean merasa sangat bahagia, karena langkah menuju impiannya menjadi seorang penari balet kelas dunia semakin dekat.
“Langsung pulang dan jangan pergi ke mana-mana. Ibu sudah menyipakan pesta perayaan untukmu.”
“Oke!” sahut Sean bersemangat. Bukan hanya dirinya yang merasa bahagia, tapi kedua orang tua serta seluruh anggota keluarganya. Mereka semua sangat mendukung impiannya untuk menjadi seorang penari balet kelas dunia.
“Kau bawa payung, kan? Hujan turun sangat deras, hati-hati saat berjalan. Mengerti?”
“Iya.”
Tin...tin...tin...
Brak....
“Sean?”
“Sean.....”
“SEAN....”
“YOO SEAN....!!!”
Hari itu aku kehilangan impianku
Hari itu aku jatuh ke tempat bernama kehancuran
Hari itu rasanya lebih baik mati bagiku
Hari itu aku ingin menghilang