BERTEMU

1654 Words
Entah.. Harus dari mana.. Ku memulai kata - kata ku. Klik Lagu yang sedang di putar Boby di dalam mobil nya tiba - tiba saja berhenti. Membuat cowok itu menoleh pada dvd player mobil nya. Dan kemudian menoleh pada Shania. Gadis itu duduk dengan bertopang dagu menatap keluar jendela. "Kenapa sih? Lagi enak juga lagu nya " ujar Boby kembali fokus pada jalanan. "Gue gak suka lagu nya " ucap Shania dengan nada datar. Bahkan ia tidak menoleh sedikit pun pada Boby. Boby mengalah, ia pun memilih untuk mengganti lagu lain. Kini, lagu slow berputar. Boby melirik ke samping, kemudian tersenyum tipis. "Btw, kemarin gue ketemu sama Opa Taufan. Dia nanyak, loe udah selesai skripsi belum ?" Ujar Boby, sambil menghentikan mobil nya di salah satu tempat yang akan menjadi lokasi syuting Shania hari ini. "Thanks, Bob " ucap nya, ia langsung membuka pintu mobil. "Shan, selesai jam berapa ?" Tanya Boby, setelah menurunkan kaca jendela. "Belum tau, nanti gue balik sama Winda aja " jawab Shania, gadis itu langsung berlalu tanpa menoleh lagi pada Boby.  Boby hanya bisa menghela napas berat dan memutuskan untuk memutar mobil nya dan pergi. Pagi ini, ia harus ke kantor. Ada meeting, ia sengaja tadi pagi - pagi sekali mampir kerumah Shania, menjemput gadis itu. Yang kebetulan ban mobil nya bocor. Shania dan Boby sudah berteman sejak lama, ia selalu suka berteman dengan Shania. Gadis itu walau pun sedikit dingin tapi memiliki hati baik. Shania gadis yang cantik, apalagi sekarang. Dengan segala bakat yang di miliki Shania. Membuat gadis itu menjadi salah satu selebriti dengan bayaran paling mahal. Bagi nya Shania itu gadis yang spesial. Sejak dulu, gadis itu adalah sosok yang selalu ia puja. Bagi seorang Boby, Shania adalah cinta pertama nya. Berawal dari sahabat, hingga dengan perlahan karena nyaman perasaan itu muncul. Hanya saja, ia terlambat untuk mengatakan semuanya. Karena, Shania dulu tidak pernah serius dalam menjalin hubungan dengan siapapun. Kecuali satu orang yang ia tau nama nya Khalif. Anak SMA sebelah sekolah nya yang sering main futsal di lapangan sekolah nya dulu. Ia tidak terlalu tau seperti apa hubungan Shania dan cowok itu. Ia hanya tau kalau kedua nya berpacaran. Awal nya Boby berfikir kalau Khalif sama saja bagi saja. Shania tidak serius dengan cowok itu. Boby pernah menebak kalau hubungan Shania dan Khalif tidak bertahan lama. Dan ya.. tebakkan nya benar. Belum setahun tiba - tiba Shania putus. Ia tidak lagi pernah melihat Shania di antar jemput pacar nya. Bahkan hingga sekarang. Ia tidak tau penyebab nya apa. Tapi, Cowok itu menjadi cowok terakhir yang di pacari Shania hingga sekarang. Dia juga tidak mengerti, kenapa Shania selalu saja menstalk akun sosmed Khalif. Shania pernah cerita, kalau Shania benar - benar cinta pada cowok itu. Tapi, Shania tidak pernah bercerita penyebab mereka putus. Dan kini, Boby seolah tidak lagi mengenali sosok Shania. Gadis itu berubah total. Shania sekarang lebih suka menutup diri, lebih suka melamun dan juga lebih dingin pada sekitar. "Pagi,Pak Boby " sapaan skertaris nya, membuyarkan lamunan Boby. "Ya, Dena ?" "Tadi, pak Harlan menelfon, beliau mengatakan kalau posisi GM akan ada pengganti nya hari ini " Boby mengerutkan dahi nya. "Oya, makasih Dena. " ujar Boby, "meeting di mulai jam berapa ?" "Jam 9, pak. " Boby mengangguk. Boby bekerja di perusahaan Papa nya. Sebuah perusahaan yang bergerat di bidang IT. Perusahaan terbesar di indonesia. Boby bukan lah CEO atau wakil. Ia merintis karir nya dari nol. Setahun yang lalu ia di tempat kan pada karywan biasa. Dan baru dua bulan yang lalu ia di angkat sebagai meneger marketing. Harlan Briptama tidak ingin memanja kan anak nya. Dan Boby juga tidak keberatan dengan hal tersebut. Dia juga sadar, kalau ingin sukses tidak bisa instan. Semua butuh proses. *** "Shan, nanti malam ada acara ?" Shania yang sedang menikmati makan siang nya menoleh sekilas pada pria di depan nya. Yang tiba - tiba datang dan duduk di kursi seberang nya. "Film gue, tayang perdana nanti malam, gue mau minta loe temenin gue sebentar. Gimana ?" Ujar Rado Hutama. Yang menjadi lawan main Shania di film baru nya. "Gue gak bisa " jawab Shania, tanpa menoleh. Ia terus menikmati makan siang nya. "Loe ada acara? Tadi gue tanya Winda, jadwal loe kosong entar malam " ujar Rado masib usaha. Shania menghela napas, kemudian ia menatap malas pada Rado. Cowok tampan dengan kulit putih dan berpostur tinggi. Tanpa mengatakan apapun lagi, Shania langsung memilih pergi. Mood nya mendadak drop seketika. Dan selera makan nnya lenyap sudah. Rado Hutama. Adalah cowok yang paling malas di hadapi Shania. Kalau bukan lawan main nya ia malas duduk berdua dan mengobrol. "Shan, mau kemana ?" Tanya Winda, saat Shania melewati nya begitu saja. "Shania, satu jam lagi loe mulai take " tapi, Shania tidak mendengar kan nya. Malah masuk kedalam mobil dan melajukan nya dengan cepat. Winda sang manager sekaligus asisten Shania hanya bisa menghela napas berat. Seorang pria menghampiri nya. "Shania kemana ?" Tanya pria itu dengan galak. "Emm.. anu Bang.. emm. Saya juga enggak tau "jawab Winda lemas. "Gak tau! Gimana sih. Loe kan menejer nya. ! Satu jam lagi take lho " "Yee. Salahin tuh Bang, Rado pasti ngerusak mood nya Shania. Loe kan tau Bang, Shania gimana ?" Ujar Winda tidak mau di salah kan. Dimas, sang sutradara mengerang kesal. Ia menoleh marah pada Winda tapi tidak bisa ia lampias kan. "Kalau bukan Nama Shania Agatha dwiki jaminan box office, gue males make dia sebagai artis nya. " gumam nya kesal. Winda mendengus kesal, ia menghela napas kasar nya. Mencoba untuk menghubungi Shania, walau ia tau itu akan percuma. *** "Belum datang ?" Tanya Boby, pada Eriska sekertaris Papa nya. "Belum pak, mungkin kejebak macet " jawab Gadis cantik itu. Boby mengangguk, ia menoleh pada Pria paruh baya yang duduk dengan tenang di ujung meja rapat. Sedangkan, para karyawan lain nya terlihat mulai bosan. "Pak, apa rapat nya tidak bisa langsung di mulai ?" Tanya Boby dengan hormat, pada Harlan Briptama, Papanya. Harlan tersenyum, "kita tunggu sepuluh menit lagi. Mungkin dia kejebak macet." Boby mengangguk. Ia pun memilih untuk mengeluarkan ponsel nya dan mengirim chat pada Shania. *** Jalanan ibu kota memang selalu padat, suara klakson yang saling bersautan seolah sedang berlomba klakson siapa yang memiliki suara paling besar. Mobil, Shania melaju dengan cepat di tengah keramaian. Ia dengan gesit melintasi setiap kendaraan atau menyalip. Duduk balik kemudi, matanya menatap lurus ke depan. Lampu hijau masih menyala sekitar seratus meter dari nya. Ia menambah kecepatan mobil nya. Ia menyeringai seketika. Tapi, sebuah mobil menyalip nya, membuat Shania mengerang kesal. Ia menginjak gas lebih dalam. Siapa yang sangka, kalau Shania seolah tertantang untuk mengejar mobil yang tadi menyalib mobil nya. Ia tidak suka, siapapun berani meremeh kan nya. Seorang Shania Agatha Dwiki tidak pernah terima dengan nama nya kekakalahan. "Mau mencoba Seorang Shania Agatha Dwiki ? Hm ?" Gerutu nya dengan gumaman datar. Ia menambah kecepat nya, melewati lampu hijau yang baru saja berganti merah ketika ia menambah kecepatan. Mobil yang baru saja menyalip nya tingga beberapa meter lagi dari nya, langsung saja Shania menambah kecepatan dan dengan gesit ia membantinh stir dan berhenti tepat di depan mobil sport keluaran terbaru berwarna biru. Suara decitan ban yang beradu dengan aspal cukup terdengar jelas. Bersyukur jalanan yang di lalui Shania sedikit sepi. Ia menoleh pada kaca spion nya, lalu menyeringai penuh kemenangan. Tapi, ia tidak melihat tanda - tanda orang di balik kemudi mobil itu turun. Membuat Shania mengerutkan dahi nya. Ia pun mengambil alih, ia mengambil masker dan kacamata lalu memakai nya. Baru lah ia memutuskan keluar. Tapi, saat dua langkah lagi diri nya akan mencapai mobil itu, tiba - tiba saja pintu kemudi itu terbuka. Langkah Shania memelan, mendadak ia kehilangan udara. Napas nya tercekat. Mendadak rasa sesak menyerbu nya, dan mata nya mulai memanas. Sosok laki - laki itu keluar dari dalam mobil, berdiri di samping pintu yang di buka. Shania benar - benar kehilangan udara kala kacamata hitam cowok itu di buka. Dan mata nya langsung bertemu dengan sepasan mata cowok itu. "Khalif " ucap nya pelan di balik masker. Cowok itu melangkah mendekati nya, dan berhenti di depan Shania. Mata cowok itu menatap nya dengan picingan. Mereka saling berpandangan dengan sorotan yang sulit di artikan.  Namun, Shania tiba - tiba lemas ketika cowok yang di panggil Khalif tadi oleh nya tersenyum. Dan menyapa.. "Hai .. Shania " Langkah Shania langsung mundur saat itu juga. Ia langsung berbalik dan meninggalkan cowok itu. Ia langsung masuk kedalam mobil nya, dan melajukan nya begitu saja. Deg Deg Deg Deg Shania bisa merasakan debaran jantung nya yang cepat. Getaran yang aneh itu membuat nya gugup setengah mati. Menatanya melirik spion samping kemudi. Ia bisa melihat Khalif masih beridiri menatap kepergian nya. Dan saat itu lah, Shania mengutuk sikap bodoh nya. Citttttttt..... Shania menginjak rem mendadak, lalu dengan napas tersengal ia melirik lagi spion mobilnya. Mobil Khalif melaju dan berbelok ke arah lain. Shania menghempas kasar punggung nya pada sandaran. Ia membuka kacamata dan masker nya. Ia menyentuh d**a kirinya. Memejamkan matanya, merasakan kembali detakkan jantung nya yang begitu cepat. Setetes air mata terjun bebas di pipi nya. Seharus nya ia tidak lari. Seharus nya ia tidak pergi. Bukan kah ini yang di mau ? Bukan kah ini yang selama ini yang ia tunggu ? Khalif kembali, laki - laki itu kembali dan bertemu dengan nya. Tapi, apa mungkin Khalif akan menemui nya ? Apa masih menunggu nya? Apa ia akan menepati janji nya? Semua pertanyaan itu bersarang di fikiran Shania. Ia mengusap air matanya, lalu mulai menarik napas dalam - dalam dan kemudian membuang nya. Untuk pertama kali nya, Shania merekah kan senyum tanpa sebab. Ia mulai melajukan mobil nya kembali. Secercah harapan ia pegang teguh. Sesuatu yang di tunggu, sekian lama. Sesuatu yang hilang, satu hal yang selalu ia rasa kurang. Kini, ia temuka lagi. Satu pazzle dalam hidup nya. Bahagia nya akan kembali. Satu harapan itu, lah yang ia pegang saat ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD