Di ruang makan di rumah keluarga Shania. Semua anggota tampak saling melirik satu sama lain, dan kemudian mata mereka akan melirik pada satu objek.
Sejak makan malam di mulai, Shania yang duduk di sebelah kiri Keynal terlihat tidak berselera makan. Malah lebih sering melihat pada layar ponselnya yang setia di samping nya.
Itu membuat Cio, Keynal dan Veranda heran sendiri. Tidak mengerti dengan sikap Shania, yang tampak muram sejak Khalif mengantarnya pulang.
"Nungguin telfon dari siapa sih ?" Tanya Cio, akhir nya ia tidak tahan lagi memendam tanya sejak tadi.
Shania menoleh malas pada adik nya yang duduk di samping sang Mama. "Gak ada "
"Enggak ada, kok ngelirik hp terus " timpak Keynal, Shania hanya mengulum senyum malas nya.
"Emm.. Pa, Ma. Aku ke kamar duluan ya. Udah kenyang "
"Kenyang apaan, Kakak kan belum makan satu suap pun " timpal Cio, heran. Shania mendelik pada Cio dengan kesal.
"Lagi ada masalah ya, sama Khalif ?" Tanya Ve, akhir nya membuka suara.
"Enggak kok, cuma.. lagi bete aja " jawab Shania. Ia melirik Devin, adik nya yang tampak lahap menyantap ayam goreng bikinan sang Mama.
"Yaudah, Shania duluan ya. Bye. Selamat malam " pamit Shania, ia mencium pipi Devin dengan penuh tekanan, membuat Devin menjerit ke sakitan. Dan Shania hanya tertawa melihat adik nya itu.
"Mamaaa... kotor... gara - gara kakak tuh.. " adu Devin, karena ayam goreng nya jatuh dan mengenai baju nya.
"Gak papa sayang, ayo makan lagi. " ujar Veranda dengan lembut. Devin mengangguk, ia sedikit berdiri di kursi nya untuk mengambil ayam goreng yang baru.
"Mamaaaaa.. "rengek Devin,
"Cioo.. " tegur Keynal. Cio hanya tertawa melihat adik nya yang sangat menggemaskan jika sudah menangis. Kembali ia menaruh wadah ayam goreng dan mendekati Devin.
"Suka banget, ngisengin adik nya sih " tegur Ve, mencubit pelan pipi Cio.
"Abis, Devin lucu sih kalau lagi nangis. Gemes.. Ma.. " jawab Cio terkekeh pelan.
Keynal hanya bisa menggeleng melihat tingkah Cio, yang entah mengapa suka sekali mengganggu Devin, sang adik.
Mereka memilih untuk menikmati makan malam seperti biasa. Membiarkan waktu untuk Shania sendiri untuk sementara waktu.
***
Di tempat lain, tepat nya di salah satu gendung. Di mana pameran game sedang berlangsung.
Khalif, tampak serius mengobrol dengan seorang pria yang jauh lebih tua dari nya. Keduanya sesekali tertawa, dan akan kembali serius membahas satu game.
"Hahaha... kamu ini masih muda tapi punya otak jenius " puji Pria itu, sambil menepuk bahu Khalif.
"Bapak bisa aja, saya masih belum ada apa - apa nya di banding Pak Richard. " jawab Khali dengan sopan.
"Hahaha... alahhh.. jangan suka merendah, saya sudah lihat hasil kerja kamu. Dua game terakhir kamu melejit hingga manca negara. " ujar nya kembali memuji. Khalif, hanya mengulum senyum ramah.
"Itu, kekasih mu ?" Tanya Pak Richard, mengendikkan dagu nya pada Raya yang sedang melihat beberapa miniatur game yang di pamerkan malam ini.
Khalif terkekeh geli sendiri. "Bukan pak, itu Bu Raya. Atasan saya, anak nya pak Harlan "
"Wahh.. saya sepertinya kalah cepat sama Pak Harlan. Dia udah ambil start duluan " ujar pak Richard. Membuat Khalif mengerutkan dahi nya.
"Maksud nya ?"
"Saya fikir kamu masih single, tadi nya saya ingin menjodohkan anak sulung saya sama kamu. Tapi, Harlan sudah lebih dulu menyodorkan putri nya"
Khalif tertawa pelan, ia menggeleng mendengar ucapan pria di depan nya.
"Saya sama Bu Raya gak ada apa - apa. "
"Berarti kamu mau dong saya jodohin sama anak saya. Tenang dia cantik kok, model lagi. Gimana ? Kapan kamu punya waktu untuk saya kenalin ke anak saya. "
"Hahaha.. bapak serius banget. But, Sorry, saya sudah punya calon " ujar Khalif, menunjukkan cincin yang melingkar di jari manis kiri nya.
"Haa.. udah punya tunangan " ujar pak Richard sedikit kecewa. Membuat Khalif terkekeh sendiri.
"Oke, back to topic. Soal kerja sama kita, saya bisa back up kamu, kalau kamu mau gabung " ujar Pak Richard.
"Hahaha.. saya baru sebulan gabung di OCEAN, dan seperti nya masih ingin di sana. Jadi, maaf untuk sekarang enggak dulu " jawab Khalif, sopan.
"Its Oke, tapi. Kapan pun kamu mau gabung, kamu tau harus hubungi siapa "
"Makasih Pak " ujar Khalif, kedua nya tampak terlihat akrab mengobrol.
Hingga Raya mendekat dan mengajak Khalif untuk pulang. Khalif hanya mengangguk dan ia juga sudah lelah dan butuh istirahat. Maka, ia lebih dulu mengantar Raya pulang.
***
Drt Drt Drt
Di tengah perjalanan Khalif mengantar Raya pulang. Hp nya bergetar lama, pertanda ada panggilan masuk. Khalif langsung mengenakan cliphone nya. Dan menerima panggilan nya.
"Assalammualaikum " salam nya ke seberang.
"Kamu di mana? Udah pulang ?" Suara shania terdengar kesal di seberang. Bahkan, langsung menyerang tanpa menjawab salam nya.
"Waalaikumsalam " ucap Khalif, terkekeh sendiri. Shania mendengus kesal di sberang.
"Waalaikumsalam. Kamu di mana ? Udah selesai belum? Langsung pulang lho, gak boleh mampir lagi. "
Khalif melirik Raya, ia mengangguk tidak enak. "Iya, ini lagi di jalan nganterin Bu Raya. Kamu di rumah ?"
"Ish.. kok kamu yang nganter sih? Emang Kak Raya gak bawa mobil?"
"Gak, tadi pergi bareng aku. Kamu belum tidur ,?"
"Gimana aku bisa tidur, sedangkan tunangan ku sedang bersama wanita lain ?"
"Hahaha ya ampun.. segitu nya. Haha.. " tawa Khalif.
Ia menghentikan mobil nya di depan sebuah lobby apartemen. Raya yang sejak tadi diam, membuka seatbelt nya.
"Thanks Lif, "
"Sama - sama Bu, " jawab Khalif, sopan.
"Emm.. mau mampir dulu ?" Tawar Raya, entah ia sengaja atau tidak. Padahal ia tau kalau Shania masih belum memutuskan sambungan telfon.
"Gak boleh " Khalif terkekeh mendengar nada ketus di seberang.
"Makasih bu, tapi gak usah, Bu. Udah malam juga. "
"Oh. Oke. Kalau gitu hati - hati " ucap Raya, Khalif hanya mengangguk. Raya pun keluar dari dalam mobil nya.
Khalif kembali melajukan mobil nya setelah memastikan Raya telah masuk. "Udah pulang ?"
"Udah, Nyonya " saut Khalif.
"Langsung pulang, lho !"
"Iya, emang nya mau kemana lagi coba"
"Ya siapa tau, nama nya cowok. Kadang ada yang bening pinggir jalan, jadi nyangkut "
"Hahahaha.. apaan sih, makin ngaco. Emang aku layangan apa. Pake nyangkut. " ujar Khalif tertawa.
"Besok sore jemput aku di lokasi jam 4. Mau fitting baju kan ?"
"Jam 4 ya, ?"
"Hm, kamu bisa kan ?"
"Bisa kok, jam 4 di lokasi "
"Iya, kamu jangan lupa. Yaudah, kamu nyetir nya hati - hati. Kabarin aku kalau udah sampai. Dah sayang.. assalammualaikum "
"Ya, waalaikum salam " jawab Khalif, tersenyum sendiri. Dan sambungan telfon pun terputus. Khalif, fokus pada jalanan sambil tersenyum sendiri membayangkan muka Shania yang menggemas kan jika sudah marah - marah tidak jelas.
***
"Shan, loe beneran mau nikah. Nih ?" Tanya Rado, saat ia di beri undangan oleh Shania.
Shania yang sedang make up hanya mengangguk malas. Pasal nya sudah sejak pagi Rado terus menanyakan hal yang sama.
"Sama siapa ? Kok gue gak tau loe punya pacar ?"
"Ck.. emang siapa loe? Harus tau semua tentang hidup gue. Kita gak sedekat itu ya " jawab Shania dengan ketus.
Rado mendengus keras. Melirik pada Winda yang terkekeh geli sendiri.
"Pede banget sih, loe Do. Jangan kan Loe, Boby yang selalu di samping nya gak mampu bikin Shania luluh " ujar Winda. Lagi - lagi mendapat delikkan dari Rado. Setelah itu pria itu langsung memilih keluar.
Hari ini, dunia hiburan di kaget kan dengan gosip atau pemberitaan Shania Agatha Dwiki yang tiba - tiba telah menyebar undangan pernikahan. Itu semua berawal dari salah satu akun gosip di i********:.
Dan menular hingga ke media lain nya. Membuat Shania harus di repotkan dengan kejaran para wartawan. Dan menanya'kan pasangan nya. Juga, berbagai berita lain menghampiri nya. Memenuhi akun sosial media nya. Dari yang positif hingga negatif. Yaitu menuduh Shania hamil.
Membaca itu, Shania hanya bisa mendesah pasrah dan sabar.
"Dasar, kalau nilai orang bisa banget dah, nuduh tanpa bukti " gerutu Shania,
"Ya. Fikiran orang kan macam - macam. Nama nya juga selebriti. Dan loe tiba - tiba mau nikah aja gak angin gak ada badai. Padahal selama ini loe gak pernah terdengar pacaran sama siapapun. Gue aja kaget. Apalagi mereka " ujar Winda, menanggapi gerutuan Shania.
Saat Shania selesai dengan kerjaan nya, para wartawan yang sejak pagi menunggu nya langsung mengerubungi nya. Membuat Shania yang sudah sangat lelah harus bisa kembali bersabar. Belum lagi, Khalif yang belum tiba menjemput nya.
"Mbak Shania, apa benar mbak mau menikah minggu depan ?" Tanya mereka bersamaan.
"Hah? Iya. Doa in aja ya semua nya " ujar Shania, sambil terus menampilkan senyum nya.
"Mbak, kasih tau dong calon nya. Kok gak pernah di bulish sih ?"
"Haha.. itu kan privasi.. jadi biar saya dan keluarga aja yang tau.. gak perlu lah di umbar. "
"Mbak Shania, apa benar tiba - tiba mau menikah karena sudah hamil ?"
"Aduh.. haha.. itu yang buat gosip gak pernah sekolah kali ya. Haha.. enggak kok. Saya mau menikah karena jodoh nya udah datang. Mau gimana dong ? Masa harus di tunda - tunda. Kan gak baik "
"Mbak, mbak. Benarkah, kalau calon suami nya seorang Pria asal Aceh, ? Salah satu perancang Game yang sekarang lagi booming ?. "
Shania hanya tersenyum, tepat saat sebuah mobil yang di kenali nya tiba. Membuat Shania langsung memilih pamit dan harus menerobos para wartawan untuk menuju mobil tersebut.
Para wartawan langsung berburu pada Khalif yang turun dari kemudi, dan membuka pintu sisi samping kemudi untuk Shania.
Berbagai pertanyaan tidak di jawab Khalif, laki - laki itu hanya melempar senyum ramah nya. Ia sudah lelah, menjawab sejak keluar kantor para wartawan langsung menyerbu nya.
"Huft... nasib nikah sama superstar " gumam Khalif, saat mobil nya menembus jalanan.
"Hahaha.. sabar sayang ya.. haha "
"Gak capek apa, aku aja tadi kaget banget, tiba - tiba. Aku keluar kantor. Tuh wartawan banyak banget di depan lobby. " keluh Khalif, membuat Shania tertawa.
"Abis, kamu nikahin superstar indonesia. Artis papan atas yang bayaran nya paling mahal lho.. " Khalif mencibir ke pede an kekasih nya itu.
Sedang kan Shania, hanya tertawa melihat muka kusut tunangan nya.
***
"Kekecilan, atau kegedean ?" Tanya Ve, pada Khalif yang sedang mengepaskan baju pengantin nya.
"Pas kok, " jawab Khalif, ia menatap diri sendiri di depan cermin.
"Kamu nikah nya mendadak sih, jadi Mama sedikit di buru waktu " keluh Ve, pada Shania yang juga sedang menatap Khalif di depan nya.
"Yee.. nyalahin aku. Tuh, bilang sama calon menantu Mama. Eh, Opa deh, kan Opa yang ngusulin secepat nya " jwab Shania tidak mau di salah kan.
Veranda mencibir jawaban nya, tapi tetap mengulum senyum nya.
"Yaudah, ini suruh Khalif cobain juga. Mama mau liat adik kamu dulu. Tadi, pamit beli es krim di depan tapi gak balik - balik " ujar Ve, menyerah kan satu stelan jas pada Shania.
"Hm " respon Shania. Setelah kepergian Mama nya dari dalam ruangan itu. Shania mendekat pada Khalif dan berdiri di hadapan tunangan nya itu.
"Kenapa ?" Tanya Khalif, heran. Karena Shania berdiri di hadapan nya dengan senyuman menggoda.
"Kamu bisa ngambil cuti panjang kan ,?" Tanya Shania, membuka jas warna abu - abu metalik yang di kenakan Khalif.
"Pak Harlan, hanya bisa ngasih tiga hari. Itu udah syukur Shan. " jawab Khalif, melepas jas nya.
"Dikit banget, mana cukup buat bulan madu kita " ujar Shania dengan cemberut. Ia membantu Khalif, mengenakan jas yang tadi di titipkan sang Mama untuk di cobain tunangan nya.
"Emang mau kemana sih ? Masa tiga hari gak cukup " ujar Khalif, memandangi kekasih nya memalalui cermin besar di depan nya. Ia merapikan dasi nya juga rompi yang di baluti Jas nya.
"Mau keliling eropa "
"Buset, belum apa - apa mau nguras dompet aku hahaha.. "
"Biarin, kan kamu nyari nya buat aku juga kan ?" Ucap Shania, mengalungkan kedua lengan nya di leher Khalif.
"Iya juga sih.. haha " jawab Khalif, ia memeluk pinggang Shania, lalu menatap sayang pada Kekasih nya itu.
"Aku ganteng gak,pakek kayak gini ?" Tanya Khalif.
Shania tertawa pelan, tapi ia menjawab dengan anggukan. Lalu sedikit berjinjit untuk mengecup bibir Khalif.
"Ganteng kok, nama nya juga calon suami Shania Agatha Dwiki. Pasti ganteng. "
"Iya deh, yang superstar. Yang bentar lagi katanya mau pensiun " ujar Khalif.
Shania mengulum senyum, ia menarik leher Khalif agar cowok itu sedikit menunduk. Dan menemukan bibir nya.
"Kamu gakpapa harus ninggalin semua nya ?"
Shania menggeleng, ia menyatukan kening nya dengan kening Khalif. Menyentuh ujung hidung nya dengan ujung hidung Khalif.
"Aku bahkan mau menukarkan semua populeritas ku sama kamu. Asal aku sama kamu terus " jawab Shania pelan. Jemari nya bermain halus di tengkuk leher Khalif. Membuat cowok itu harus mati - matian menahan diri.
"Tinggal sebentar lagi " bisik Khalif. Shania mengangguk, ia sedikit memiring kepala nya. Dan bibir nya mengecup bibir kekasih nya itu. Ia bahkan melumat nya dengan lembut.
Membuat Khalif sedikit kaget, tapi kemudian mampu menguasai dirinya sendiri dan membalas ciuman Shania.
"Aku mencintai mu "
Cklek
TBC
Ciee mau nikah hahaha

Menerima kritik/saran, asalkan sopan dan bermanfaat.. hehhe