SEPUPU SHANIA

2012 Words
   Malam ini di kediaman keluarga Shania terlihat ramai dan juga sibuk. Beberapa orang sedang mendirikan tenda di halaman luas rumah milik Keynal dan Veranda. Sebagian juga sibuk mendekor bagian dalam rumah. Sebuah pelaminan khas dari Aceh, juga sedang di rancang oleh beberapa pekerja.  Shania, memutuskan untuk menggunakan adat dari Khalif. Ia sendiri yang mengajukan nya. Dan Khalif tentu senang - senang saja. Begitu juga keluarga Khalif dan keluarganya sendiri. Di dalam kamar Shania juga beberapa pekerja sedang mendekor menjadi kamar pengantin. "Kak, Devin boleh pakek ?" Tanya Devin, pada Shania sambil menunjuk pada inai yang sedang di pakaikan ke tangan Shania. "Boleh, tapi nanti ya ganteng " ujar Seorang Wanita yang sedang fokus menghias inai di punggung tangan Shania. Devin mengangguk patuh, ia duduk dengan anteng di depan sang Kakak, memperhatikan laju inai yang sedang di gerakkan oleh si pelukis.  "Bagus " gumam Devin, Shania hanya mengulum senyum manis nya. "Shan, loe mau warna biru langit atau biru dongker ?" Lala masuk ke ruang santai yang ada di lantai dua. Sambil menunjukkan sebuah tirai dengan beda warna. "Itu buat di kamar kan ?" Tanya Shania. Lala mengangguk. "Biru langit aja, "  "Tau deh, warna kesukaan calon suami " ledek Lala,  Shania hanya mendengus, setelah Lala memberikan tirai untuk di kamar pada sang pertugas dekorasi. Lala kembali keluar, duduk di samping Devin dan ikut memperhatikan pemakaian inai tersebut. "Kayak di india - indai gitu ya, pake inai segala " ujar Lala. Lala ini adalah sahabat Shania sejak sekolah dulu, mereka juga satu kampus. Kini, Lala memiliki WO sendiri. Dan, malam ini ia datang khusus permintaan Shania. "Kata Khalif, Adat Aceh memang ada campuran india - india nya. Di juga bilang kalau ACEH itu singkatan dari. Arab, China, Eropa dan Hindia "  "Gue masih gak nyangka lho, kalian bisa sampai sekarang. Dahsyat banget " ujar Lala dengan kekaguman. "Gue juga, awal nya gue udah pasrah aja. Tapi, gue yakin Khalif bakal nepatin janji nya buat jemput gue " jawab Shania. "Loe tau, dulu gue sama Risma pernah bikin taruhan. Kita bahkan sempat pesimis loe bisa buat Khalif jatuh Cinta sama loe. Dann... kita pernah ngira loe melet Khalif.. hahaha. " ujar Lala. Shania mendengus mendengar nya. "Enak aja, Khalif tanpa gue apa - apain juga udah cinta mati sama gue. Apa lagi gue pelet " ucap Shania dengan angkuh. Lala tertawa geli mendengar nya. "Tapi kan, gue sama Risma tau banget. Khalif itu gak bisa di sentuh sama sekali. Bahkan sama cewek cuek nya minta ampun. Loe tau Nita kan? Anak sekolahan nya Khalif juga?" "Kenapa emang nya ?" "Tuh cewek, udah naksir Khalif sejak kelas 10., tapi gak pernah di gubris Khalif. Padahal, segi fisik Nita gak jauh beda sama loe. Terus, Nita juga lebih baik, lembut, kalem. Gak sombong, ramah, dan pintar juga. " "Terus aja, terus aja, La. Muji tuh cewek. Mau gimana pun, Khalif jatuh nya ke gue juga " "Itu dia, yang bikin kita - kita heran. Kok bisa Khalif jatuh ke elo. Ketiban sial apa tuh cowok ?" "Heh? Lisan loe ya... tolong di kondisi kan. " sewot Shania kesal. Lala hanya tertawa tebahak mendengar sewotan Shania. Begitu juga dengan Winda yang sejak tadi hanya duduk diam sambil mencoba memakain inai sendiri di tangan nya. *** "Mas, itu kayak nya kurang tengah deh " ujar Cio, yang sedang membantu mengatur letak pelaminan yang ada di dekat tangga. Ruangan rumah Ve dan Kinal terlihat lapang, beberapa funiture tampak di kesamping kan. Hingga terlihat lapang. "Ribet, juga ya. Di gedung kan gampang " ujar Cio, lelah sendiri. "Di rumah lebih nyaman. Yo. Lebih khidmat " jawab Shani, sambil membawakan segelas air jeruk untuk Cio. "Tapi ribet. Mindahin itu mindahin ini " ujar Cio dengan muka lelah. Shani hanya mengulum senyum mendengar keluhan kekasih nya itu. "Nanti ya, kalau kita nikah. Kita bikin di hotel aja. Kita terima beres aja. " "Emang siapa yang mau nikah sama kamu ?"  "Cici lah, masa Bi Inah " celetuk Cio, sewot. Membuat Shani tertawa gemas. "Aku gak mau nikah sama cowok tukang ngambek, suka jailin adik nya, tukang ngeluh. Manja, dan juga.." "Mencintai mu tanpa lelah " Shani mengulum senyum mendengar ucapan Cio. Andai saja hanya mereka berdua di sana, pasti Shani dengan senang hati memeluk Cio. Tapi, kali ini ia memilih menghindar. Malu, jika Cio melihat muka nya memerah karena ucapan nya barusan. Melihat itu, Cio hanya tertawa sendiri. Ia kemudian menyusul Shani yang berjalan keluar rumah. "Cieee.. malu.. ciee.. hahahah " "Apa sih.. " dumel Shani, dengan muka semerah tomat karena Cio terus menggoda nya. "Duh, jadi makin cinta kan, Kita juga nikah besok aja yuk. Barengan sama Kak Shania dan Kak Khalif. "  "Dih.. kuliah aja belum bener udah mau ngajak nikah. Aku gak mau ya, cuma di kasih makan cinta doang" ujar Shani. Cio malah tertawa semakin terbahak. Hingga sebuah mobil mewah berhenti di depan gerbang. Membuat tawa Cio berhenti. Gerbang yang terbuka lebar, langsung membuat Cio dapat melihat siapa yang baru saja turun dari pintu penumpang belakang. "KAK BEBY!!"  Shani harus menutup kedua kuping nya karena teriakan Cio. Ia ikut menoleh dan melihat Cio yang entah sejak kapan sudah memeluk sosok cowok berkacamata dengan tertawa lebar. "Wahh... Kak Beby sejak kapan di indonesia, ? Kapan balik? Wuiihhh.. makin ganteng aja. Kak ?" Ujar Cio dengan semangat. "Hahaha.. gue baru balik kemarin kok. " jawab cowok tinggi dengan postur tegap. "Hai Shan, apa kabar ?" "Baik, Kak. Kak Beby sendiri ?" Jawab Shani, dengan sopan dan ramah. "Iya, bokap nyokap lagi ada urusan. " jawab Beby. "Btw, masuk yuk kak. " ajak Cio, menarik tangan Beby untuk masuk kedalam. "Ini ada acara apaan, Yo ? Siapa yang mau nikah ?" Tanya Beby, dengan heran. "Kak Shania !" Langkah Beby langsung terhenti di tengah ruangan. Ia menoleh cepat dan kaget pada Cio. "Shania ?" Tanya Beby, memastikan. Cio mengangguk dengan kuat. "Iya, Kak Shania mau nikah " "Sama siapa ?" Tanya Beby, dengan penasaran. "Pacar nya lah. " jawab Cio. Beby diam sejenak, mencoba berfikir. Ia tidak asing dengan nama tersebut. "Cowok yang pernah ninggalin Shania ? Cowok yang ngebuat Shania jadi kayak mayat hidup ?" Cio meringis mendengar ucapan Beby, tapi tetap mengangguk. "Kok bisa ? Dimana Shania ?" Tanya Beby, ada kemarahan dan kecewa di sana. Membuat Cio heran.  Kenapa Beby bisa semarah itu mendengar Shania, kakak nya mau nikah sama Khalif.? "Beby " panggilan, Veranda membuat Beby menoleh. "Tante " sapa Beby, ia langsung menyalami Veranda. Tante nya, adik sepupu Mamanya. "Kamu kapan datang ? Mana Mama sama Papa ?" "Baru kok, Tan. Emm.. Mama sama Papa lagi ada kerjaan. Tadi nya aku datang cuma mau mampir, eh gak tau kalau ada acara gini " ujar Beby. Veranda mengulum senyum nya, "malam Om " sapa Beby, melihat Keynal yang muncul di belakang Veranda. "Malam, Beb.. duh saya berasa nyapa pacar.. haha.. Tante kamu aja belum pernah Om panggil, Beb " ujar Keynal, membuat Beby dan Cio tertawa geli. "Manggil nya apa, Pa ?" Tanya Cio. "Mama, sayang. " jawab Keynal, tersenyum manis. "Btw, kamu bukan nya di London ya? " "Eh, iya Om. Balik juga karena ada beberapa pekerjaan di sini. Opa Taufan juga minta aku buat bantu - bantu di perusahaan nya. Sambil nunggu Cio siap katanya " "Oh.. ya.. tuh Cio kuliah nya masih tinggal dua semester lagi. " ujar Keynal. "Bentar lagi Pa, setahun lagi " ujar Cio. "Iya, tapi kuliah yang bener. Ini kerjaan main, gangguin adik nya terus " ujar Keynal. Membuat Beby, tertawa. Mereka pun mulai terlibat obrolan seru. Dengan tergelak tawa. *** "Ngelamun, Lif "  Teguran itu membuat Khalif yang sedang berdiri di beranda lantai dua rumah abang nya tersentak kaget. Ia menoleh ke samping di mana abang nya berdiri merangkul bahu nya. Khalif tersenyum tipis, lalu kembali menatap kedepan. Di rumah abang nya juga tidak kalah ramai. Suadara - saudara nya semua berkumpul di rumah abang nya. Mereka semua datang dari aceh khusus untuk Khalif. Menyiapkan semua seserahan dan bawaan untuk mengantar linto sekalian akad besok. "Gimana perasaan, kamu ?" Tanya Dika. Khalif mengindikkan bahu nya. "Gak tau. Rasanya campur aduk " Dika terkekeh geli. "Dulu abang juga ngerasa gitu. Sempat takut salah ngucapin nama atau kesendat " jawab Dika. "Doa aja, insya Allah semua lancar " "Amiin " ucap Khalif. "Abang cuma mau pesan, bentar lagi kamu akan mengemban tanggung jawab yang besar. Bentar lagi semua bakal di pertaruh kan. Di saat kamu sudah menjadi seorang suami, tanggung jawab mu besar. Bukan hanya istri, tapi juga Allah swt.  Dalam rumah tangga tidak selama nya dalam ke adaan tentram. Berantem itu wajar. Itu bumbu - bumbu sebuah pernikahan. Abang cuma mau ingat kan, kalau suatu saat kamu di kuasai amarah, dan juga mulai di kuasai syaitan. Kamu harus kontrol diri. Karena apa yang di ucap kan oleh seorang suami, tidak sama dengan di ucapkan oleh seorang istri. " "Khalif paham Bang, " jawab Khalif. "Paham apa ?" "Khalif harus jaga ucapan di saat di kuasai amarah " "Karena..." "Karena, sekali saja suami mengatakan kata cerai maka saat itu lah talak jatuh pada istri. Tapi, jika istri mengatakan cerai sejuta kali. Itu tidak akan ngaruh "  Dika tersenyum bangga. "Abang tau, kamu bisa mengatasi semuanya. Tapi, kamu jangan lupa. Syaitan itu sangat suka mengganggu. Menggoda kita. Terus dekat sama yang di atas. Karena hanya diri-Nya lah yang bisa membantu mu. Di saat semua nya menyerah "  Khalif mengangguk. Dika, mengusap kepala Khalif dengan sayang. Matanya jelas berkaca. Merasa haru, adik nya sudah dewasa dan akan menjadi suami orang sebentar lagi. *** "Kak Beby "  Shania menatap tidak percaya pada cowok yang berdiri di ambang pintu kamar nya. Ia tersenyum lebar dan melangkah mendekat. "Hai, apa kabar princes nya aku ?" Ujar Beby, merengkuh Shania dalam pelukkan nya. "Shania kangen " ucap Shania, dalam pelukkan Beby. "Kakak juga " ujar Beby. Shania menarik diri, matanya berkaca ia menatap wajah tampan di depan nya. Kakak sepupu yang sejak kecil sangat dekat dengan nya. Yang selalu melindungi nya, menjaga nya. Namun, sejak lulus SMA, sepupu nya itu mendapat beasiswa di London. Sempat kembali tiga tahun yang lalu. Hanya sebentar namun cukup membuat seorang Shania sedikit hidup kembali. Tapi, lagi - lagi Beby harus kembali ke London karena tawaran pekerjaan. Hingga sekarang baru kembali. Bagi Shania, Beby adalah sosok kakak lelaki nya. Selain Boby, sahabat nya. Beby adalah sosok yang sangat di sayangi nya sejak kecil. Beby Chaisar Ardillo Anak dari kakak sepupu Veranda,Mamanya Shania. Sosok cowok yang selalu menjaga nya, tidak pernah membiarkan nya terluka atau menangis. Cowok manis, dengan belahan dagu dsn dengan nama yang begitu imut minta di sayang banget. Yang mampu membuat seorang Shania selalu merasa rindu. "Kamu yakin mau nikah sama dia ?" Tanya Beby. Kini dia dan Shania sedang duduk di taman belakang rumah Shania. Di sebuah ayunan, sambil menatap langit malam. Shania mengangguk. "Kakak tau, gimana aku sayang dan cinta sama dia " "Dia udah ninggalin kamu " Shania menggeleng sambil tersenyum manis menatap Beby. "Bukan dia, tapi aku. Aku yang meninggalkan nya. Dan membiarkan nya berjuang seorang diri " "Shan..." "Shania tau kok kak, Kakak khawatir sama Shania kan ? " ujar Shania. Ia memeluk Beby dengan sayang. Menyandarkan kepalanya di bahu Beby. "Kak, percaya sama aku. Khalif satu - satu nya cowok yang tidak akan pernah menyakiti aku. "  Beby terdiam, ia menatap kosong pada rerumputan. "Aku senang, kakak datang. Aku sudah coba buat ngehubungi Kakak. Tapi, gak ada jawaban. Aku udah ngirim undangan ke rumah seminggu yang lalu " ujar Shania dengan cemberut. Membuat Beby, tersenyum. "Kakak lagi sibuk banget akhir - akhir ini. Jadi, gak bisa hubungin atau ngabarin kamu " ujar Beby, ia mengusap sayang rambut Shania yang baru saja di potong kemarin. "Kakak bakal lama kan, di jakarta ?" Tanya Shania.  "Iya, rencananya bakal menatap kembali " "Seriusan ?" Tanya Shania, antusias. Beby mengangguk dengan tersenyum manis. Semakin manis dengan lesung pipi nya. "Aaa.. aku seneng banget. " ujar Shania girang. Kembali memeluk Beby dengan manja. Dan Beby juga memeluk Shania dengan tidak kalah erat. Namun, tidak bisa di pungkiri. Ada yang kosong dan juga patahan dalam hati nya. TBC 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD