" Satya minggu ini kamu sama Vivi papa tugaskan kalian untuk mengelola hotel yang ada di Bandung disana katanya ada sedikit masalah kalo bisa kalian tinggal disana agar kalian bisa segera punya momongan kalian sudah setahun ini berumah tangga tapi belum ada tanda tanda akan punya anak papa sama mama sudah pingin nimang cucu Satya."
Pagi ini papa tiba tiba datang ke kantor dan menyuruh aku dengan Vivi untuk mengelola hotel keluarga yang di Bandung.Kalo papa sudah berbicara tidak ada yang bisa membantah bahkan mama pun tak bisa membujuk.
Aku jadi pusing padahal aku sudah mau mendekati Vania tetapi kenapa harus ada perintah papa yang mendadak ini.
Apa yang harus aku lakukan.
Siang ini Satya kembali ke cafe dia berharap hari ini dia akan bertemu dengan Vania. Tapi ternyata hari ini Vania off akhirnya niat untuk bertemu terakhir kalinya pupus sudah.Apa mungkin ini jalan aku harus lupain untuk mengejar Vania gadis yang bisa membuat aku jatuh cinta.
Satya kembali ke kantor dengan perasaan yang tak bisa diartikan.
Seminggu berlalu berjalan begitu cepat tiap kali ke cafe Satya tidak pernah bertemu Vania kalo tidak sedang off pasti bukan shiftnya.
"Maaf mbak Vania nya mana ya kok tiap saya kesini nggak kliatan Vania?tanyaku pada salah satu temennya."
"Iya pak kebetulan Vania sedang ditugasin di cafe cabang satu minggu karena kebetulan kasir disana sedang cuti."
"Oh gitu ya mbak, hmm..kira kira saya boleh minta nomor hpnya Vania nggak mbak,"pintaku.
"Maaf pak kalo untuk itu saya tidak bisa kasih tanpa izin Vania,tapi kalo bapak ada perlu bapak bisa tinggalin nomor telepon nanti saya sampaikan."
"Baik mbak ini saya kasih kartu nama saya tolong kasih ke Vania ya mbak.Kalo gitu saya permisi dulu ya mbak makasih."pamitku.
Satya pov
Aku kembali ke kantor dengan rasa kecewa dan menyesal semoga Vania menghubungiku setelah tahu kartu nama ku,aku sangat berharap sekali sebelum aku ke Bandung dalam waktu yang tidak bisa ditentukan aku bisa bertemu Vania untuk mengungkapkan perasaanku.
Berat rasanya aku harus meninggalkan Surabaya dan pindah ke Bandung apalagi aku dan Vivi harus segera mempunyai momongan tapi diantara kami tidak ada cinta,bagaimana aku harus melakukan hubungan suami istri tanpa dasar cinta.
Satya pov end
"Mas papa tadi telfon kalo kita disuruh ke Bandung minggu in,i apa kamu setuju dengan rencana papa ini.Gimana dengan butikku mas kamu kan tahu butik itu segalanya buatku.Lagian aku nggak tertarik dengan bisnis hotel keluarga kita mas." keluh Vivi saat kami sudah dirumah.
"Aku juga sebenarnya nggak setuju Vi apalagi harus meninggalkan perusahaan ku disini tapi kamu tahu papa kan kalo sudah bicara tidak da yang berani membantah atau membujuknya bahkan mama sendiri saja nggak sanggup buat bujuk papa."
"Papa juga bilang agar kita bisa segera punya anak tapi aku belum siap mas lagian kita juga tidak saling cinta aku masih ingin mewujudkan cita cita ku bisa melakukan international fashion show untuk karya karyaku tapi kalo seperti ini pupus sudah harapanku."
"Sudahlah vi lebih baik kita berkemas besok kita harus berangkat pagi karena penerbangan kita jam 7 nanti kita bisa bicarakan disana lagi baiknya gimana."
Jam 6 mereka sudah berada di bandara bersama papa mama Satya dan juga kedua orang tua Vivi.
"Ingat ya Satya Vivi kalian harus baik baik disana belajar untuk mengelola hotel dan jangan pulang kesini kalo kalian belum membawa bayi yang lucu untuk kami.
Kami akan berkunjung kesana dua minggu sekali."
"Baik pa " jawab kami serentak.
Bandung
Akhirnya sampai juga di Bandung .Cukup lama aku tak kesini kira kira 3 tahun yang lalu saat opening hotel kami karena cuma papa yang bolak balik Surabaya Bandung karena sebenarnya aku tak berminat untuk mengurus bisnis papa karena aku punya bisnis sendiri yang aku tekuni sesuai dengan bidangku.
Papa sudah menyiapkan rumah yang lumayan besar untuk kami letaknya juga tidak jauh dari hotel.Hari ini saat tiba dirumah aku memilih untuk beristirahat karena besok akan sangat sibuk mengurusi masalah hotel sehabis mandi aku bersantai di balkon kamar menikmati suasana kota Bandung yang sudah mulai dingin ditemani secangkir kopi buatan bibi.
Vivi entah kemana tadi dia bilang mau belanja,heran sama wanita nggak ada capeknya baru nyampe langsung aja shopping. Tapi aku tak terlalu pusing memikirkan kebiasaan Vivi karena ia sudah biasa seperti ini.
Aku teringat Vania gadis yang mengusik pikiranku kenapa sampai saat ini dia juga belum menghubungiku apa dia belum menerima kartu nama yang kutitipkan aku sangat berharap Vania menghubungiku.
Vania pov
Akhirnya aku bisa kembali ke cafe pusat setelah seminggu bekerja di cafe cabang .Ria teman kerjaku menghampiriku dia memberiku sebuah kartu nama dia bilang kapan hari ada pria yang mencariku dan memberikan kartu namanya saat aku melihat kartu itu aku cukup terkejut Satya Mahardika Wijaya.Apa ini mas Satya yang biasa ke cafe yang kapan hari tak sengaja bertemu tapi untuk apa dia kasih kartu namanya sama aku.Apa aku harus menghubunginya dulu ya menanyakan apa maksud mas Satya kasih kartu namanya .
Sampai di kosan aku langsung bebersih kemudian aku rebahkan tubuh ini di kasur,aku keluarkan kartu nama itu dari tas ku sebenarnya aku ragu apa aku harus menghubungi mas Satya tapi aku takut ganggu tapi kalau aku nggak hubungin aku jadi penasaran maksudnya apa.
Kuberanikan diri mendial nomor mas Satya dan terhubung.
Tapi setelah mendengar tanda terhubung aku langsung matikan sambungan aku masih takut dan ragu.
Vania pov end
"Ada miss called tapi nggak ada namanya siapa ya kira kira,apa Vania yang menghubungiku,batin Satya."
" Halo maaf ini siapa ya tadi barusan miss called."
" Mm..maaf apa ini benar mas Satya."
"Iya benar apa ini ...Vania,sahut Satya."
"Ii..iya mas maaf apa aku ganggu mas Satya aku dapat kartu nama mas katanya kapan hari ke cafe nyariin aku apa benar itu mas."
"Iya benar Vania aku memang mencarimu aku ingin sekali menemuimu dan berpamitan tapi ternyata kamu sedang ditugaskan di cafe cabang."
"Iya mas baru kemarin aku balik ke cafe pusat,ehmm...mas Satya ada apa mencariku?"
" Van sebenarnya sejak bertemu denganmu waktu itu aku selalu terbayang wajah kamu sepertinya aku suka sama kamu pada pandangan pertama.Maaf kalo aku terlalu jujur dan terlalu cepat mengungkapkan perasaanku karena aku memang tidak suka memendam perasaan terlalu lama.Mungkin kamu berpikir aku berbohong tapi jujur Van aku suka sama kamu."
"Meskipun baru beberapa hari bertemu denganmu tanpa kamu ketahui setiap hari aku selalu memperhatikan kamu dari luar cafe.Van sebelum aku sempat bicara jujur sama kamu waktu itu sebenarnya aku juga mau pamit kalau aku harus pindah ke Bandung sementara untuk mengurusi bisnis papaku.
Aku sangat ingin bertemu denganmu Van maaf aku tidak bisa langsung bicara tapi malah lewat selular seperti ini.
"Apa kamu sudah punya pacar Van?"
" Maaf mas Satya aku terlalu kaget mendengar pengakuan mas Satya jujur aku nggak menyangka kalo pertemuan kita yang hanya beberapa kali dan tidak disengaja itu bisa membuat mas Satya suka sama aku,sebenarnya aku pun merasakan hal yang sama dengan mas Satya tapi aku hanya menyimpannya dalam hati karena aku sadar perbedaan kita sangat jauh mas,aku cuma pekerja cafe aku juga dari desa tapi mas Satya sangat sempurna seperti pangeran."
" Van tidak ada manusia yang sempurna kamu terlalu berlebihan.Van sementara ini aku hanya bisa menghubungimu lewat telepon minggu depan aku akan usahakan untuk menemuimu yang penting kita sudah sama sama tahu isi hati kita,aku tutup dulu ya teleponnya kamu istirahat besok aku hubungi kamu lagi."
" Iya mas kamu juga istirahat."
............