- 7 -

645 Words
"Barusan lo ngomong apa artinya Za? what do you mean? Sorry, I’m not understand your language!" balas Dirgan dengan bahasa inggris, berlagak menjadi turis asing yang tidak mengerti dengan bahasa daerah, yang memang sinkron dengan wajahnya yang berdarah chineese. Hal tersebut seolah menjadi andalan Dirgan setiap kali Thella dan Riza berbicara bahasa sunda, maka Dirgan akan berdalih bahwa dirinya orang asing yang tidak mengerti bahasa mereka berdua yang jelas jelas berbeda darinya. "Lah tadi lo ngomong bahasa sunda, kok sekarang jadi gak ngerti, malah nyambung ke bahasa inggris. Lo tuh kesurupan genderuwo kali yahh?" kata Riza dan memegang jidat Dirgan. Ucapan cowok itu memang terkadang suka asal dan nyeleneh, tapi terdengar lucu dan menghibur teman temannya dengan ucapan Riza yang seperti itu. Thella yang mendengar ucapan Riza pun tertawa geli saat melihat tingkan Riza dan Dirgan yang seperti memainkan opera sabun, terlebih saat tangan Riza mengecek suhu badan Dirgan melalui sentuhan di pelipisnya itu. Yang tentu saja dibalas Dirgan dengan tidak terima dan buru buru menjauhkan tangan Riza dari pelipisnya itu. Keributan mereka benar benar menjadi hiburan gratis bagi Thella. Betapa Thella menyukai huru hara yang sering dilakukan kedua temannya itu, yang begitu mewarnai kehidupan masa remajanya. "Apaan si, Za? Gue ‘kan cuma ngikutin kata-kata Thella kalo ngomong sama lo, artinya mana tau apaan? Tapi gue yakin konotasinya jelek." Kata Dirgan membalas ucapan Riza dengan tidak mau kalah dan berupaya untuk tetap menjatuhkan Riza. Cowok itu kini mulai ikut bergegas untuk merapikan tasnya dan memakainya di pundak cowok itu untuk bersiap pulang. "Udah-udah, kok lo jadi pada ribut sih? Udah sono kalo mau pulang, kasian nih adek gue lagi sakit, pusing denger bacot lo berdua yang berisik!" lerai Thella pada Dirgan dan Riza, dengan nada yang kembali mengingatkan mereka berdua agar segera pulang seperti niat awal, karena hari yang sudah semaki petang ini. Jika keributan keduanya di teruskan, yang ada tidak akan selesai sampai ayam berkokok lagi yang menandakan fajar sudah menyambut. Terkadang teman temannya memang seaneh itu, Thella sendiri tidak mengerti mengapa bisa betah berteman dengan mereka semua. "Oke deh, si GANTEG MAUT mau pulang dulu yah.." Riza kembali menekankan ucapannya dengan julukannya sendiri, sambil melambaikan tangannya seraya berpamitan pada Thella, serta membusungkan dadanya yang menunjukan bahwa dirinya begitu gagah dan ganteng luar biasa. Hal yang kerap kali di lakukan Riza yang tetap saja memancing ucapan tidak terima dari Dirgan yang lagi lagi mendebatkan ucapan Riza. "Laga lo, Za, ganteng maut. Gantengnya kalo diliat dari monas?" Dirgan mengikuti langkah Riza yang sudah mencapai pintu rumah Thella. Keduanya terus terlibat perdebatan yang entah kapan reda, bahkan saat sudah di samping motor masing masing yang kini keduanya tengah memakai jas hujan karena khawatir akan turun hujan. Thella yang mengantarkan mereka sampai ke depan rumahnya dan menunggu sampai ke dua motor mereka menjauh dari rumahnya baru masuk, hanya tertawa geli mendengar perdebatan keduanya yang semakin sengit dan lucu. Pertengkaran yang aneh memang, tapi Thella menikmatinya. Dua kendaraan yang dikendarai Riza dan Digran akhirnya berlalu dari rumah Thella, hal itu membuat Thella berbalik untuk masuk ke rumahnya lagi dan menutup pintu. Senyumnya masih merekah mengingat pertengkaran aneh teman temannya tadi yang selalu berhasil membuat moodnya menjadi baik. Hari harinya di sekolah pun tidak pernah luput dari keramaian dua orang itu, Thella senang sekali bisa berteman dengan mereka berdua. Thella memang banyak berteman baik dengan teman teman di kelasnya, hanya saja tidak terlalu akrab. Yang paling akrab untuk melakukan kegiatan bersama yaa bersama mereka berdua ini, sisanya hanya sekadar teman di kelas yang saling menyapa saja. Jika ada hal-hal yang patut disyukuri setelah kemalangan hidup menimpanya bertubi-tubi, memiliki sahabat seperti Riza dan Dirgan adalah hal yang amat disyukurinya. Entah harus berapa banyak puji syukur yang harus dipanjatkan Thella karena merasa amat sangat bersyukur memiliki sahabat seperti Dirgan dan Riza yang begitu berharga baginya. *** = = = = = T B C = = = = =
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD