Chapter 5

1160 Words
Abhi sudah selesai bersiap-siap. Dengan balutan style casual membuat Abhi terlihat sangat tampan. Sekali lagi ia menatap cermin yang ada di depannya dan lagi-lagi ia memuji dirinya sendiri yang terlihat sangat tampan. "Kau yang tertampan Abhimanyu.." gumamnya. Ia melirik ke atah nakas yang ada di dekat ranjangnya, di sana ia bisa melihat kunci mobil dan ponselnya terletak. Dua benda penting yang tak akan pernah Abhi tinggalkan kemanapun ia pergi. setelah memastikan semua yang sudah ia persiapkan terbawa semua, barulah Abhi keluar dari kamarnya. Ia berjalan keluar rumah terlebih dahulu untuk memasukkan semua bawaannya ke dalam mobil. Setelah semua tersusun rapi di dalam mobil, Abhi kembali masuk ke dalam untuk mengisi sedikit perutnya dengan beberapa makanan yang ada di dalam. Kebanyakan pria mungkin akan mengisi perutnya terlebih dahulu dengan makanan, namun tidak dengan dirinya. Ia akui dirinya adalah pria yang cukup ceroboh. Jika tak di simpan baik-baik, ia akan lupa dimana posisinya. Karena itu, Abhi memilih memasukkan barang-barang kantornya yang akan ia bawa dan juga tas sandang yang sudah ia isi dengan baju gantinya selama di Jepang ke dalam mobil. Abhi sudah sampai di depan lemari pendingin. Ia mengeluarkan dua potong roti tawar dan s**u siap minum dari dalam sana. Ia menenteng s**u tersebut, menarik wajan penghangat dan menuangkan s**u tersebut ke dalam wajan baru ia meletakkan wajan tersebut di atas alat pemanas elektrik miliknya. Ia lalu kembali menarik air mineral dari dalam lemari pendingin setelah dua benda di awal tadi ia letakkan di atas meja. Setelah selesai, barulah Abhi duduk dengan manis dan menyantap roti tawar dengan selai coklat serta segelas s**u hangat yang sedang dipanaskan. ***** Cafe terlihat cukup sepi. Tidak, bukan terlihat tapi sangat sepi malahan. Mungkin karena pagi tadi diguyur hujan lebat. Walaupun hujan berhenti tepat pukul sembilan tadi, tetap saja air yang menggenangi jalan-jalan membuat orang-orang enggan untuk basah-basahan hanya sekedar mendatangi cafe untuk minum kopi. Hal itu bisa Dea lihat dari beberapa cafe yang ada di dekat cafe mereka. Di sana juga sedang kehilangan pelanggan. Sungguh, jika hujan, orang pasti akan mager. Kebosanan mulai terlihat dari wajah para karyawan cafe, termasuk Dea. Ia sungguh bosan dengan situasi lengang seperti ini. Selama ia bekerja di Cafe, tak pernah ia temui Cafe se sepi ini. Karena itulah ia merasa kebosanan. Dea melirik teman-temannya yang juga tak ada semangat untuk melakukan apapun. Biasanya jam segini mereka akan sangat sibuk. Namun sekarang yang datang bisa dihitung dengan jari ditangan kanan. Dea kembali menatap luar sebentar lalu sekali lagi ia melirik ke arah teman-temanya yang tengah duduk-duduk santai mengisi keboanan dengan cara bermain ponsel mereka masing-masing. Ada yang mendengarkan musik, bermain game, ada juga yang menghubungi teman ataupun kekasih. Haaaahh.. Hembusan nafas gusar terdengar dari mulut Dea. Lelah berdiri, ia pun memutuskan untuk duduk di salah satu kursi pelanggan dan merebahkan kepalanya di sana. Tahu seperti ini, seharusnya ia ke panti dulu. Di sana pasti menyenangkan sekarang. Bermain dengan para orangtua yang bagi Dea begitu lucu dan menggemaskan. Benar kata orang dulu, 'jika seseorang sudah lanjut usia, pasti akan kembali lagi sifatnya menjadi anak-anak.' dan Dea bisa memperhatikan itu semua dari tingkah laku orang tua di Angel house. Mencoba melupakan kesedihan mereka yang dibuang keluarga, mereka mencoba mencari kesibukan dengan sebuah permainan atau aktivitas lainnya seperti jahit menjahit. "Dea..!" kegiatan bermenung Dea dikejutkan oleh panggilan Ocha teman kerjanya. Dea menegakkan kepalanya lalu segera melirik ke arah Ocha yang tengah berdiri di meja barista. "Nih!" ucap Dea. Ia melihat Ocha memegang sesuatu yang diarahkan padanya. "Buat gue?" tanya Dea sambil menunjuk gelas plastik ditangan Ocha. Ocha mengangguk, "Buat lo! Ngapain diam-diam gini, mending ngopi.." ucap Ocha. "nih buat kalian semua..gue yang traktir. Dari pada bosa nunggu kan.." lanjut Ocha memberikan satu persatu rekannya minuman shake yang ia buat sendiri tadi di dapur Bar. "Alhamdulillah. rezeki anak sholeh ini mah namanya. Sering-sering begini ya Cha..." timpal Reza membuat rekan yang lain tertawa termasuk Dea. "Itumah mau lo aja gratisan.." "Nah itu lo tahu.. Makanya gue bilang sering-sering aja gini.." "Dih! Ogah!" Ocha melanjutkan kegiatan membagikan minumannya pada teman-temannya yang lain. Meninggalkan rekan kerjanya, Dea meraih ponsel yang ada di kantong celemek cafe yang ia pakai. Untuk kesekian kalinya, Dea membuka galeri foto dan mencari foto nenek Risma bersama Abhi. Dea mengklik foto tersebut lalu menzoom bagian wajah Abhi. Untuk kesekian kalinya, ia terpana dengan ketampanan Abhi. Dea memperhatikan satu persatu pahatan wajah Abhi yang sangat sempurna menurutnya. "Yuhuuuuu...gantengnyaaaa.." teriak Ocha yang sudah berdiri di belakang Dea membuat Dea terkejut dan langsung mengeluarkan folder foto tersebut dari layar ponselnya. "Dea punya pacar gggeenkksss..." seru Ocha. Ocha langsung mengambil cepat ponsel Dea dari tangan gadis tersebut dan langsung mencari foto Abhi yang tadi Dea lihat. Dea yang kaget, mencoba merebutnya, namun rekan kerjanya yang lain langsung menahan tubuh Dea sehingga Ocha bisa dengan mudah membuka folder tersebut dan mengklik foto Abhi. "Waahh, cakep bangettt..." seru Ocha. Sedangkan teman yang lain yang juga kepo langsung berbondong mendekat. "Wuidiihh..bening nih! Nemu dimana ini De?" tanya Reza menggodanya. Dea berdecak, "Bukan pacar gue.." ucap adea jujur, namun teman-temannya tak percaya sama sekali. "Tapi ngomong-ngomong, kenapa ni wajah familiar banget ya sama gue..?" Reza meneliti lebih dekat. Sampai ia terkejut dan langsung berteriak. "INI KAN ABHIMANYU...!!" teriak Reza tanpa sadar. "Idih! Ok kenal lo!" celetuk Ocha cepat. "Gue bukan sok kenal Cha.. Tapi ini beneran Abhimanyu, pengusaha sukses itu lho. Kalau nggak percaya lo bisa cari di internet deh.." tawar Reza yang seketika membuat Ocha tergiur. Ocha langsung mengeluarkan ponselnya dan mencari dengsn kata kunci 'Abhimanyu pengusaha muda'. Saat pencarian tersebut ditemukan, Ocha seketika melototkan matanya tak percaya. Ia melirik Dea dan foto Abhi di ponsel Dea secara bergantian. "De...lo..." "Dia bukan pacar gue.." tegas Dea. "Tentu aja bukan.. Mana mau Abhi sama lo!" seketika semua mata tertuju pada yang bicara. Mereka langsung mengeluarkan tatapan kesal. Akila. Gadis menyebalkan di cafe. Gadis yang tak pernah akur dengan karyawan lainnya. "Jaga mulut lo!" ucap Ocha kesal. "Ya kenyataannya begitu kan? Mana mau Abhi sama cewek beginian.." "Heh! Emang lo cocok sama Abhi..? Ngaca lo!" "Gue nggak pernah bilang gue cocok sama Abhimanyu. Karena gue juga nggak tertarik.." setelah selesai bicara, Akila langsung berjalan ke lantai dua Cafe. "Yeeee..kayak lo aja yang kece. Ngaca neng.!" teriak Ocha dengan emosi. Sedangkan Dea hanya menatap Akila dengan tatapan terluka. Apa salahnya sih jika dirinya menyukai seseorang? Kenapa Alika selalu sinis terhadapnya. "Udah Dea, jangan didengerin. Dia mah rubah betina.." seloroh Reza. Mendengar pembelaan dari teman-temannya membuat Dea sedikit lebih baik.. ***** jangan lupa klik love bagi yang belum. bantu aku ya teman-teman di project oktober ini. caranya nggak ribet kok, teman2 bisa klik lambang love saat membaca cerita ini atau melanjutkannya. bagi yg udah klik, makasi banyak ya..bagi yang belum, yuk klik dulu..^^ oya, satu orang hanya untuk satu klik, setelah di klik lambang love, teman2 bisa baca ceritanya sampai tamat nanti tanpa perlu klik lambang love lagi..^^
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD