Enam

1633 Words
Nazeela melihat jamnya beberapa kali, lalu melihat ke sekitarnya berulang kali untuk memastikan bahwa Joe memang belum muncul. Tidak ada orang lain di sekitarnya karena memang auditorium sudah sepi sejak satu jam yang lalu, meski awalnya ada beberap orang. Tadi ia sempat berbincang dengan salah satu Fashion designer yang menjadi salah satu pemateri Fashion Seminar Events untuk bertanya sedikit tentang designer itu, lalu ketika pembicaraan itu berakhir, ia akhirnya menjadi tertinggal untuk pulang. Nazeela tidak berniat merepotkan Joe sama sekali, tetapi tadi pria itu menawarkan dirinya sendiri untuk menjemput Nazeela. Ketika Nazeela akan menghubungi layanan antar jemput online, Joe menghubunginya dan mengajaknya untuk membelikan kado ulang tahun untuk ibunya di akhir pekan nanti, lalu tanpa sengaja menanyakan keberadaan Nazeela dan berakhir dengan Joe yang mengatakan akan menjemputnya saja. Sebuah senyuman akhirnya tersungging di bibirnya begitu melihat Joe datang dengan mobil ibunya. Ia sedikit merasa bersalah pada ibu Joe karena sepertinya Joe terlalu sering meminjam mobil wanita paruh baya itu, tapi ia juga tidak ingin menolak jika Joe menawarkan perhatian kepadanya. “Hai Joe.” Sapa Nazeela sambil membuka pintu mobil dan duduk di samping Joe. “Tidak ada yang menganggumu kan?” tanya Joe sambil mengamati sekitar mereka. Nazeela menggelengkan kepalanya sambil menikmati harum segar yang menyusup indra penciumannya. Ia melihat Joe yang kini mulai melajukan mobilnya dan mendapati rambut pria itu yang masih basah dengan beberapa tetesan jatuh ke baju. “Kau baru selesai mandi?” tanya gadis itu padanya. Joe menganggukkan kepala, “Tadi aku baru pulang dari restoran, lalu mandi. Saat mengelap rambut, aku kepikiran untuk mengajakmu membeli kado. Setelah mendengar kau ada di sini sendirian, aku akhirnya segera pergi tanpa mengeringkan rambutku terlebih dahulu. Bukankah aku pria yang romantis?” goda Joe sambil menaik turunkan alisnya dengan senyum yang memabukkan Nazeela. Nazeela terkekeh mendengar kepercayaan diri berlebihan itu, tapi ia tidak bisa membantah sama sekali. Sejauh ini, Joe memang selalu seromantis ini padanya. Mereka mungkin hanya teman saja, tapi Joe adalah yang paling bisa diandalkan menurut Nazeela. Gadis itu selalu bisa meminta bantuan apa saja kepada Joe, meski Joe memang cukup baik ke semua orang, termasuk gadis lain. “Aku tahu kalau kau adalah pria romantis, Joe, tapi mendengarnya sendiri dari mulutmu membuatku tidak sudi mengakuinya.” Kekeh Nazeela. “Sudah makan malam?” tanya Joe menoleh sebentar kepada gadis di sampingnya ketika mereka melintasi sebuah restoran besar yang terlihat ramai. “Makan roti dari seminar tadi, jadi sepertinya perutku tidak begitu lapar.” “Bukan karena diet?” tanya Joe menggoda. Nazeela langsung menatap Joe dengan pelototan, “Memangnya aku gendut sampai kau berpikir aku sedang diet?” “Tidak, aku hanya mengira begitu saja. Bukannya kebanyakan perempuan memang seperti itu ya meskipun badan mereka kurus?” tanya Joe. “Tidak, aku tidak pernah seperti itu.” elak Nazeela, “Tapi aku tidak gendutan kan?” tanyanya hati-hati dan berharap Joe membalas pertanyaannya dengan gelengan atau kata tidak. Joe memperlambat kecepatan mereka dan melihat Nazeela beberapa kali secara berulang dan agak sedikit lama, lalu berpikir sejenak, “Sepertinya kau sedikit kurusan? Terlalu banyak pikiran ya?” “Benarkah?” “Mungkin hanya menurutku saja.” Ujar Joe agar Nazeela mengabaikan perkataannya. *** Mereka tiba di basement gedung apartemen Nazeela, lalu keluar bersama karena Joe ingin singgah sebentar, apalagi Nazeela juga menawarinya minum dulu sebagai tanda terima kasih. Begitu masuk ke unit apartemen Nazeela, Joe memperhatikan setiap sudut ruangan itu dan tersenyum kecil melihat beberapa bukti ketidakrapian, terkhusus pada sofa yang menunjukkan sebuah celana dalamm dan pasangannyaa dan sepertinya itu sudah dipakai. Nazeela langsung berlari menghampiri benda berharganya itu dan langsung memasukkannya ke dalam tas tanpa berpikir Panjang meski malunya setengah mati. Ia mencoba mengontrol raut wajah dengan membawa tasnya ke dalam kamar. Beruntunglah kamarnya tertutup, padahal di dalam juga tak jauh berbeda. “Kau mau minum apa Joe?” tanya Nazeela setelah ia berhasil mengendalikan diri dan keluar dari kamar. Joe yang sudah duduk di sofa tersenyum kecil melihat wajah gadis itu merah dan sedikit berkeringat, “Apa AC-nya kurang dingin?” tanyanya dengan sengaja sambil menunjukkan remot kontrol AC yang ada di atas meja. Nazeela menundukkan kepalanya sambil mendengkus malu, “Joe, kau tahu aku malu.” “Baiklah, aku tidak akan membahasnya. Aku bisa pura-pura lupa ingatan tentang itu.” angguknya, lalu dengan sedikit kernyitan di kening, ia menatap Nazeela, “Apa kalian terlalu terburu-buru sampai bermain di atas sofa?” tanyanya. Nazeela mengernyit, “Apa maksudmu?” “Ya, kau dengan kekasihmu. Itu bukti permainan kalian kan?” tanya Joe. Nazeela membulatkan matanya, “Itu…” ia kesulitan merancang kalimat yang tepat untuk menjelaskan keberadaan benda berharganya di hadapan Joe, “Itu… yang pasti itu tidak seperti yang kau pikirkan. Aku tidak punya kekasih.” Elaknya. Joe menganggukkan kepalanya, “Oh, ternyata perminan tunggal.” Nazeela membulatkan matanya dengan tuduhan itu, “Tidak Joe. Aku tidak pernah seperti itu.” sanggahnya dengan cepat. Joe berdiri dan mendekati Nazeela yang sudah keringat dingin, “Bagaimana kalau kita buktikan?” tanyanya sambil menggigit bibirnya. Nazeela menatap Joe terkejut dan tak menyangka bahwa Joe memiliki pemikiran seperti itu kepadanya, “Kau ingin melakukannya denganku?” tanyanya dengan tenggorokan yang sedikit membuat suaranya menjadi serak. Joe menjilat bibirnya dengan gerakan sensuaal layaknya pria dewasa yang menggoda pasangannya, “Apa maksudmu Zee? Itu hal yang mudah dilakukan pria dengan wanita manapun, sekalipun ia tidak memiliki perasaan terhadap wanita itu.” Nazeela menatap Joe dengan penuh harap, “Apa diantara pria yang seperti itu ada dirimu?” tanyanya. “Ya, itu termasuk aku.” Angguk Joe dengan yakin. Nazeela terpaksa menelan kekecewaan atas jawaban Joe, padahal ia pikir Joe bukan pria seperti itu, ya sekalipun rasanya terlalu naif karena pemikiran bodohnya itu, sementara kebanyakan remaja di negara mereka saja sudah melakukan hubungan intimm dan mungkin berganti-ganti pasangan. “Aku bisa menjadikanmu yang pertama, tapi mungkin tidak satu-satunya?” ujar Joe dengan dehaman kecil. Nazeela mengangkat kepalanya yang sempat tertunduk, kemudian menatap Joe dengan sangat terkejut, “Apa maksudmu kau belum melakukan hubungan itu sama sekali? Belum pernah sekalipun?” tanyanya. Sebenarnya sangat tak masuk akal jika saja Joe menjawab iya pertanyaannya karena hal itu sepertinya sangat tidak mungkin. “Aku ingin mencobanya denganmu Zee.” Aku Joe. Nazeela terpaku sesaat karena sama sekali tak pernah masuk dalam listnya kalau Joe akan menginginkannya menjadi yang pertama. Sebagai wanita dewasa, Nazeela juga sering memikirkan dirinya bersama dengan Joe untuk hubungan seperti itu, tapi itu terlalu memalukan jika ia yang meminta. Melihat diamnya Nazeela, Joe tidak merasakan adanya pandangan menolak ataupun ingin menjauhi pria itu, jadi Joe bertindak agak cepat dengan merapatkan tubuhnya pada Nazeela hingga gadis itu tersadar dan menatap Joe dengan terpukau. Jantung Nazeela berdetak tak karuan dan wajahnya seketika memanas saat ia merasakan nafas Joe yang semakin dekat dengan wajahnya. Kupu-kupu dalam perutnya berterbangan begitu gembira hingga ia tergelitik dan tak mampu menolak adegan yang akan terjadi. Nazeela mencintai Joe dan ia ingin merasakan pria itu lebih intiim lagi dengannya. Siapa tahu Joe akan memiliki perasaan yang sama dengan cara seperti itu, itu harapan Nazeela. Ia tidak akan menyalahkan siapapun seandainya Joe tidak bisa merasakan perasaan yang sama dengannya, tapi paling tidak, ia merasa bahagia karena kenangan yang akan mereka buat. “Pejamkan matamu Zee.” Ujar Joe memberi arahan. Nazeela meletakkan tangannya di d**a Joe, lalu mulai menjalar naik dan berakhir di leher pria itu. Mata gadis itu tertutup ketika merasakan bibir Joe sudah menempel di permukaan bibirnya. Ia ikut meresapi ciuman yang terjadi dan langsung membuka bibirnya begitu Joe mendesak masuk. Nazeela bisa merasakan tangan Joe yang berada di pinggangnya terasa sangat hangat, sementara sebelah tangannya berada di tengkuknya dan memperdalam ciuman mereka terus menerus. Kepala Nazeela panas karena bayangannya menjadi nyata. Itu bukan hal yang murahan di Inggris, jadi Nazeela sama sekali tidak merasa malu mengatakan bahwa dirinya menginginkan Joe lebih dalam. Tangan Joe bergerak ke kancing baju Nazeela dan membukanya dengan sedikit terburu-buru, tapi tanpa melepas ciuman mereka. Ia menikmati kegiatan itu karena lebih membuatnya merasakan sensasi bersabar dalam gaiirah. “Ini terlalu berlebihan, Zee, tapi aku suka bibirmu. Rasanya manis.” Ujar Joe. Pria itu sedikit menjauh dan membuka baju Nazeela hingga menyisakan pakaiian dalam. Ia menggigit bibirnya dengan gemas saat melihat tubuh yang begitu indah dan mulus berada di hadapannya. Belum lagi wajah Nazeela yang cukup merona karena tatapannya. “Joe, aku tidak ingin terbuka sendirian. Bajumu masih lengkap.” Tunjuk Nazeela. Joe mengangkat tangannya ke atas, “Kalau begitu aku ingin kau yang membukanya.” Tanpa disuruh 2 kali pun, Nazeela tentu saja bersedia melakukannya dan langsung mengangkat baju Joe ke atas hingga melewati kepala dan tangan pria itu. Ia meneguk ludahnya saat tubuhnya kepanasan dengan posisi sedekat itu dengan Joe yang sudah setengah telanjangg. Saat ingin mundur, Joe menarik pinggang Nazeela hingga tubuh mereka semakin rapat. “Kita perlu ke kamar, Zee.” “I..i.tu kamarku Joe.” Tunjuk Nazeela, padahal Joe pun bisa mengetahui itu sebenarnya. “Akh,” Nazeela berteriak terkejut karena tiba-tiba saja Joe menggendongnya dan berjalan membawa ke kamarnya. “Kau mengejutkanku Joe.” “Bukankah kejutan itu selalu menyenangkan?” tanya Joe. “Bukan kejutan yang seperti ini.” Kekeh Nazeela sambil mengeratkan tangannya di leher Joe. Ia merasa semakin berdebar karena bisa menatap Joe dari jarak sedekat itu dan menikmati gendongan Joe yang romantis. Begitu tiba di atas tempat tidur, Joe meletakkan Nazeela dan menindih tubuh wanita itu dengan tatapan yang masih memuja. Ia mengecup bibir Nazeela sekali sebelum akhirnya turun ke leher dan berakhir di dadda yang tidak begitu besar, tapi Joe yakin bahwa pria manapun akan menyukai bentuk milik Nazeela. “Biarkan aku memilikimu malam ini Zee.” Ujar Joe sebelum bibirnya mengecup putiing Nazeela sambil menatap ekspresi gadis itu. “Aku milikmu Joe. Miliki aku.” Ujar Nazeela di kewarasannya yang mulai habis karena sentuhan dari bibir Joe yang mengenyangkannya dengan kenikmatan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD