"Aku ... calon suami kamu, kan?" Selama beberapa saat, Clara berusaha mencerna kalimat yang Revan lontarkan. Ia lalu tertawa yang dibuat-buat, lebih tepatnya mentertawakan Revan. Sampai kemudian ia menjawab, "Lelucon kamu benar-benar nggak lucu, tahu. Sekarang tolong kasih waktu setidaknya sepuluh menit karena aku baru banget selesai makan. Setelah itu, aku siap adu mulut sama kamu." "Adu mulut? Maksudnya berciuman?" jawab Revan pura-pura polos. Clara mengernyit. "Astaga. Kamu pasti kerasukan!" "Gimana keadaan bayi kita? Apa perlu aku antar ke dokter kandungan? Aku mau mendengar detak jantungnya." "Revaaan!" teriak Clara. "Iya, Calon Istriku? Jangan teriak dong. Kasihan bayi kita." Clara mengembuskan napas kesal. Sungguh, ia awalnya membayangkan Revan akan memarahinya. Namun, yang

